468x60 Ads

This is featured post 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Minggu, 19 Desember 2010

SUDUT DAMAI DITEPIAN KARANG

Sudut damai di tepian KARANG
OLEH : UMBU JOKA
Kota Kupang merupakan NTT mini, atau lebih tepatnya menjadi Barometer
pembangunan dari propinsi NTT, kota pinggiran pantai dengan cuaca panas khas kawasan
tropik khatulistiwa yang mendapat penyinaran matahari hampir sepanjang tahun, dengan
iklim yang semi arit. Banyak orang mendeskripsikan Kupang sebagai “Kota Karang” tapi
beberapa waktu lalu saya justru merasa sangatlah akrab dengan istilah Kupang “ KOTA
KASIH” sebuah akronim dari Kupang Aman Sehat Indah Harmonis, jadi jangan heran
terdapat sebuah pasar tradisional yang terletak di kelurahan Naikoten dua yang bernama
Pasar KASIH.
Pluralisme bukan menjadi hal yang baru bagi kota ini, bauran suku – suku dari
seantero Negeri ini berlomba mencari kesejahteraan yang ditawarkan oleh jargon besar
“KOTA KASIH’ . sebagai ibu kota administratif Kupang didukung banyak fasilitas menarik
seperti pusat pemerintahan, bahkan di Kota ini perkantoran Propinsi, Kota Madya, dan
Kabupaten Kupang ( yang sebenarnya adalah tuan rumah, harus terpaksa menyingkir ke ibu
kota baru di Oelnasi ) bersanding dengan gagah seakan menguatkan eksistensi Kupang
sebagai pusat pemerintahan di Propinsi ini. Keberagaman di kota ini dapat ditinjau dari sisi
Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan. Bila diteliti dengan lebih cermat dapat dipastikan
Kupang merupakan sebuah ibu kota dan sampel yang dapat mewakili Populasi Indonesia
atau saya lebih menyukai dengan istilah “ Indonesia Mini”.
Perguruan – perguruan Tinggi dan Universitas – Universitas menjadikan Kupang
juga identik sebagai “kota pelajar”-nya NTT. Di kota ini berdiri sebuah Universitas Negeri
yang bernaman Universitas Nusa Cendana, dan puluhan Universitas dan Perguruan Tinggi
swasta lainnya. Ini juga merupakan salah satu daya tarik Kupang bagi para pelajar yang
haus untuk menuntut ilmu. Di tengah keberagaman dengan tingkat keragaman yang cukup
tinggi, menimbulkan berbagai pandangan bahwa Kupang juga merupakan salah satu kota
yang rawan konflik, hal ini terbukti benar bila kita sering mengikuti perkembangan dari media
massa baik cetak maupun elektronik, pasti masih segar diingatan kita tentang sebuah
peristiwa kelam yang mencoreng gelar “ KOTA KASIH” di penghujung tahun 2009 dan awal
tahun 2010 yang lalu.
Penghujung 2009 memasuki tahun yang baru 2010, merupakan penghujung tahun
yang menggoreskan kesan mendalam bagi kaum intelektual muda di Kota Kupang. Di ujung
tahun tersebut, sebuah memory kelam terpaksa membalut senyuman dan mengumbar
ancaman, konflik antar suku yang terjadi di wilayah kost – kost-an hunian mahasiswa di
Oesapa, tidak ternilai berapa tangisan yang terpaksa harus tumpah bila membayangkan hal
tersebut.
Inilah yang terjadi bila karena sebuah masalah kecil dibesar – besarkan, percikan
kemarahan yang menjadi residu – residu konflik tertumpah bagai lahar gunung berapi.
Puluhan puing – punig sisa kebakaran kamar kost hunian mahasiswa menjadi saksi bisu,
malam yang terasa cukup panjang mencekam bagi warga Oesapa dan sekitarnya. Ini hanya
sekelumit gambaran dari suasana konflik yang rentan terjadi di Kota Kupang, sebuah Ibu
Kota Propinsi Nusa Tenggara Timur, yang populasi penduduknya ± 1 juta jiwa, dengan
tingkat pendapatan perkapita sekitar Rp. 1.250.000,- /org/ tahunnya.
Kejadian yang terjadi di akhir tahun lalu, banyak menyajikan aksi mencekam, yang
dilakukan oleh massa – massa yang sehari berprofesi sebagai “ mahasiswa”. Ya,
mahasiswa, orang yang terdaftar dan belajar, sungguh sangat disayangkan calon – calon
intelektual muda, mereka yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ini
umumnya dan terkhusus Propinsi ini, menjadi aktor – aktor penyebar keresahan bagi
masyarakat sekitar. Seakan tidaklah berguna semua materi yang dituntut dari jenjang
sekolah paling dasar sehingga bias mendapat gelar “Mahasiswa” melampaui siswa yang
meminjam sedikit keMaha-an dari Tuhan.
Memang tidak ada yang dapat dipastikan dalam menjalani kehidupan, seorang
teman saya pernah berkata bahwa dia ditanyai temannya “ Kalau hidup ini pertanyaan,
maka apa yang akan kamu lakukan untuk menjawabnya?” teman saya lalu spontan
menjawab “ kalau hidup ini pertanyaan, maka jalanilah untuk menjawab kehidupan anda !”.
Saya rasa hal ini juga yang menjadi dasar kenapa konflik – konflik masih menjadi konsumsi
sehari – hari bagi sebagian masayarakat di Kota ini, dikalangan mahasiswa yang umumnya
berusia muda, pencarian jati diri menjadi salah satu alasan kenapa harus “otot” yang
dipergunakan untuk menyelesaikan masalah dengan sebuah aksi sporadis dibandingkan
harus duduk dan menjadi pembicara atau pendengar yang baik dengan menggunakan
sebuah organ sederhana dengan milyaran jaringan impuls yang biasa kita sebut “ otak”.
Banyak masalah bisa diselesaikan dengan berembuk bersama untuk bicara, hal ini
diakui banyak orang sebagai bentuk dari manajemen konflik yang baik. Tapi beberapa pandanganpun tidak ketinggalan menyatakan bahwa “movement” merupakan sebuah jalan
keluar demi mendatangkan perubahan. Inilah fungsi dari lembaga keagamaan harus
memainkan peran demi pembentukan “fisik rohani” dari para umat – umat beragama yang
masih muda ini, tidaklah cukup dengan khotbah – khotbah ringan pada hari – hari tertentu
atau teguran – teguran dan nasehat – nasehat religius dari ayat – ayat Kitab Suci,
perubahan juga memerlukan langkah kongkrit, bukankah ini semua merupakan tanggung
jawab kita bersama, mari berhenti dengan usaha – usaha mencari tempat “ aman” dan
hanya menyerukan perdamaian dari kejauhan, bukankah setiap agama mengajarkan
kebaikan yang akan menjadi lirik pemuka bagi sebuah instrument Kedamaian. Para pemuka
agama perlu melakukan pendekatan persuasif dan relevan bagi pembentukan tingkat
“keimanan” yang lebih baik bagi umatnya.
Perdamaian merupakan impian semua manusia, meskipun manusia juga yang
menjadi bidan yang membantu lahirnya sebuah konflik, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa
mencegah lebih baik dari pada mengobati. Tindakan prefentif yang nyata menjadi solusi
yang patut dicoba, seperti sebuah istilah dalam bahasa inggris “ If you want to change whole
world, start to changes from Man hearts.” (jika anda ingin mengubah seluruh dunia, mulailah
dengan mengubah hati manusia). Mari kita mulai melihat hati kita, sudahkah ada sebuah
sudut yang menjadikan kedamaian sebagai kebutuhan primer bagi manusia, sehingga pada
suatu saat nanti di Kota Kasih yang berkarang ini, bertepi sebuah kedamaian meskipun itu
hanya berupa sebuah “blind side” (sisi buta) yang tidak tampak tapi turut mengawal
keragaman di Kota Karang ini. Jika bukan kita yang memulai siapa lagi, jika bukan sekarang
kapan lagi ? salam damai saudaraku

Jumat, 05 November 2010

jurnal agribisnis faperta UNDANA

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan lindunganNya sehingga kami dapat menyelesaikan jurnal ini. Jurnal ini merupakan salah satu bentuk nilai pada mata kuliah Akutansi Biaya yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa.
Walaupun banyak hambatan dan rintangan yang kami temui dalam pembuatan Jurnal ini, tapi kami sangat bangga Karena dalam menyelesaikannya atas kerjasama yang baik dari semua pihak. Dalam tugas ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Akutansi Biaya dan tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan jurnal ini, sehingga dapat dirangkum menjadi sebuat tulisan yang baik.
Akhirnya kami menyadari bahwa Jurnal ini sepenuhnya belum sempurna. Untuk itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam menyempurnakan Jurnal ini.



