468x60 Ads

Minggu, 24 Oktober 2010

manajemen finansial budidaya jagung

Oleh Umbu Joka
Nim : 0804022598
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
2010

KATA PENGANTAR

Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok yang cukup digemari khususnya bagi masyarakat NTT, hal ini dibuktikan dengan beranekaragam jenis makanan pokok yang bahan baku utamanya adalah jagung.
Komoditi jagung merupakan komoditi andalan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dari segi kualitas mempunyai keunggulan dibandingkan komoditi jagung daerah lain, yakni rasa yang lebih manis dan ukuran yang besar. Didukung pula teknik budidaya yang masih alami da bebas pestisida kimia, sehingga kandungan di dalam buah tidak membahayakan konsumen.
Makanan lokal masyarakat NTT selain beras adalah jagung. Masyarakat tani menyimpan jagung yang sudah dikeringkan sehinnga bisa disimpan lama, kemudian dikonsumsi dengan dicampur kacang-kacangan. Kebiasaan masyarakat ini merupakan pola makan yang membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pangan bila terjadi musim kemarau panjang, yang mengakibatkan gagal panen sehingga ketersediaan beras tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.
Kandungan vitamin dan mineral dalam jagung adalah vitamin A, Karbohidrat, Fosfor dan Serat. Manfaatnya untuk membantu pertumbuhan dan mendorong daya kerja otak. Jagung juga sangat baik bagi penderita Diabetes dan Obesitas mereka yang sedang diet dianjurkan untuk mengkonsumsi jagung sebagai pengganti beras.
Modul ini mengemukakan asal tanaman jagung, macam, macam varietas, morfologi, jenis tanah yang baik, pemupukan, iklim yang cocok, jarak tanam, menangulangi hama dan penyakit, cara pengepakan, pengawetan, analisis usaha, prospek dari pengelolahan jagung, dan lain sebagainya.
Dalam menyusun buku ini, tentu tidak akan luput dari kesalahan. Kami mengharapkan saran-saran yang berguna untuk perbaikan.
Akhir kata, kami tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengasuh mata kuliah kewirausahaan dan teman – teman, berbagai pihak, dan lain-lain yang mendorong terwujudnya modul ini.




Kupang, April 2010

Penyusun











DAFTAR ISI



























iii

I
PENDAHULUAN


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi












II
MANAJEMEN USAHA BUDIDAYA JAGUNG


A. DESKRIPSI SINGKAT
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Gbr 1. Jagung di ladang
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

1. SEJARAH SINGKAT

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.



2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman Jagung adalah sebagai berikut:
Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.

Terdapat 4 ( empat ) varietas jagung (tabel 1)
Tabel 1
Nama dan Ciri – Ciri Varietas Jagung

No. Nama Cirri - ciri
1. “Dent Corn”, jagung gigi kuda (Zea mays identata) Bijinya mempunyai bentuk seperti gigi kuda, dengan lekukan yang khas pada bagian atas. Warna biji ada yang kuning, putih dan merah. Tanamannya tegap tongkol dan bijinya besar, dan kebanyakan dari jenis ini berumur dalam.
2. “Flint Corn”, jagung mutiara (Zea mays indurata) Biji berukuran sedang dengan bagian atas bulat, tidak berlekuk. Warna biji ada yang merah, putih atau kuning. Tanaman sedang sampai tegap. Pada umumnya masak lebih cepat, umur sampai dipanen dari genjah sampai dalam.
3. “Sweet Corn”, (Zea mays saccaharata) Bijinya mengandung kadar gula yang relaif tinggi, karena itu biasanya dipungut muda untuk dibakar atau direbus. Ciri dari jenis ini adalah bila masak bijinya menjadi keriput
4. “Pop Corn” (Zea mays everta) Bentuk biji agak runcing, kecil dank eras. Warna biji kuning atau putih. Tanaman tidak setegap jenis yang lain. Tongkolnya kecil, biasanya dijadikan “brondong” (jagung bunga)


B. SYARAT – SYARAT TUMBUH

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 c - 300 c. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. Ph tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

Tabel 2
Persyaratan tumbuh jagung

No. Faktor pertumbuhan Deskripsi
1. Tempat Tumbuh Dapat tumbuh pada keadaan iklim bervariasi pada 50o LU – 40o LS, dengan ketinggian tempat 0 – 3.300 m dpl.
2. Suhu Jagung memerlukan suhu berkisar antara 21 – 30o C, dengan temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung antara 23o – 27 o C.
3. Cahaya Matahari Jagung memerlukan sinar matahari cukup dan tidak boleh terlindung dari pohon – pohonan atau bangunan, sehingga disebut tanaman “matahari”. Bila memperoleh penyinaran matahari rendah, hasilnya akan berkurang.
4. Tanah Jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah, namun akan tumbuh paling baik pada tanah yang gembur dan subur karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya.
Keasaman tanah (pH) yang terbaik adalah sekitar 5,5 – 7,0. Lahan dengan kemiringan tidak lebih dari 8 % masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus
5. Air Di daerah tropis, jagung akan tumbuh dengan baik pada curah hujan 600 – 900 mm.

