468x60 Ads

Senin, 25 Oktober 2010

TUGAS MATA KULIAH EKONOMETRIKA Ringkasan Skripsi “TINGKAT KETERSEDIAAN DAN KETAHANAN PANGAN DALAM RUMAH TANGGA PETANI DI DESA KUSI KECAMATAN KUANFATU KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN” SKRIPSI MARIANI FERANTI TAMENO (0304020884)

TUGAS MATA KULIAH EKONOMETRIKA
Ringkasan Skripsi
“TINGKAT KETERSEDIAAN DAN KETAHANAN PANGAN DALAM
RUMAH TANGGA PETANI DI DESA KUSI KECAMATAN KUANFATU
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN”
SKRIPSI MARIANI FERANTI TAMENO (0304020884)

OLEH
UMBU JOKA (0804022598)
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2010
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
- Pembangunan Jangkan Panjang (PJP) menitik beratkan pada pembangunan bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, untuk itu dibutuhkan Ketersediaan pangan yang cukup.
- Ketahanan pangan rumah tangga merupakan kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari – hari.
- Ketersediaan pangan dapat terwujud melalui produksi usahatani sendiri dan atau memperoleh dari sumber lain. Jika diperoleh dari sumber di luar usaha tani maka pemberdayaan ekonomi rumah tangga menjadi sangat penting.
- Pemerintah menetapkan UU No. 7 tahun 1996 tentang mewujudkan Ketersediaan pangan & GBHN 1999-2004 yang mengamanatkan pengembangan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan.
- Kebijakan peningkatan ketahanan pangan memberikan perhatian yang secara khusus kepada masyarakat yang memiliki resiko mengalami masalah rawan pangan.
- Aksesibilitas masyarakat terhadap pangan sangat dipengaruhi aspek fisik dan aspek ekonomi.
- Produksi pangan di tingkat rumah tangga dipengaruhi oleh beragam faktor.
- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) secara umum dikenal sebagai daerah yang beriklim kering, dengan zona ekologi yang beragam.
- Salah satu daerah di NTT yang paling sering dilanda masalah kerawanan pangan adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