ANALISIS KONTRIBUSI USAHATANI WORTEL TRHADAP TOTAL PENDAPATAN USAHATANI
HORTIKULTURA DI KELURAHAN SIKUMANA KECAMATAN MAULAFA

(KAJIAN SKIRIPSI JAMALUDIN)
Oleh
TRY AMBESA
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta-Undana


ABSTRAK
Suatu penelitian tentang analisis konstribusi usaha tani wortel, terhadap total pendapatan usaha han keluni hortikultura di kelurahan sikumana kecamatan maulafa kota kupang telah dilaksanakan dari bulan maret sampai april 2006.
Penelitian ini mengunakan survey dan bertujuan untuk mengetahui:(1) besarnya pendapatan yang diterima petani dari usaha tani wortel, (2) besarnya keuntungan rtelatif dari usaha tani wortel, (3) konstribusi pendapatn usaha tani wortel terhadap total pendapatan usaha tani hortikultura.
Kelurahan sikumana kecamatan maulafa ditetapkan sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa kelurahan tersebut memiliki luas areal terbesar yang ditanami wortel pada musim tanam 2004-2005. Pemilihan petani contoh dilakukan secara acak sederhana sebanyak 50% dari 55 petani kepala keluarga. Petani yang menanam tanaman hortikultura dan focus terhadap komoditas wortel dan diperoleh jumlah petani responden sebanyak 27 orang.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dalam penelitian ini.
Hasil penelitian mernunjukan bahwa total pendapatan yang diterima petani dari usah wortel pada musim tanam april-juli Rp. 60.841.500,00 / tahunatau sebesar Rp. 321.912,70 / are. Nilai R /C Ratio musim tanam april-juli 15,68. Kontribusi pendapatan usaha tani wortel terhadap total pendapatan usaha tani hortikultura sebesar 54,71 %.



ABSTRAK
A study to understand the contribubution of carrot farm to the total income generated from holticultural farm in sikumana village the sub district of maulafa kupang city had been conducted since march to april 2006
The objectives of study were: (1) to figure out the income received by farmers form cultivating the carrot farm, (2) to the identify thye relative profit of the carrot farm operation, and (3) to investigate the contribution of the carrot farm to the total income generated form holticultural.
The study used abortus survey method. Sikumana of village as the research location was determinated porpasifully in sikumana. On the consideration that the this village constituted as the sample the leaserst area which cultivated the carrot craps in because these maulafa sub-discrict. They, the sample farmers were selected by using simple random sampling. The number of farmer who become the respondents were 27 person (50% of 55 farmers as the population)
Primary were data collected from the farmers by using a face to face interview based on an interview while the secondary date were gathered from institution related to the study.
The result of analysis indicated that the total income generated from the cultivation of the carrot farm was Rp. 60.841.500 / year or Rp. 321.912,70 / acre. The values at the R/C ratio were 15,68. The propotion of contribution at the carrot farm income to the total income generated from the farms operated the holticultural was 54,71%.

PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian merupakan salah satu bagian integral dari pembangunan nasional dan diarahkan pada usaha pengembangan pertanian yang maju, evisien dan tangguh. Pembangunan disektor pertanian bukan hanya untuk memantapkan swasembada beras dan palawija tetapi juga meliputi usaha-usaha kegiatan produksi pangan yang berasal dari tanaman holtikultura, tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan. Peningkatan usaha tanaman pangan yang berasal dari tanaman holtikultura sangat mempengaruhi tingkat pendapatan dan taraf hidup petani, menunjang kegiatan pembangunan industry dan meningkatkan eksport untuk cadangan devisa Negara. Menurut badan pusat statistic (BPS) kota kupang, pada tahun 2001 sumbangan sector pertanian terhadap produk domestic regional bruto (PDRB) sebesar 4,06 % dan mengalami penurunan sebesar 3,79 % pada tahun 2003.
Tanaman holtikultura merupakan bagian dari sector tanaman pangan yang diusahakan dalam menunjang pendapatan asli daerah. Salah satu diantara beberapa komuditas yang memiliki prospek yang cerah dalam usaha peningkatan pendapatan dari tanaman holtikultura adalah tanaman wortel. Wortel (Daucus carrota L) merupakan salah satu komuditas sayur yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pada umumnya wortel dikonsumsi dan diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk kebutuhan sebagai sumber vitamin A, B,C serta zat-zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Dikelurahan sikumana kec. Maulafa kota kupang merupakan penghasil wortel dimana pada tahun 2000 luas areal panen wortel sebesar 2,1 ha dengan produksi sebesar 10 ton dan pada tahun 2002 mengalami peningkatan produksi sebesar 40 ton dengan areal tanam sebesar 4 ha.
Melihat wortel dikelurahan Sikumana kec. Maulafa kota kupang yang cukup tinggi, perlu diadakan penilitian mengenai analisis pendapatan petani wortel yang diusahakan.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pertimbangan diatas maka beberapa masalah yang perlu diangkat dalam penilitian ini :
1. Berapa besar pendapatan yang diterima petani dari usahatani wortel dikelurahan sikumana ?
2. Berapa besar keuntungan relative yang diterima petani dari usahatani wortel dikelurahan sikumana ?
3. Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani wortel terhadap total pendapatan holtikultura ?

TUJUAN
Adapun tujuan dari penilitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima petani dari usahatani wortel dikelurahan Sikumana.
2. Mengetahui besarnya keuntungan relative dari usahatani wortel dikelurahan Sikumana.
3. Mengetahui kontribusi pendapatan usahatani wortel terhadap total pendapatan usahatani holtikultura.

KONTRIBUSI
Hasil dari penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Peniliti, sebagai bahan informasi untuk penilitian lebih lanjut.
2. Petani, sebagai bahan informasi dalam mengusahakan dan mengembangkan usahatani wortel dikelurahan Sikuman kota kupang.
3. Kepada pemerintah, sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak pembuat kebijakan menyangkut usahatani wortel khususnya dikelurahan Sikumana kota kupang maupun didaerah lain.


METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penilitian
Penilitian ini dilaksanakan dikelurahan Sikumana kec. Maulafa kota kupang propinsi Nusa Tenggara Timur. Pengumpulan data telah berlangsung pada bulan Maret – April 2006.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang mengacu pada daftar pertanyaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang berkaitan dengan penilitian ini.
Metode pengambilan sample
Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana ( simple random sampling ), sebanyak 50 % dari 55 petani kepala keluarga. Petani yang menanam tanaman holtikultura dan focus terhadap komuditas wortel, dan diperoleh jumlah petani responden sebanyak 27 orang.
Model dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan ditabulasi kemudian dianalisis berdasarkan tujuan penilitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui besarnya pendapatan dari usahatani wortel dihitung selisih antara total penerimaan dengan total biaya sesuai petunjuk Soekartawi ( 1986 ) yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut :
Pd = TR – TC

Dimana :
Pd = pendapatan usahatani.
TR = total revenue ( total penerimaan )
TC = total cost ( total biaya )
Dari persamaan ini dijabarkan menjadi :
Pd = Py. Y – ( Px1. X1 + Px2. X2 +…. + Pxn + Xn )
Dimana :
Pd = pendapatan usahatani
Py = harga produk
Y = jumlah produksi
Px1 … Pxn = harga input ke-1 …n
X1 ….Xn = jumlah input ke-1 …n

2. Untuk mengetahui keuntungan relative dari setiap pengeluaran usahatani wortel dilakukan dengan analisis R/C ratio sesuai petunjuk Tjakrawiraksana dan Soeriatmadja ( 1983 ) dengan persamaan :
RC ratio = Total Penerimaan (TR)
Total biaya (TC)
Dengan criteria sebagai berikut :
R/C ratio < 1, berarti secara ekonomi tidak menguntungkan R/C ratio = 1, berarti secara ekonomi tidak untung dan tidak rugi. R/C ratio > 1, berarti secara ekonomi menguntungkan
3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi usahatani wortel terhadap total pendapatan usahatani hortikultura digunakan rumus sebagai berikut :
X = pendapatan usahatani wortel x 100 %
Total pendapatan usahatani hortikultura

Dimana :
X = Kontribusi pendapatan usahatani wortel terhadap pendapatan usahatani hortikultura diukur dalam persen ( % )

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelurahan Sikumana merupakan salah satu kelurahan dikec. Maulafa kota kupang dengan luas wilayahnya 620 hektar. Secara administrative kelurahan ini terdiri dari 42 RT dan 18 RW.
Adapun batas-batas wilayah dikelurahan Sikumana adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Oepura, sebalah selatan dengan kelurahan Fatukoa, sebelah timur dengan kelurahan Belo, sebelah barat dengan kelurahan Batuplat.
Keadaan topografi kelurahan ini merupakan dataran rendah sampai berbukit dan terletak pada ketinggian 600 meter dpl. Dari segi klimatologi daerah ini dipengaruhi oleh iklim tropis dengan musim hujan yang relatif lebih pendek, sedangkan musim kemarau relatif lebih panjang.