Sumber : ( Purseglove, 1972)

C. PEDOMAN BUDIDAYA

1. PEMBENIHAN

Benih diambil hanya dari tanaman yang sehat dan tongkol – tongkol yang baik (ukuran besar, barisan biji lurus danpenuh, tertutup rapat oleh kelobotnya, tidak terserang hama dan penyakit, dan cukup tua ).
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha.

Syarat benih jagung yang baik

Benih harus cukup sehat dan kering
Berday tumbuh lebih dari 90%
Murni dan bebas dari kotoran


2. PENGOLAHAN MEDIA TANAM

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam.

3. TEKNIK PENANAMAN

3.1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :

a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.

b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.

c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

3.2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).




4. PEMELIHARAAN TANAMAN

1) Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman..

2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3) Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.



4) Pengairan dan penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
5) Pemupukan
Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:

Tabel 3
Jenis dan Dosis Pupuk untuk Jagung

No Jenis pupuk Kegunaan Dosis (Kg/Ha) Waktu pemberian
1 Nitrogen (N) Meningkatkan produksi 90 - 120 1/3 bagian pada waktu tanam, dan 2/3 bagian pada umur 1 bulan
2. Phosphat dan Kalium (P dan K) Memberikan hasil yang lebih baik 30 – 45 Kg P2O5
0 – 25 Kg K2O Semuanya diberikan pada waktu tanam


D. HAMA DAN PENYAKIT


1. HAMA
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun.

b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera).
Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah).





2. PENYAKIT

a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan;

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab;

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun;

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagain atanaman dan dibakar.

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih;

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan.




E. PANEN DAN PASCA PANEN

1. CIRI DAN UMUR PANEN

1. Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36
minggu, tergantung jenis/varietasnya.
2. Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

2. PERKIRAAN PRODUKSI

Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang, sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di, bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.

3. PENGUMPULAN

Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang, mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat
buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.

4. PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN

Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya. Untuk enyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan
temperatur ruangan 8-10 derajat C.

5. PENGEMASAN

Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.


III
UMPAN BALIK

Jagung merupakan salah satu komoditi pangan yang mempunyai peranan penting di pasaran dunia maupun dalam negeri, baik dalam bentuk segar maupun olahannya. Karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, maka seorang petani harus melihat peluang yang sangat besar ini dengan daya (ketrampilannya) mengolah jagung ini agar menjadi hasil produksi yang baik dan mempunyai nilai guna yang tinggi.
Prospek yang lebih cerah ke arah agribisnis jagung semakin nyata dengan memperhatikan berbagai potensi yang ada di indonesia yang sangat besar peluangnya seperti; potensi lahan, potensi produksi, dan potensi pasar yang sangat menjanjikan bagi keuntungan petani. Untuk lebih jelas kita bisa melihat pada analisis budidaya tanaman jagung pada halaman berikut.
IV
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN


A. Analisis kelayakan finansial

Usaha pengembangan jagung di Provinsi Nusa Tenggara sangat menjanjikan untuk digarap secara ekonomis, terutama jika dikaitkan dengan pengembangan sektor peternakan yang selama ini menjadi primadona di provinsi Nusa Tenggara Timurt. Untuk pengusahaan komoditas jagung dengan luas lahan penanaman 100 ha, dibutuhkan biaya awal sebesar Rp. 683,425,000.-. Biaya tersebut merupakan gabungan dari biaya biaya investasi sebesar Rp. 525,000,000.- dan biaya operasional diluar penyusutan selama 1 (satu) tahun adalah sebesar Rp. 158,425,000.-. Keseluruhan biaya ditanggung oleh investor tanpa mengajukan pinjaman kredit. Perhitungan biaya tersebut didasarkan pada hal-hal berikut:

Luas lahan yang diusahakan seluas 100 ha dengan produksi sebanyak 2.131 ton per hektar dan satu tahun hanya satu kali masa tanam
Sewa lahan adalah sebesar Rp. 375,000 per ha per tahun
Butuh 5 unit mesin huler kapasitas 1,5 dengan harga Rp. 25,000,000.- per unit.
Produk dijual dalam bentuk jagung pipilan kering dengan harga Rp. 1,500 per kg
Kebutuhan benih jagung sebanyak 2,000 kg/ha dengan harga Rp. 3,000 per kg
Honor tenaga kerja per hari sebesar Rp. 10,000.-
Dengan menggunakan patokan-patokan diatas diperoleh hasil analisis kelayakan ekonomi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai-nilai indikator seperti terlihat pada tabel berikut ( Selengkapnya lihat lampiran ).