1.2. PERUMUSAN MASALAH
- Pangan mempunyai peranan sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM).
- Ketersediaan dan akses terhadap pangan merupakan determinan penting dalam pemenuhan pangan.
- Berdasarkan laporan pemantauan Badan Bimas dan Ketahanan Pangan (B2KP) Propinsi NTT Tahun 2005 Desa Kusi Kecamatan Kuanfatu Kabupaten TTS mengalami masalah rawan pangan akibat musim kekeringan yang berkepanjangan.
- Sampai sejauh ini, belum ada informasi mengenai sejauh mana tingkat kerawanan pangan yang dialami oleh masyarakat di desa Kusi Kecamatan Kuanfatu.
1.3. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Tujuan :
- Mengetahui tingkat Ketersediaan pangan (dalam hal kalori dan protein) dalam memenuhi kebutuhan pngan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) di tingkat rumah tangga di Desa Kusi Kecamatan Kuanfatu Kabupaten TTS.
- Mengetahui ketahanan pangan di tingkat rumah tangga di Desa Kusi Kecamatan Kuanfatu Kabupaten TTS.
Kegunaan :
- Sebagai bahan masukan bagi masyarakat setempat dalam rangka mengantisipasi maslah kerawanan pangan.
- Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat dalam pembuatan kebijakan ataupun pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan masalah ketahanan pangan, termasuk penguatan kegiatan produksi pangan.
- Sebagai bahan rujukan untuk penelitian lanjutan yang relevan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rujukan Penelitian terdahulu
- Upaya pengadaan pangan rumah tangga di Kelurahan Teunbaun adalah dengan cara memproduksi sendiri sebesar 21,45 KgEb atau 30,2% dan membeli bahan pangan yang lain yang tidak tersedia di rumah tangga sebesar 49 KgEb atau 67,8% serta berupa pemberian atau bantuan sebesar 1,5 KgEb atau 2,0% dari rata – rata total Ketersediaan pangan pokok sebesar 72,2 KgEb/ Rumah tangga/ Bulan (Ape, 2002) .
- Gejala – gejala yang menyebabkan terjadinya rawan pangan di Kabupaten Belu periode 1989 – 1998 adalah : 1. Keadaan iklim seperti intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada awal musim tanam dalam beberapa hari, terjadinya angin yang sangat kencang selama tanmaan berbunga, kekeringan dan gangguan hama penyakit. 2. Adanya gejala alam yang ditunjukkan dan diindikasikan oleh keadaan berbungan mangga dan asam. 3. Keadaan sosial ekonomi seperti adanya kegiatan ekstraktif dan mobilitas penduduk yang tinggi untuk mencari nafkah ( Aplugi , 2001)
- Pengadaan pangan yang dilakukan di Kecamatan Kupang Barat bersumber dari produksi sendiri, membeli dan memperoleh dari keluarga. Jumlah pangan yang diperoleh belum mencukupi Ketersediaan pangan rumah tangga dalam satu tahun dan hanya tercukupi dalam kurun waktu 150 hari untuk setiap anggota keluarga (Seran, dkk : 1999)
2.2. Tinjauan Teoritis
2.2.1. Pangan dan Rawan Pangan
- Undang – Undang No. 7 tahun 1996 yang dimaksud dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayatidan air baik yang diolah maupun yang tidak di olah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman sebagai konsumsi manusia, termasuk bahan tembahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
- Pangan adalah bahan yang dihasilkan atau berasal dari sumber hayati,nabati atau hewani ( termasuk ikan), mengandung zat – zat gizi yang diperlukan manusia dan memiliki nilai sosial,ekonomi,budaya, dan agama dalam kehidupan manusia (Setiawan,1994).
- Daerah rawan pangan yang selanjutnya disebut dengan keterjaminan yang rendah merupakan daerah dengan Ketersediaan pangan sumber karbohidrat yang lebih kecil dari pada permintaan atau kebutuhan pangan penduduk pada suatu daerah (SKPP, 1995).
2.2.2. Ketahanan Pangan
- Ketahanan Pangan merupakan konsep multidimensional yang berkaitan dengan system pangan dan gizi (Soekirman, 1996 .
- Ketahanan pangan rumah tangga dapat diketahui melalui konsumsi dan ketersediaan pangan dlam rumah tangga yang dibandingkan dengan norma kecukupan yang telah ditetapkan (Soetrisno,1996).
2.2.3. Ketersediaan pangan
- Ketersediaan pangan dapat didefinisikan sebagai jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk (individu/keuarga/masyarakat) pada suatu waktu tertentu (Dwiriani,1994)
- Harper, dkk (1984) mengatakan bahwa ketersediaan pangan diketahui merupakan sal;ah satu factor yang mempengaruhi konsumsi pangan yang pada gilirannya berpengaruh pula terhadap status gizi penduduk.
- Ketersediaan pangan dipengaruhi oleh Sembilan faktor, yaitu : cara bertani, mutu dan luas lahan, pola pengusahaan lahan, pola penanaman, cara penyimpanan, perangsangan produksi, peranan social dan tingkat pendapatan penduduk