DESKRIPSI HASIL PENILITIAN
a. Pengadaan benih
Tanaman wortel diperbanyak secara generative dengan bijinya. Biji untuk penanaman dengan istilah benih.
b. Pengolahan lahan
Kegiatan yang dilakukan adalah membersihkan lahan dari rumput liar atau ( gulma ) batu kerikil, dan sisa tanaman lainnya.
c. Penanaman
Pola tanaman yang dilakukan dalam menanam wortel adalah pola tanam monokultur. Sedangkan penanaman wortel yang dilakukan dengan penanaman wortel langsung dilahan tanpa persemaian terlebih dahulu.
d. Pemupukan
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan zat pupuk sangat diperlukan. Petani responden dikelurahan Sikumana menggunakan pupuk dari campuran SP – 36, pupik urea dan KCL.
e. Penyiangan dan Penjarangan
Penyiangan dilakukan pada saat tanaman wortel berumur 1 – 1,5 bulan atau tergantung penjarangan tanaman, penyiangan wortel dilakukan dua kali selama pertumbuhan tanaman.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit sangat perlu dilakukan karna hal ini ikut mempengaruhi produksi yang dihasilkan.
g. Pemanenan
Panen adalah kegiatan akhir dari produksi tanaman dilapangan. Pemanenan wortel dapat dilakukan setelah tanaman wortel berumur kurang lebih tiga bulan sejak penyebaran benih atau 90 – 97 hari sesudah tanam.
h. Luas Lahan
Luas lahan tanaman wortel yang dimanfaatkan oleh petani dikelurahan Sikumana berkisar dari 3 – 17 are dengan jumlah keseluruhan lahan yang digunakan sebesar 118 are dengan rata-rata per petani seluas 7,00 are.
i. Produksi Wortel
Produksi wortel pada tahun 2005 dari hasil penilian menunjukkan bahwa total produksi wortel sebesar 11.215 kg, dengan kisaran produksi terendah 300 kg dan tinggi 565 kg. rata-rata produksi 415,37 / petani responden atau 59,34 / are.
j. Pemasaran atau Penjualan
Sistim pemasaran yang dilakukan dikelurahan Sikumana adalah dengan menjual langsung hasil produksinya kepasar ( pasara Naikoten, pasar Oeba dan pasar Oebobo ).


k. Penggunaan Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani wortel pada umumnya melibatkan anggota keluarga petani itu sendiri dan juga mempekerjakan tenaga kerja dari luar keluarga, bila ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga tidak mencukupi.

BIAYA PRODUKSI
Biaya yang dikeluarkan oleh petani responden dikelurahan Sikumana tahun 2005 dapat dilihat pada table berikut :
Jenis-jenis Biaya Biaya
( Rp / Are ) Persentase
( % )
1. Pupuk
2. Pestisida
3. Tenaga kerja saat persiapan lahan
4. Transportasi
5. Benih 3.925,93
1.183,86

1.587,30
13.206,35
2.023,81 17,90
5,40

7,24
60,23
9,23
jumlah 21.927,25 100
Berdasarkan table tersebut biaya yang paling tinggi dikeluarkan oleh petani adalah biaya transportasi sebesar 60,23 % dan terendah adalah biaya pestisida sebesar 5,40 %. Secara keseluruhan pengeluaran rumah tangga petani untuk usahatani wortel dikelurahan Sikumana adalah sebesar Rp. 21.927,25 / are.
Analisis Pendapatan Usaha Tanaman Wortel
Berdasarkan hasil analisis data yang diketahui jumlah pendapatan yang diperoleh petani responden diusahatani wortel dikelurahan Sikumana adalah sebesar Rp. 60.841.500 / tahun, atau sebesar Rp. 321. 912, 70 / are.
Selanjutnya dapat dilihat pada table berikut :
Uraian Pendapatan
Penerimaan Rp. 343.839,95
Biaya – biaya :
1. Pupuk
2. Pestisida
3. Tenaga kerja saat persiapan lahan
4. Transportasi
5. Benih
Rp.3.925,92
Rp. 2.023,81
Rp. 1.183,86
Rp. 1.587,30
Rp. 13.206,35
Total biaya / are Rp. 21.927,25
Pendapatan Rp. 321.912,70
Analisis R/C Ratio Usahatani Wortel
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C ratio usahatani wortel didaerah penilitian adalah sebesar 15,68 yang berarti bahwa setiap biaya Rp.100, yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahatani wortel akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.568,00 sebagai manfaatnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani wortel merupakan salah satu usahatani yang secara ekonomi menguntungkan bagi petani didaerah penilitian.
Kontribusi Usahatani Wortel Terhadap Total Pendapatan Usahatani Hortikultura
Berdasarkan kegiatan-kegiatan kontribusi pendapatan tersebut diatas dapat diketahui bahwa kontribusi usahatani wortel terhadap total pendapatan petani dari hortikultura dikelurahan Sikumana kec. Maulafa adalah sebesar 54,71 % atau Rp. 2.253.388,89. Ini berarti bahwa usahatani wortel memiliki peranan yang sangat penting bagi pendapatan petani dikelurahan Sikumana dan keadaan usahatani wortel sangat berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pendapatan petani didaerah penilitian.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Total pendapatan yang diterima petani responden dari usahatani wortel adalah Rp. 60.841.500,00 dengan rata – rata pendapatan sebesar Rp.2.253.388,89 / responden atau 321.912,70 / are
2. Secara ekonomis usahatani wortel yang diusahakan petani di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa menguntungkan dengan nilai R/C ratio sebesar 15,68
3. Kontribusi pendapatan usahatani wortel terhadap total pendapatan usahatani hortikultura adalah 54,71%
Rekomendasi
Karena pendapatan yang diperoleh dari usaha tanaman wortel di Kelurahan Sikumana kecamatan Maulafa daya cukup besar maka disrankan agar petani terus mengusahakan perliaskan atau peremajaan tanaman baru.



DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga A,1982.Ilmu Usaha Tani.Penerbit Alumi Bandung.
Ajul.Y.E,2001.Analisis Kontribusi Pendapatan Usahatani di Lahan Sawah di Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai.Skripsi.Fakultas Pertanian Undana Kupang.
Arif.A.1990.Hortikultura.Andi Offect,yokyakarta.
Badan Pusat Statistik,2004.Kota Kupang
Black.A.J,2001.Metode masalah Penelitian Sosial.Refika.Bandung
Hermanto F,1991.Ilmu Usahatani.Penebar Swadaya,Jakarta
Mubyarto,1989.Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES
Soekartawi,dkk,1986.Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.UI – Press,Jakarta


ANALISIS DAPATAN USAHATANI
DAN POLA PEMASARAN JARAK (Jatropha Curcas L.)
SUATU STUDI DI DESA NUNMAFO
KECAMATAN AMABI OEFETO
KABUPATEN KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI LAPRUNA GASA PELLONDOU)
Oleh :
MAXIMUS A. W. TETI
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, FAPERTA – UNDANA


ABSTRAK
Penelitian tentang analisis dapatan usahatani dan pola pemasaran Jarak (Jatropha curcas L.) telah dilakukan selama satu bulan (November-Desember 2006) di Desa Nunmafo, Kecamatan Amabi Oefeto Timur, Kabupaten Kupang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) proses pengamplikasian faktor-faktor produksi sistem usahatani terhadap besarnya produk komoditi jarak yang dihasilkan oleh petani, (2) pola pemasaran yang dipakai oleh petani dalam memasarkan hasil produksi jarak. (3) besarnya penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani dari kagiatan usahatani jarak serta (4) besarnya keuntungan relatif yang diperoleh.

ABSTRACT
Study on income analysis of (Jatropha curcas L. – JCL) farming and its marketing has been conducted for onr month (November – December 2006) in Nunmafo Village, Sub-distrik of East Amabi Oefeto, Regency of Kupang. The purpose of this study were to know (1) the application process of factors in the farming production system of JCL commodity produced by farmers, (2) the patron of marketing used by farmers to sell their JCL products, (3) the farmer’s earning and income they received from JCL farming and (4) the relative income-net received by farmers.

PENDAHULUAN
Salah satu tanaman perkebunan yang dapat dibudidaya pada kondisi alam yang kering di NTT adalah jarak. Tanaman jarak tidak terlalu membutuhkan perawatan khusus dalam pembudidayannya. Tanaman ini mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dengan kondisi iklim kering maupun beriklim basah dengan ketinggian tempat 0-2500 m dari permukan laut (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kupang.2004)
Kecamatan Amabi Oefeto Timur merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kupang yang hingga kini tergolong Kecamatan yang memiliki produksi jarak tertinggi serta berpotensi dalam pengembangan jarak. Produksi bibit jarak yang dihasilkan dari 8 Desa di Kecamatan tahun 2003 sebesar 9,76 ton (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kupang, 2004).

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka masalah yang diteliti adalah :
1) Berapa besar produk jarak yang dihasilkan oleh petani dalam mengaplikasikan faktor-faktor produksi melalui kegiatan usaha jarak?
2) Bagaimana pola pemasaran yang dipakai oleh petani dalam memasarkan hasil produksi jarak?
3) Berapa besar penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani dalam kegiatan usahatani jarak?
4) Berapa besar keuntungan relatif yang diperoleh petani dalm kegiatan usahatani jarak?


TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1) Mengetahui proses pengaplikasian faktor-faktor pruduksi system usahatani.
2) Mengetahui pola pemasaran yang dipakai oleh petani dalam memasarkan hasil produksi jarak.
3) Mengetahui besarnya penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani dari kegiatan usaha jarak.
4) Mengetahui besarnya keuntungan relative yang diperoleh petani dalam kegiatan usaha jarak.





KONTRIBUSI
Penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi :
1) Petani dan pedagang jarak dalam upaya meningkatkan pendapatan dan memantapakan usaha pemasaran hasil pertanian guna memberikan suatu hasil yang lebih baik.
2) Pemerintah dalam mempertimbangkan untuk mengambil kebijakan efektif dan efisien dibidang usaha perkebunan hingga pemasaran yang dilakukan oleh petani pada umumnya di Kabupaten Kupang.
3) Penelitian lainnya sebagai bahan referensi, maupun lanjutan penelitian yang masih relevan.


METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian kegiatan usahatani jarak di desa Nunmafo Kecamatan Amabi Oefeto Timur bahwa faktor pendukung yang berperan penting adalah : input, menajemen pengelolahan usahatani, kelangsungan kegiatan, hasil produksi, proses pemasaran, pendapatan petani dan keuntungan relatif.
Temapat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Nunmafo Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang. Pnegumpulan data dilakukan selama satu bulan (November-Desember 2006).
Metode Pengambilan Contoh
Metode Pengambilan dilakukan secara bertahap, tahap pertama adalah penentan Desa contoh secara sengaja (purposive sampling), tahap kedua dilakukan untuk menentukan petani contoh yang dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling).
Metode Pengambilan Data
Data yang telah terkumpuil berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada daftar pernyataan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber (lembaga/instansi) yang berkaitan atau berhubungan langsung dengan penelitian ini.
Metode dan Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani dalam kegiatan usaha tani jarak dianalisis dengan menggunakan formulasi (Soekartiwi. 1995)
• Penerimaan usahatani yang diterima oleh petani digunakan formulasi :
Tri = Yi xPyi
Tri = Total Penerimaan dari Hasil Penjualan
Yi = Jumlah produksi yang diperoleh
Pyi = Harga
• Pendapatan yang diperoleh petani dari hasil produksi usahatani digunakan
Pd = TR TC
Pd = Pendapatan
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya yang dikeluarkan


Untuk meghitung keuntungan relatif dari usahatani diperoleh melalui analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio) :

R/C Ratio =

Dengan kriteria :
R/C ratio < 1 = Secara ekonomis kagiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan R/C ratio = 1 = Secara ekonomis kegiatan usahatani tersebut tidak merugikan dan tidak menguntungkan R/C ratio > 1 = Secara ekonomis kagiatan usahatani tersebut menguntungkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Amabi Oefeto Timur merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Kupang dengan jumlah desa sebanyak 8 buah. Namun sejak akhir tahun 2005 terajdi pemekaran desa sebanyak 2 buah dari desa Oemofa dan desa Seki yang melahirkan desa Enolanan dan desa Oenunu. Saat ini jumlah desa yang berada pada Kecamatan Amabi Oefeto Timur menjadi 10 desa. Luas Kecamatan Amabi Timur Kabupaten Kupang adalah 236,72 km².
Desa Nunmafo
Desa Nunmafo merupakan salh satu Desa di Kecamatan Amabi Oefeto Timur dengan luas wilayah 13,33 km². Desa Nunmefo terbagi menjadi 5 dusun, 19 RT, dan 10 RW. Nunmafo beriklim tropis denagn kisaran suhu 20-30° C dengan rata-rata curah hujan per tahun berkisar antara 6-7 bulan.Potensi laha pada Desa Nunmafo merupakn lahn kering yang digunakan untuk pemukiman masyarakat, pertanian sawah tadah hujan, peladangan, dan pertenakan.
Karakteristik Sosial Responden
Berdasarkan hasil analisis dimana diketahui rata-rata umur petani yang mengusahkan tanamn jarak di desa Nunmafo adalah 47 tahun dengan kisaran umur antara 27-57 tahun. Tingkat pendidikan formal petani responden pada daerah penelitian cukup bervariasi dari 10 % tidak sekolah, 5 % tidak tamat SD, 15 % tidak tamat SLTP, 20 % tamat SLTP, 15 % tidak tamat SLTA, dan 5 % tamat SLTA. Umumnya petani jarak di Desa Nunmafo memiliki anggota keluarga sebanyak 4-5 orang.
Usahatani Jarak
Usahatani jarak mulai dikelola masyarakat Desa Nunmafo melalui bantuan dari pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kupang serta bantuan Pemerintah Kecamatan sejak tahun 2001. Pengelolahan usaahatani meliputi beberapa tahapan seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan penanganan pasca panen.
Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jarak
Factor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha tani jarak ialah luas lahan, curahan Tenag kerja, modal, pengelolahn hasil, dan biaya produksi bersama. Luas lahan garapan berkisar antara 5-23 are; petani dalam melakukan kegiatan ini tidak mengeluarkan modal, tetapi hanya menggunakan modal pad saat menyewa tenaga kerja 2-3 orang; Tenaga kerja laki-laki pada tahap pengelolahn tanah sebesar (8,09%), tahapan pemeliharaan (13,31%). Namun tenaga kerja wanita lebih banyak bekerja pada tahap panen (67,40%), dan pasca panen (15,52%).
Luas lahan yang digunakan responden di Desa Nunmafo berkisar antara 5-25 are. Usahatani jarak ini merupakan bantuan yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten serta Pemerintah Kecamatan. Pengelolahan usahatani melalui beberapa cara : (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) Pelaksanaan Kegiatan, dan (4) Pengawasan.
Produksi
Produksi ideal tanaman jarak adalah 2-4 kg gelondongan jarak per pohon (Erliza Hambali dkk, 2006). Namun pada desa penelitian tanaman jarak mulai berproduksi pada usia antara 3-4 bulan denagn kisaran produksi gelondongan kering jarak hanya mencapai 1-2 kg per pohon. Untuk luas 5 are, produksi jarak adalah 553 kg dengan produksi terendah 57 kg dan produksi tertinggi 90 kg. untuk luas 10 are, prodksi jarak adalah 287 kg dengan proksi terendah 75 kg dan tertinggi 112 kg. Luas lahan 12 are, produksi jarak adalah 356 kg dengan produksi terendah 98 kg dan tertinggi 160 kg. Sedangkan luas lahan 25 are, produksi jarak adalah 230 kg dengan produksi terendah 100 kg dan produksi tertinggi 130 kg.



Pola Pemasaran Hasil Produksi Usahatani Jarak
Berdasarkan hasil wawancara terhadap petani jarak di desa Nunmafo diketahui bahwa, biaya pemsaran jarak tidak dihitung, melainkan diabaikan karena tidak tedapat komponen biaya yang masuk dalam kategori biaya pemasaran. Lembaga pemasarannya terdiri dari Produsen yaitu petani responden sendiri, pedagang pengumpul yaitu pedagang pengumpul kecamatan yang ada di daerah penelitian, dan Pedagang pengumpul antar pulau.
Penerimaan Usahatani Jarak
Harga produksi gelondongan jarak pada desa penelitian berkisar antara Rp. 1.500 sampai dengan Rp. 2.000, harga produksi jarak berbeda setiap petani sesuai kesepakatan dengan pembeli. Penerimaan terbesar terdapat pada tingkatan harga Rp. 2.000 yakni Rp. 2.318.000 dan penerimaan terendah pada tingkat harga Rp. 1.500 yakni hanya mencapai Rp. 1.333.500.
Pendapatan Usahatani Jarak
Pendapatan petani responden yang lebih besar yakni Rp. 2.247.000 terdapat pada tingkat harga Rp. 2.000. hal ini dikarenakan 11 petani responden dalm tingkat harga tersebut memiliki jumlah biaya produksi yang lebih kecil dari petani responden pada tingkat harga Rp. 1.500. Sebaliknya, Pendapatan petani yakni hanya sebesar Rp. 1.257.000 terdapat pada tingkat harga Rp. 1.500. hal ini dikernakan 9 orang petani responden dalam tingkat harga tersebut memiliki jumlah biaya produksi yang kumulatif lebih besar.
Keuntungan relatif R.C. ratio
Analisis perhitungan untuk nilai R/C ratio pada usahatani jarak di desa Nunmafo adalah sebesar 24,75; berarti bahwa untuk biaya Rp. 100 yang dikeluarkan oleh petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2.475 sebagai manfaat dari usahatani jarak. Sehingga bias disimpulkan bahwa kegiatan usahatani ini menguntungkan dan layak diusahakan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1. (a) Luas lahan garapan berkisar antara 5-23 are.
(b) Petani dalam melakukan kegiatan ini tidak mengeluarkan modal, tetapi hanya menggunakan modal pad saat menyewa tenaga kerja 2-3 orang.
(c) Tenaga kerja laki-laki pada tahap pengelolahn tanah sebesar (8,09%), tahapan pemeliharaan (13,31%). Namun tenaga kerja wanita lebih banyak bekerja pada tahap panen (67,40%), dan pasca panen (15,52%).
(d) Pengelolahan usahatani melalui beberapa cara : (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) Pelaksanaan Kegiatan, dan (4) Pengawasan.
(e) Biaya produksi yang dihitung oleh petani hanya terbatas pada biaya tenaga kerja saja dengan jumlah total Rp. 147.500.
2. Petani di desa nunmafo umumnya melakukan pemasaran hasil produksi jarak melalui pola proses penyaluran serta menjual hasilproduksi secara langsung di rumah dan kebun, kepada pedagang pengumpul.
3. Total penerimaan petani responden sebesar Rp. 3.651.500 dan total pendapatan sebesar Rp. 3.504.000. hal ini menunjukan bahwa petani responden mengalami keuntungan pendapatan yang sangat besar, ini disebabkan usaha tersebut hanya biaya yang sedikit.
4. Analisis perhitungan untuk nilai R/C ratio pada usahatani jarak di desa Nunmafo adalah sebesar 24,75; berarti bahwa untuk biaya Rp. 100 yang dikeluarkan oleh petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2.475.