Tabel 4.Hasil Analisis Ekonomi Komoditas Jagung

No. Indikator Finansial Nilai
1 NPV DR 18% (Rupiah) 148,877,970
2 IRR (%) 27.41
3 BCR 1.14
4 Pay Back Period (Tahun) 5.14
Sumber : diolah dari berbagai sumber

Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa nilai NPV dengan tingkat discount factor 18% sebesar 148,877,970 lebih besar dari nol (NPV>0) sehingga secara finansial usaha budidaya komoditas jagung sangat layak dilakukan karena manfaat yang diberikan lebih besar daripada biaya. Sedangkan nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 27.41%, nilai ini berada diatas suku bunga yang berlaku, begitu juga dengan nilai BC ratio yang lebih dari 1 yaitu sebesar 1.14 sehingga usaha budidaya jagung di Provinsi NTB sangat layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas juga terlihat bahwa masa payback period usaha budidaya komoditas jagung di Provinsi NTT adalah selama lebih kurang 5,14 tahun atau kurang lebih 62 bulan. Lamanya tingkat pengembalian investasi ini lebih disebabkan biaya investasi yang dikeluarkan sangat besar terutama untuk sewa lahan yang cukup luas sementara penggunaannya hanya untuk satu kali panen setahun, jadi lahan belum optimal digunakan.

Lampiran . Analisis Finansial Komoditas Jagung
Biaya Investasi dan Operasional Usaha Budidaya Jagung




B. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya dengan luas lahan penanaman 1 ha, jenis jagung
Hibrida C1 pada tahun 1999 per musim tanam (3 bulan) di daerah Jawa Barat:
a) Biaya produksi
1. Sewa 1 hektar per musim tanam Rp. 375.000,-
2. Bibit: benih jagung 20 kg @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
3. Pupuk
- Urea: 300 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 450.000,-
- SP 36: 100 kg @ Rp.1.900,- Rp. 190.000,-
- KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 82.500,-
4. Pestisida
- Insektisida: 2 liter @ Rp. 50.000,- Rp. 100.000,-
5. Tenaga kerja
- Pengolahan lahan Rp. 450.000,-
- Penanaman: 20 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 200.000,-
- Penyiangan dan pembumbunan (borongan) Rp. 50.000,-
- Pemupukan: 20 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 200.000,-
- Pemeliharaan lain Rp. 50.000,-
6. Panen Rp. 150.000,-
7. Biaya lain-lain Rp. 100.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.697.500,-
b) Pendapatan: 5.500 kg.@ Rp. 650,- Rp. 3.575.000,-
c) Keuntungan bersih Rp. 877.500,-
d) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio B/C = 1,325




C. Gambaran Peluang Agribisnis
Berdasarkan statistik yang ada permintaan produk jagung nasional belum dapat memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. Impor jagung jumlahnya sudah cukup besar terutama dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yang sedang berkembang dewasa ini

D. STANDAR PRODUKSI
1. Ruang Lingkup
Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
2. Diskripsi
Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-03920-1995.
3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi jagung kuning (bila sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning), jagung putih (bila sekurangkurangnya bijinya berwarna putih) dan jagung campuran yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut. Dalam perdagangan internasional, komoditi jagung kering dibagi dalam 2 nomor HS dan SITC berdasarkan penggunaannya yaitu jagung benih dan non benih.
a) Syarat Umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.
b) Syarat Khusus
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=14; mutu II=14; mutu III=15; mutu IV=17.
2. Butir rusak maksimum (%): mutu I=2; mutu II=4; mutu III=6; mutu IV=8.
3. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=7; mutu IV=10.
4. Butir pecah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3; mutu IV=3.
5. Kotoran maksimum (%): mutu I=1; mutu II=1; mutu III=2; mutu IV=2.

Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian diantaranya:

a. Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
b. Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %
c. Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic atau “Air Oven Methode” (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin adalah racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah jumlah semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah.

4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
5. Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg. dan tahan mengalami “handling” baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman

yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produce of Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.


DAFTAR PUSTAKA

a) AAK. (1993). Teknik Bercocok Tanam Jagung.Yogyakarta. Kanisius.

b) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (1998). Budidaya Kedelai dan Jagung. Palangkaraya. Departemen Pertanian.

c) Capricorn Indo Consult. (1998). Studi Tentang Agroindustri & Pemasaran JAGUNG & KEDELAI di Indonesia.

d) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1988). Jagung Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

e) Saenong, Sania. (1988). Teknologi Benih Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

budidaya jagung kok panennya buah jeruk, luar biasa.... hahaha

coretanperjalanan mengatakan...

nicee

Posting Komentar