2.2.4. Kebutuhan Pangan dan Gizi
- Menurut Kasrin (1994), bahwa konsumsi pangan baik kurang maupun lebih dari kecukupan yang diperlukan, terutama bila dialami dalam jangka waktu yang lama akan berdampak buruk bagi kesehatan.
- Zat gizi yang harus ada dalam pangan dibedakan menjadi golongan protein,lemak, karbohidrat yang disebut zat gizi makro serta vitamin dan mineral yang disebut zat gizi mikro. Air juga merupakan bagian dari zat gizi yang baik (Karmas dan Harris, 1988)
2.2.5. Produksi Pangan
- Aspek lain yang turut mempengaruhi konsumsi pangan adalah pengetahuan pangan dan gizi harus memadai walaupun pendapatn atau daya beli memadai (Seran,1996).
2.2.6. Pengukuran Ketersediaan Pangan
- Baliwati dalam Jutomo (2000), menjelaskan bahwa data ketersediaan pangan dapat dikumpulkan dan dinilai kandungan gizinya baik pada tingkat nasional/regional, keluarga maupun individu. Pada tingkat nasional/regional ketersediaan pangan dapat dihitung menggunakan metode Neraca Bahan Makanan (NBM) atau Food Balance sheet (FBS).
2.2.7. Food Security
- Menurut Bickel dkk (2000) pada level status keamanan pangan dalam rumah tangga, rumah tangga – rumah tangga yang memiliki pangan yang tersedia cukup untuk anggota rumah tangganya di kategorikan dalam rumah tangga aman pangan.
2.2.8. Ketersediaan dan Ketahanan Pangan
Ketersediaan pangan rumah tangga yangdimaksud sebagai kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan melakukan kegiatan sehari – hari (Suharjo,1998).
2.2.9. Uji Beda Dua Nilai Rata – Rata
- Banyak penelitian yang memerlukan perbandingan antara dua keadaan atau tepatny dua populasi. Untuk keperluan ini akan digunakan dasar distribusi sampling mengenai selisih statistik. Jika dua populasi normal masing – masing dengan rata – rata µ1 dan µ2 sedangkan simpangan bakunya δ1 dan δ2. Secara independen dari populasi kesatu diambil sampel berukuran n1 sedangkan dari populasi kedua sampel berukuran n2 . dari kedua sampel ini berturut – turut didapat rata – rata X1 , simpangan baku s1 dan rata – rata X2 , simpangan baku s2. Akan diuji tentang beda rata – rata µ1 dan µ2. Jika sampel yang digunakan > 30, maka digunakan uji z. jika sampel yang digunakan < 30 digunakan uji t. Pasangan hipotesis nol H0 dan tandingannya H1 adalah : H0 :µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2 III. METODE PENELITIAN Secara ringfkas kerangka alur pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut ini. Gambar 1. Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumah Tangga Sumber : Modifikasi dari Suhardjo (1990) Keterangan : *: Variabel yang tidak diteliti secara spesifik IV. HASIL ESTIMASI 4.2.11. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Faktor – faktor yang dipakai untuk mengukur ketahanan pangan dalam rumah tangga di Desa Kusi adalah ketersediaan kalori (X1), pendapatan (X2 ) dan jumlah anggota keluarga (X3) sebagai variable independen dan ketahanan pangan (Y) sebagai variable dependen. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Program MS Excel diketahui bahwa model pendugaan ketahanan pangan di Desa Kusi adalah sebagai berikut : ln Y = 1,0147 + 0,1363 X1 - 0,0188X2 + 0,0464X3 t = (0,26) (1,16)tn (-0,32)tn (-0,47)tn R2 = 0,05 F = 0,589 Ket : tn = tidak nyata V. EVALUASI - Uji Keseluruhan (Uji F) Hasil analisis dari uji anova atau F test, didapat nilai F hitung adalh 0,589 dengan tingkat signifikan 0,626. Oleh karena probabilitas 0,626>0,05, maka H0 diterima atau dapat dikatakan bahwa ketersediaan kalori,pendapatan dan jumlah anggota keluarga secara bersama – sama tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ketahanan pangan dalam rumah tangga di Desa Kusi.
- Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil analisis diperoleh besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,05 atau sebesar 5%. Hal ini berarti keragaman dari variable dependent (ketahanan pangan) dipengaruhi oleh 5% dari ketiga variable independen (xi) yang dimasukkan dalam model. Artinya bahwa faktor – faktor yang diasumsikan yaitu ketersediaan kalori, pendapatan dan jumlah anggota keluarga, secra bersama – sama hanya memberikan pengaruh sebesar 5%.
- Uji parsial (Uji t)
Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai uji statistic t dari variabel ketersediaan kalori, pendapatan dan jumlah anggota keluarga berturut – turut sebesar 1,16; -0,32; - 0,47. Dengan demikian maka tidak ada variabel independen (x) yang mempengaruhi ketahanan pangan dalam rumah tangga di Desa Kusi.

0 komentar:

Posting Komentar