Rekomendasi
1. Bagi petani diharapkan melakukan penentuan pola tanam tumpangsari yang sesuai ; yaitu memksimalkan penentuan jarak tanam sehingga mempeoleh hasil peroduksi yang optimal, walapun luas lahan yang diusahakan sangat kecil.
2. Bagi konsumen pembeli diharapkan agar dalam pembelian hasil jarak dilakukan secara terus menerus tanpa memakai jarak waktu hingga terlalu lama, sehingga petani hilang semangat untu kengusahakan kegiatan usahtani jarak.
3. Bagi pemerintah diharapkan khusus Dinas Pertanian dan Kehutanan serta Pemerintah Kecamatan agar mengarahkan dan melakukan pengawasan tehadap strategi-strategi pembudidayaan hingga pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahtani. Penerbit Alumni, Bandung.
Biro Pusat Statistik, 2004. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2004.
Hamid, A. K. 1972. Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Masyuri, 1992. Analisis Pemasaran Nenas di Blitar Jawa Timur. Fakultas Pertanian Universitas Islam, Malang
Manullang. M, 1996. Dasar-Dasar Manajemen. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Manurung, R, 2005. Minyak Jarak, Pengganti Solar. KOMPAS. 4 Maret:8
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kupang. Laporan Pengambangan Area Tanaman Jarak di Kabupaten Kupang, 2004.

KONTRIBUSI USAHATANI TOMAT TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI TOMAT DI DESA TESBATAN KECAMATAN AMARASI KABUPATEN KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI NILTON JOSE ALMEIDA BOANVIDA)
Oleh :
ROMANUS F. MONE
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertaian,Faperta – Undana


ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juli sampai Bulan Agustus 2006 Di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang . ada pun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Pendapatan dari usahatani tomat, 2). Kontribusi usahatani tomat terhadap pendapatan usahatani, 3). Keuntungan relatif dari usahatani tomat,4) faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani tomat.
Penelitin ini menggunakan metode survei,pendapatan dari usahatani tomat adalah Rp.860.159,09, dengan rata-rata pendapatan per are Rp.51.916,32 per tahun dan kontribuinya terhadap total usahatani ebesar 52,01%, Sementara itu dari segi ekonomi usahatani tomat yang di usahakan menguntungkan petani dengan nilai R/C Rasio sebesar 2,23.

ABSTRACT
This research is held on juli till august 2006 in tesbatan villiage, Amarasi-Kupang. The purposes of this research are 1) To find out the income of tomatoes farming, 2) To find out the contribution of tomaoes farming fowards the income of the farmer, 3) To find out the relative advantages of tomatoes farming, and 4) To find out the elements which influence the income of tomatoes farming.
This research use observation method. The result shows that the income of tomatoes farming was Rp. 860.159,09, the contri9bution of tomatoes farming for the farmer was 52,01%, the relative advantages of tomatoes farming ratio was R/C ratio of 2,23.



PENDAHULUAN
Kenyataan menunjukan bahwa kehidupan masyarakat tani di pedesaan, umumnya bergantung pada potensi daerah tempat mereka bermukim. Tinggi rendahnya pendapatan petani sangat di tentukan oleh ; luas lahan,tenaga kerja serta keterampilan petani. Pengembangan tanaman holtikultura diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani,meningkatkan gizi masyarakat dan menciptakan lapangan kerja.
Tomat merupakn salah satu komoditi holtikurtura yang banyak di konsumi oleh masyarakat dan telah lama di usahakan petani. Usahatani tomat Di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang,produksinya tidak bergantung pada musim karena di dukung oleh sumber mata air sepanjang tahun, sehingga usahatani ini dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahtraan petani dengan peningkatan pendapatan.

PERUMUSAN MASALAH
Dari hasil uraian latar belakang di atas maka permaalahan yang perlu di kaji adalah :
1. Berapa besar pendapatan petani dari usahatani tomat di desa tesbatan ?
2. Berapa besar kontribusi usaha tani tomat terhadap pendapatan usahatani ?
3. Berapa besar keuntungan relatif yang di terima dari usahatani tomat di desa tesbatan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani tomat di desa tesbatan.

TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pendapatan petani dari usaha tomat di desa tesbatan.
2. Kontribusi usaha tani tomat terhadap pendapan usahatani di desa tesbatan.
3. Keuntungan relatif yang di terima dari usahatani tomat di desa tesbatan
4. Faktor faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani tomat di desa tesbatan.

KONTRIBUSI
Penelitian ini diharapkan berguna bagi: pihak pihak yang berkaitan dengan penelitian ini dan sebagai acuan untuk penelitian lebuh lanjut, dan juga pada petani agar bia meningkatkan pengolahan uahatani tomat.



METODE PENELITIAN
Kerangka penelitian
Untuk memperoleh sejumlah produki untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan pendapatan dan output yang di hasilkan tidak terlepas dari bekrjanya faktor produksi seperti tenaga kerja,modal dan lahan.
Dengan beragamnya usahatani yang dijalankan petani berarti bahwa peranan dan sumbangan dari tiap cabang usaha adalah penting dan berbeda beda terhadap total pendapatan ruman tangga petani. Untuk itu perlu di lakukan kajian terhadap terhadap pendapatan, keuntungan serta kontribusinya terhadap total pendapatan usahatani.
Untuk mengetahui keuntungan relatif dari kegiatan usahatani tomat dilakukan analisis perbandingan antara jumlah penerimaan total dan jumlah pengeluaran total.untuk mengetahui kontribui usahatani tomat di lakukan anlisis presentase yaitu menghitung perbandingan (ratio) antara pendapatan untuk tomat dan total pendapatan usahatani.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini telah dilakanakan Di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang. Dipilih desa Tesbatan dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki produksi yang paling tinggi kecamatan amarasi.pengambilan data ini telah dilaksanakan pada bulan Juli- Agustus 2006.
Metode pengambilan contoh
Penentuan reponden dilakukan ecara acak sederhana (simple random sampling) sebanyak 10% dari 220 petani tomat berdasarkan data administrasi kec.Amarasi, sehingga di peroleh 22 petani contoh.di ambil 10% karena populainya tingat tingkat keragaman relatif sama (homogen) sehingga dengan sempel 10% populai sudah bisa terwakili.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Data yang di kumpulkan berupa data sekunder dan primer.data primer diperoleh dari hail wawancara langsung dengan petani contoh dengan pedoman pada daftar.sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti pustaka yang terdapat di kantor BPS Kupang.(jumlah produksi tomat, luas lahan,perkembangan produksi sayur sayuran dan buah buahan) kantor kecamatan amarasi.




Model dan Analisis Data
Data yang di kumpulkan akan tabulasi atau dianalisis sesuai tujuan yang ingin di capai :
1. Tujuan pertama di lakukan perhitungan pendapatan uahatani tomat dengan rumus :
Pd = TR-TC
Dimana :
Pd = Pendapatan usahatani tomat
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya.
2. perhitugan kontribusi uahatani tomat terhadap pendapatan petani dengan rumus:
X = Pendapatan Usahatani Tomat x 100 %
Total pendapaytan uaha tani
Dimana :
X = Kontrubusi pendapatan dari suatu cabang usahatani terhadap total pendapatan yang di ukur dalam peren (%).

3. Perhitungan keuntungan relatif yang di peroleh dari uasahatani tomat dengan rumus :
R/C Ratio = jumlah penerimaan total
jumlah pengeluaran total
Dengan kriteria :
Jika R/C Ratio < 1 : secara ekonomi kegiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan. Jika R/C Ratio =1 : secara ekonomi kegiatan tersebut tidak merugikan dan tidak menguntungkan. Jika R/C Ratio > 1 : secara ekonomi kegiatan usahatani tersebut menguntungkan.

4. curahan tenaga kerja dalam usahatani di lokasi penelitian di ukur dalam hari kerja orang (HKO) setara dengan 7 jam kerja tanpa membedakan tenaga kerja dengan rumus matematis sebagai berikut :
HKO = jumlah tenaga kerja x jumlah jam kerja x jumlah hari kerja
7


HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian
Desa tesbatan terletak pada keinggian 500 meter di ata permukaan laut (mdpl) dengan curah hujan 2000 mm/tahun, dengan suhu rata-rata 29O C dan topografi daratan. Sedangkan jarak Ke Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten adalah 7 km dan 48 km.
Prasarana trasportasi yang dimiliki adalah jalan yang menghubungkan desa tesbatan dengan ibu kota kecamatan, sedangkan jalan penghubung antar dusun sebagian terdiri dari jalan pengerasan atau berbatu dan lainnya berupa jalan stapak.
Identitas Reponden
Umur
Rata-rata umur responden 42,63 tahun dengan variasi umur antara 29 ampai 62 tahun.
Pendidikan
Pada pendidikan yang berada pada desa tesbatan rata-rata pendidikan yang paling banyak rendah hanya ampai pendidikan dasar (SD).
Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga yang terdiri dari petani responden itu sendirin sebagai kepala keluarga,istri,famili,anak-anak, maupun yang menumpang. Keluarga yang menmpunyai jumlah tanggungan keluarga yang besar maka biaya kebutuhan hidupnya pun juga besar. Namun jika dilihat dari sisi kebutuhan akan tenaga kerja hal ini merupakan keuntungan bagi keluarga petani.
Pengalaman berusahatani
Haisil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pengalaman petani dalam usahatani tomat yakni 14,4 tahun. Dengan melihat angka tersebut dapat di dimpulkan bahwa usahatani tomat bukan merupakan hal yang baru bagi petani.
Deskripsi Usahatani Tomat Di Daerah Penelitian
Aktifitas usahatani tomat didesa tesbatan dilakukan kebanyakan di sawah karena dekat dengan umber mata air.
Luas Lahan Yang Di Gunakan
Haisil penelitian menunjukan bahwa luas lahan yang di gunakan unuk usahatni tomat selama tahun 2005 betrkisar antara 7-65 are dengan rata-rata oer responden 16,56 are.

Pola Tanaman Tomat
Penggunaa tenaga kerja dalam usahatani tomat umunya melibatkan anggota keluarga petani tomat itu sendiri, dan masih berifat gotong-royong. Hal ini berarti biaya yang di kerluarkan sebagai upah tenaga kerja luar keluarga tida ada.
Curahan tenaga kerja dalam usahatani tomat dalam penelitian ini dapat dihitung menggunakan rumus :
¬¬¬¬¬ HKO =  Tenaga Kerja X  Jam Kerja X  Hari Kerja
7
Pemasaran
Sitem penjualan yang di lakukan adalah penjualan di tempat (borongan) dan di jual ke pasar. Namun kebanyakan petani lebih banyak mmilih penjualan langung ke pasar karena lebih menguntungkan walaupun haru mengeluarkan biaya transportasi.
Biaya-biaya Usahatani Tomat
Biaya-biaya dalam usahatani tomat merupakan pengorbanan untuk memperoleh penerimaan atau pendapatan kotor.Biaya yang di keluarkan dalam usahatani tomat adalah biaya bibit,upah tenaga kerja luar keluarga.
Analisis Pendapatan Usahatani Tomat
Penerimaan usahatani tomat merupakan nilai produk total usahatani biaya yanlam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini pendapatan dipreroleh dari eliih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan oleh petani.
Analisa Imbangan Penerimaan dan Biaya R/C Rasio
Keuntungan relatyif dari usahatani tomat dihitung dengan menggunakan analisis R/C Rasio dimana dapat membandingkan semua penerimaan dengan semua biaya yang di keluarkan dalam usahatani.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata penerimaan usahatani tomat sebesar Rp.1.554.000.dan biaya usahatani tomat Rp.693.840,91.Sehingga besarnya R/C Rasio usahatani tomat adalah 2,23.Hal terebut dapat diartikan bahwa untuk setiap Rp satu biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani tomat ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp 2,23.Hal ini berarti uahatanu tomatdapat menguntungkan petani secara emkonomi.
Ecara ekonomi besar kecilnya biaya yang di krluarkan usahatni tomatberpengaruh terhadap perhitungan R/C Raiouahatani tomat. Salah satu yang paling menonjio ialah biaya.namun dengan adanya item gotong-royong menyebabkan tidak mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja. Hal ini lah yang menyebabkan usahatani tomat di desa tesbatan menjadi alah atu faktor yang menyebabkan uahatani tomat ini menguntungkan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usahatani Tomat
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani tomat di desa tesbatan. Antara lain :
1. Luas Lahan Produki
Walaupun ewcara statistik tidak dilakukan pengujian pada variabel luas lahan namun dari hasil penelitian tentang kombinasi faktor-faktor produksi tanaman kacang juga berpengaruh terhadap produki tanaman tomat didesa tesbatan.
2. Harga.
Uahatani tomat sering berfluktuasi (Rp. 6.000- 11.000/kg) di pasaran dan tigkat petani (Rp. 5.000- 25.000) akan berpengaruh terhadap penerimaan usahatani tomat.
3. Investai
Pada dasarnya modal awal yang di gunakan petanimerupakan modal sendiri.bedasarkan hasil wawancara reponden beluim perna mendapatkan kreditatau bantuan modal berupa uang untuk memulai usahatani tomat.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
Dari hasil penelitian dan pembahasan ddapat disimpulkan bahwa :
1. Besarnya kontribusi usahatani tomat, terhadap total usahatani di desa tesbatan pada tahun 2005 adalah 52,01%. Hal ini berarti usahatani tomat menduduki urutan pertama dalam kontribusinya terhadap pendaopatan usahatani.
2. Secara ekonomi usahatani tomat didea tesbatan pada tahun 2005 menguntungkan dengan nilai R/C Rasio > 1 sebesar 2,23.
3. Walaupun secara statistik tidak dilakukan uji terhadap faktor-faktor yang menpengaruhi penerimaan namun secara dekripsi dapat di jelaskan bahwa faktor0-faktor yang diduga mempegfaruhi penerimaan usahatani tomat di desa tesbatan pada tahun 2005 adalah luas lahan,produksi,harga dan investasi.
Saran
1. Kecilnya lua lahan yang digunakan untuk mengusahakan tanaman tomat diharapkan adanya pengembangan usahatani tyomat dengan memperluas arel usaha.
2. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa rerata reponden tidak pernah mengikuti pendidikan informal yang berkaitan dengan usahatani ehingga di harapkan adanya penyuluhan yang berkelanjutan mengenai pengelolaan usahatani tomat erta usahatani lainnya ecara intensif.


DAFTAR PUSTAKA

Hernanto, F.1993. Ilmu UsahatanI Penebar Swadaya. Jakarta
Hernanto,F.1996. pengantar ekonomi pertanian, Kanisius. Jakarta
Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian.Kanisius. Jakarta
Soehardjo dan patong,1978. sendi-sendi usahatani. Dapertemen ilmu Sosial, fakultas pertanian IPB Bogor.
Sokartawi,1986. ilmu usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. UI. Press jakarta.
Sokartawi,1995. ilmu usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. UI. Press jakarta.
Tuka S.A.2003.kajian ekonomi usahatani tomat di kelurahan bakunase kecamatan oebobo kota kupang. Skripsi fakultas pertanian undana. kupang


EFISIENSI EKONOMIS USAHATANI SAWI PADA TINGKAT
PETANI DI KECAMATAN KUPANG TIMUR
KABUPATEN KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI A.N APRIANA MARSALINA AIRTUR)
OLEH
RAYMOND A. BALE DOTO
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta-Undana


ABSTRAK
Penelitian tentang efisiensi ekonomis usahatani sawi pada tingkat petani di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, berlangsung selama bulan Mei hingga juni 2007. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah faktor produksi yang digunakan pada usahatani sawi, besarnya pendapatan yang diperoleh dari usahatani sawi serta pengaruh penggunaan input yang telah mencapai efisiensi alokatif, efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.
Data yang dikumpulkan ditabulasi untuk menjawab tujuan pertama menggunakan analisis deskriptif, dan untuk tujuan kedua menggunakan analisis pendapatan. Sedangkan tujuan ketiga dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglas kemudian analisis regresi menggunakan program exel.

ABSTRACT
This research was carried out in East Kupang Sub-District from may to June 2007. The aims were:
1. The sorts and production factor used in brassica rugosa farming system.
2. The average income of the Brassica rugosa farming system.
3. The influence of the input utilazation that had reached allocative, technical and economic efficiency.
The descriptive analysis was used to meet the first and the second goal. the cobb-douglass function was used to meet the aim three.

PENDAHULUAN
Sayuran sebagai suatu produk hortikultura merupakan tanaman yang tidak terpisah dari kehidupan manusia. Komoditas ini penting karena mengandung berbagai vitamin dan berfungsi sebagai sumber karbohidrat, protein dan mineral yang sangat berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan serta membangun daya tahan tubuh manusia.
Kabupaten Kupang khusunya Kecamatan Kupang Timur memiliki potensi atau keunggulan pada pertanian yang dapat diandalkan untuk pembangunan ekonomi daerahnya. Salah satu komoditi yang sangat berpotensi adalah sawi, produksi tanaman sawi pada tahun 2005 adalah 16 Kw dengan luasan lahan 10 Ha (Kupang Timur dalam angka, 2006)

PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis dan jumlah faktor produksi apakah yang digunakan pada usaha tani sawi di Kecamatan Kupang Timur?
2. Berapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha tani sawi di Kecamata Kupang Timur?
3. Bagaimana Pengaruh penggunaan input terhadap tingkat efisiensi ekonomis pada usahatani sawi di Kecamatan Kupang Timur?

TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui jenis dan jmlah faktor produksi yang digunakan pada usahatani sawi di kecamatan kupang timur.
2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh dari usahatani sawi di kecamatan kupang timur.
3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan input terhadap tingkat efisiensi ekonomis pada usahatani sawi di kecamatan kupang timur.

KONTRIBUSI
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Petani sebagai bahan masukan dalam mengelola usahatani agar memperoleh hasil yang optimal.
2. pihak lain dalam hal ini peneliti sebagai media informasi bagi suatu penelitian lanjutan.


METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran
Dalam melaksanakan usahatani seorang petani atau menejer selalu berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi yang dimiliki seefisien mungkin sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimum (profit maximization).
Keberhasilan suatu usahatani bukan pula diukur dengan tersedianya faktor produksi yang memadahi yang dimiiki petani, namun juga oleh keterampilan atau manejemen yang baik yang didukung oleh penyuluhan dan pelatihan pertanian.
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di desa Pugdale dan Kelurahan oesao Kecamatan Kupang Timur. Pengambilan Data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2007.
Metode Penentuan Sampel
Penetuan sampel dilakukan secara bertahap dengan lokasi sampel penelitian adalah 2 desa yaitu desa pugdale dan kelurahan oesao yang ditentukan oleh secara sengaja dengan pertimbangan desa terpilih memiliki produksi terendah dan luas lahan tertinggi ( data primer).
Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode surve. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuisoner yang telah disiapkan, sedangkan data sekunder diperleh dari instansi terkait.
Model dan analisis data
Pengujian efisiensi ekonomis menggunakan pendekatan keuntungan maksimum. Secara matematis dituliskan
П=TR-TC
keterangan: П : Keuntungan
TR : Total penerimaan
TC : Total biaya



HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi tanaman sawi
Lahan yang akan digunakan sebelumnya dicangkul dan dibuat bedengan. Tinggi bedengan ± 20 cm. Lahan kemudian dibersihkan dari gulma dan dibiarkan 2 hari setelah itu baru ditanam. Cara penanaman yaitu lahan disiram dengan air kemudian benih dihamburkan langsung di atas lahan secara merata. Umumnya petani di daerah penelitian tidak melakukan pesemaian untuk benih sawi. Pengolahan lahan di lokasi penelitian menggunakan alat yaitu cangkul maupun traktor. Semakin luas areal penanaman maka petani cenderung menggunakan traktor untuk pengolahan lahan. Tenaga kerja dipergunakan adalah tenaga kerja dalam keluarga.
Luas lahan yang digunakan untuk menanam sawi di daerah penelitian yaitu : untuk kelurahan Oesao rata – rata luas lahan yang digunakan adalah 4,33 are sedangkan Desa Pukdale rata – rata luas lahan yang digunakan adalah 5,22 are. Secara gabungan rata – rata luas lahan yang digunakan adalah 4,76 are.
Pemeliharaan
Aspek pemeliharaan dalam budidaya tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit
 Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat pikul dan dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali yaitu pagi dan sore
 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan tujuan menambah kesuburan tanah sehingga dapat meningkatkan hasil panen tanaman sawi. Pupuk yang dominan digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk urea dan pupuk TSP.
 Penyiangan
Penyiangan yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian mempunyai tujuan yaitu agar tanaman sawi terhindar dari gulma serta tanaman pengganggu yang lain.
 Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit akan menyebabkan penurunan produksi dan kegagalan panen. Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat pemakan daun. Penyemprotan pestisida dilakukan petani bila terdapat tanda – tanda serangan hama dan penyakit.
 Panen
Pemanenan tanaman sawi dilakukan petani di lokasi penelitian bila umur tanaman telah mencapai 30 – 37 hari. Pemanenan tanaman sawi dilakukan dengan cara tanaman sawi dicabut kemudian bagian akarnya dipotong menggunakan pisau.


Analisis Pendapatan Petani Tanaman Sawi
Pendapatan usaha tani tanaman sawi diperoleh dari selisih antara nilai total produksi atau penerimaan dengan biaya produksi atau pengeluaran. Sebelum menghitung pendapatan maka perlu diketahui terlebih dahulu penerimaan dan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tanaman sawi petani.
Penerimaan Usahatani Tanaman Sawi
Penerimaan adalah seluruh produksi yang dinilai dengan uang yaitu hasil kali antara jumlah produksi dengan harga jual produksi persatuan produksi. Harga yang dimaksud adalah harga yang berlaku ditingkat petani.
Rata – rata penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani sawi untuk musim tanam tahun 2007. Rata – rata penerimaan yang diperoleh petani dari usaha tani sawi di kelurahan Oesao adalah Rp. 4.382.246,43 dengan total penerimaan Rp. 122.702.900,- , sedangkan untuk Desa Pukdale rata – rata penerimaan yang diperoleh petani adalah Rp. 2.523.161,54 dengan total penerimaan Rp. 65.602.200,- . Secara gabungan rata – rata penerimaan yang diperoleh petani di kecamatan Kupang Timur adalah Rp. 3.487.131,48 dengan total penerimaan Rp. 188.305.100,-.
Biaya Produksi Tanaman Sawi
Biaya produksi adalah pengeluaran dalam proses produksi untuk mendapatkan factor – factor produksi serta bahan pendukung lain bagi jalannya proses produksi. Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini antara lain : biaya benih, biaya pupuk, biaya obat – obatan, biaya tenaga kerja, biaya sewa lahan, biaya sewa traktor, biaya untuk pengairandalam hal ini pembelian bensin untuk penggerak motor air.
• Biaya benih
Secara gabungan rata – rata biaya benih yang dikeluarkan oleh petani di Kecamatan Kupang Timur adalah Rp. 126.712,96 / tahun.
• Biaya Pupuk
Secara gabungan rata – rata biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani di Kecamatan Kupang Timur adalah Rp. 127.564,81 / tahun.
• Biaya Pestisida
Secara gabungan rata – rata biaya pestisida yang dikeluarkan oleh petani di Kecamatan Kupang Timur adalah Rp. 77.018,52 / tahun.
• Biaya tenaga kerja
Secara gabungan rata – rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga di Kecamatan Kupang Timur yaitu 1,04 HKO ( 100 % ). Curahan tenaga kerja untuk usahatani sawi di daerah penelitian 1 x tanam tahun 2007. Secara gabungan total curahan tenaga kerja 86,93 HKO ( 100 % ).
• Sewa lahan
Secara gabungan rata – rata biaya sewa lahan yang dikeluarkan oleh petani di Kecamatan Kupang Timur adalah Rp. 234.048,15 / tahun.
• Sewa traktor
Secara gabungan rata – rata biaya sewa traktor yang dikeluarkan oleh petani di Kecamatan Kupang Timur adalah Rp.108.444,44 / tahun.
• Pengairan
Secara gabungan rata – rata biaya untuk pengairan yang dikeluarkan oleh petani di Kecamatan Kupang Timur adalah Rp.52.592,59 / tahun.
Pendapatan
Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya produksi yang dikeluarkan petani pada jangka waktu tertentu yaitu selama tahun 2007. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pendapatan rata – rata yang diperoleh responden di Kecamatan Kupang Timur selama musim tanam tahun 2007. Secara gabungan rata – rata pendapatan yang diperoleh petani di Kecamatan Kupang Timur adalah Rp. 2.725.466,67 / tahun dengan total pendapatan Rp. 147.175.200,- / tahun.
Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb – Douglas
Hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb – Douglas menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, tenaga kerja menunjukkan pengaruh yang nyata pada peningkatan dan penurunan produksi sawi. Sedangkan faktor produksi benih, pupuk urea dan pupuk TSP dan juga variable umur tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada peningkatan dan produksi sawi.
Luas lahan ( X1 ) dengan koefisien regresi 0,925 menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 % dan memberikan nilai positif. Artinya bahwa apabila penambahan luas lahan sebesar 1 satuan akan meningkatkan produsi sawi sebanyak 8,41 kg ( koefisien luas lahan yang diantilogaritmakan ). Hal ini berdasarkan pengamatan di lapangan luas lahan untuk usahatani sawi cukup bervariasi, lahan yang luas memberikan hasil yang lebih banyak dan sebaliknya lahan yang sempit memberikan hasil yang sedikit.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Faktor produksi yang digunakan petani untuk usahatabi sawi di Kecamatan Kupang Timur meliputi : lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea dan pupuk TSP.
2. Pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani sawi selama musim tahun 2007 : secara gabungan rata – rata pendapatn yang diperoleh petani untuk usahatani sawi di Kecamatan Kupang Timur musim tanam tahun 2007 adalah Rp. 2.725.466,67 dengan total pendapatan Rp.147.175.200,-.
3. Hasil analisis regresi linear berganda untuk Kelurahan Oesao faktor produksi luas lahan, tenaga kerja menunjukkan pengaruh yang nyata pada peningkatan dan penurunan produksi sawi, sedangkan faktor produksi benih, pupuk urea, pupuk TSP dan variable umur tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada produksi sawi.
4. Pengujian efisiensi Alokatif : Untuk Kelurahan Oesao tidak ada satupun input produksi yang dipergunakan mencapai efisiensi alokatif maka input produksi lahan harus diperluas dengan luasan rata – rata 14,13 are.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Keuntungan maksimum dapat dicapai apabila petani mampu mengalokasikan factor – factor produksi yang ada sehingga produksi yang maksimal dapat dicapai.
2. Untuk meningkatkan keterampilan dalam mengelola usahatani maka peranan penyuluh lapangan perlu ditingkatkan.


DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Kupang. 2006. Kabupaten Kupang Dalam Angka.
BPS Kabupaten Kupang. 2006. Kupang Timur Dalam Angka.
BPS NTT. 2005. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten / Kota Kupang.
BPS NTT. 2004. Statistik Pertanian NTT
BPS NTT. 2006. Statistik Pertanian Kabupaten Kupang








STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM MANAJEMEN HOME INDUSTRI EMPING JAGUNG
DI KELURAHAN SIKUMANA KOTA KUPANG
(STUDI KASUS PADA HOME INDUSTRI EMPING JAGUNG “SINAR 313”)


(KAJIAN SKRIPSI DESIANA MORU)
Oleh :
JEFFRY UMBU SAPU JAMILAGA
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta-Undana


ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Sikumana Kota Kupang pada Hme Industry emping jagung “Sinar 313” tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya produksi emping jagung serta mengetahui besarnya laba yang diperoleh dan bagaimana strategi pengambilan keputusan dalam manajemen home industry “Sinar 313”.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Dta primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan pemilik dan tenaga kerja home Industry “Sinar 313” dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Perindustrian dan Pergangan Kota Kupang. Strategi pengambilan keputusan dalam manajemen home industry “Sinar 313” dapat dilakukan denagn berbagai aspek, yakni aspek produksi, aspek organisasi serta pembukuan terkait.

ABSTRAK
The research has been done in Sikumana Vilagge Kupang city of corn chip at “Sinar 313” home industry.the objectives of the research were to know the production cost of corn chip, to know the profit and to know decision maker strategy at “Sinar 313” home industry management.
Data sourch consist of primary data and secondary data. Primary data was gained directhy and labour from “Sinar 313” home industry using interview technique based on prepared questionnaire. Secondary data was gained from intuition related to issue of the research such as Departement Industry and Trade Kupang City. Third, decision maker strategy at “Sinar 313” home industry management can be done by some aspect namely production aspect production, aspect arganition, and aspect

PENDAHULUAN
Strategi pembanguna jangka panjang di Indonesia menitikberatkan pada bidang ekonomi sebagai penggerak utama pembangunan nasional. Sector pertanian sebagai bagian dari bidang ekonomi perlu terus ditingkatkan peranannya karena berkaitan erat dengan pengembangan industry. Nusa Tenggara Timur memiliki potensi (NTT) memiliki pengmbangan home industry jagung karena berbagai keunggulannya, seperti tersedianya lahan dan tenaga kerja yang cukup serta produksi jagung yang terus meningkat.
Salah satu jenis produk olahan yang siap dikonsumsi dengan cita rasa yang renyah, gurih dan lezat adalah emping jagung. Gagsan pengolahan emping jagung bermula dari pengamatan pihak home industry terhadap “ jagung titi” yang diolah secara sederhana tetapi cukup digemari.
Home industry emping jagung “Sinar 313” adalah satu-satunya perusahaan penghasil emping jagung di kota Kupang yang telah memasarkan produknya secara luas ke took-toko dan di supermarket di lingkungan Kota Kupang.
Setiap kegiatan industry demikian halnya dengan home industry emping jagung “Sinar 313” mempuyai tujuan mempertahankan keberlangsungan usaha dan menghasilkan laba maksimum. Sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut maka beberapa aspek perlu mandapat perhatian seperti aspek kontinyuitas pangadaan bahan baku, intensitas modal, peralatan, teknologi, penyimpanan dan pengangkutan serta pemasaran.
Sejauh ini pengusaha home industry emping jagung “Sinar 313” belum dapat mengoptimalkan laba yang diinginkan dikarenakan ada beberapa aspek kegiatan yang kurang mendapat perhatiann seperti aspek produksi, aspek organisasi, serta aspek pembukuan yang masih sederhana.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tuuan jangka panjang, program tidak lanjutserta prioritas alokasi sumber daya. Salah satu alat formulasi strtegi adalah analisis SWOT.analisi SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang memasimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknes) dan ancaman (threats) sehingga itu perlu ditetapkan strategi-strategi sebagai arah dan rencanauntuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan aspek-aspek tersebut dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dimiliki dalam mempertahankan keberlangsungan usaha dan ekspansi usaha ke depan.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang ada maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Berapakah besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh industri home industry emping jagung “Sinar 313”?
2. Berapakah besar laba yang diperoleh home industry emping jagung “Sinar 313”?
3. Bagaimanakah strategi pengambilan keputusan oleh manajemen home industry emping jagung “Sinara\313”?

TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya biaya produksi emping jagung yang dikeluarkan oleh home industry emping jagung “Sinar 313”?
2. Untuk menghitung besarnya laba yang diperoleh home industry emping jagung “Sinar 313”?
3. Untuk mendiskripsikan strtegi pengamblan keputusan oleh home industry emping jagung “Sinar 313”

KEGUNAAN
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :
1. Bahan masukan dan informasi bagi penguasaha dalam pengembangan home industry emping jagung “Sinar 313” di Kelurahan Sikumana Kota Kupang yang terkait dengan proses produksi, organisasi manajemen, pemasaran dan pembukuan
2. Bahan informasi bagi pemerintah Daerah setempat dalam merumuskan kebijakan-kebijakan bagi pembinaan industry kecil
3. Bahan kajian bagi penelitian selanjutnya yang relevan

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Home industry merupakan bagian dari industry kecil yang diushakan di rumah tangga dan bergerka dalam berbagai sector usaha dengan tujuan untuk menambah pendapatan keluarga.dilihat dari operasional usahanya pengusaha perlu mempunyai kemampuan untuk menganalisis berbagai aspek kegiatan meliputi aspek produksi, aspek organisasi manajemen dan penambilan keputusan mengenai hal-hal tersebut diperhitungkan agar manajemen mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimilliki home industry sehingga dapat ditetapkan suatu strtegi ang tepat dalam mempertahankan keberlangsungan usaha dan menghasilkan laba yang diharapkan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Home Industry emping jagung “Sinar 313” di Kelurahan Sikumana Kota Kupang sedangkan pengumpulan data berlangsun g dari bulan oktober – November 2003
Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan daftar pertanyaan. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dipeoleh melalui wawancara langsung dengan pihak peruasahaan yakni pimpinan perusahaan dan karyawan berupa karakteristik home industry, sejarah home industry, komponn biaya-biaya yang terjadi dan strategi pengambilan keputusan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kpustakaan yang berkaitan dengan penelitian serta dengan menghubungi instansi-instansi yang trkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Metode Pengambilan Sampel
Penentuan dan pemilihan lokasi dilakukan dengan cara studi kasus yaitu pada home industry emping jagung “Sinar 313” sebagai penghasil emping jagung yang telah dipasarkan secara luas di Kota Kupang dan menurut penelitian Bano dkk (1997) bahwa emping jagung memiliki margin tertinggi dibandingkandengan olahan jagung lain seperti marnin jagung dn kerupuk jagung. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian yaitu 1 orang pemilik ditambah 3 pekerja.
Pengamatan dan Konsep Pengukuran
1. Karakteristik home industry emping jagung “Sinar 313”
2. Modal usaa yaitu besarnya modal yang digunakan untuk memulai usaha (Rp)
3. Biaya produksi yaitu biaya yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerj langsung dan overhead pabrik (Rp)
4. Jumlah tenaga kerja diukur dalam orang/ jam kerja
5. Biaya tenagan kerja langsung yaitu biaya yang diberikan pada tenaga kerja yang langsung terlibat dalam proses produksi
6. Biaya overhead pabrik yaitu semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung(Rp)
7. Harga jual adalah harga yang ditetapkan home industry emping jagung untuk menjual produk (Rp/Kg)
8. Biaya bahan baku yaitu jumlah biaya yang dieluarkan home industry untuk membeli bahan kbaku (Rp)
9. Jenis-jenis bahan penolong yaitu jenis bahan penolong yang digunakan oleh home industry untuk mmbuat produk berupa minyak goring, garam, vitsin, bawang dam kapur.
10. Pesaing yaitu peruasahaan sejenis yang menjadi pesaing dalam pemasaran produk emping jagung
11. Pola pemasaran yaitu cara home industry memasarkan produknya kepada konsumen
12. Penerimaan yaitu sejumlah uang yang diperoleh home industry emping jagung dari hasil penjualan
13. Volume penjualan yaitu total emping jagung yang berhasil dipasarkan oleh home industry (Kg)
14. Pendapatan yaitu selisih antara penerimaan dengan total biaya dari kegiatan penjualan (Rp)
15. Strategi pengambilan keputusan yaitu cara home industry

Metode dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan dianalisis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu menghitung besar biaya produksi dihitung sebagai berikut :
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik xxx (+)
Biaya produksi xxx

Untuk tujuan kedua yaitu analisis laporan rugi laba dengan format variable costing sebagai berikut :
Perhitungan rugi laba berdasarkan biaya variable :
Hasil Penjualan Rp.xxx
Biaya variable :
Biaya bahan baku Rp.xxx
Tenaga kerja langsung Rp.xxx
Biaya overhead Rp.xxx
Biaya administrasi dan umum Rp.xxx
Biaya pemasaran Rp.xxx +
Total biaya variable Rp.xxx -
Margin kontribusi Rp.xxx
Biaya tetap :
Overhead pabrik tetap Rp.xxx
Biaya administrasi dan umum tetap Rp.xxx
Biaya pemasaran tetap Rp.xxx +
Total biaya tetap Rp.xxx -
Laba sebelum pajak Rp.xxx
Pajak (10%) Rp.xxx -
Laba bersih setelah pajak Rp.xxx

Adapun untuk tujuan ketiga yaitu analisis strategi pengambilan keputusan oleh manajemen digunakan analisis SWOT (Fredy Rangkuti 2003) yaitu : Strength/ Kekuatan (S), Weakness/ Kelemahan (W), Opportunities/ Peluang (O) dan Threats/ Ancaman (T) meliputi aspek proses produksi menyangkut peralatan dan teknologi yang belum memadai, aspek pemasaran terkait dengan peluang pasar dari produk tersebut aspek organisasi manajemen yaitu terbatasnya tenaga kerja terampil serta dari aspek pembukuan yang dilakukan masih sederhana karena dilihat dari sistim akutansi belum perhitungkan secara tepat biaya – biaya yang seharusnya diperhitungkan. Secara sistimatis yang dipaparkan pada gambar 4 Diagram Matrix SWOT untuk merumuskan strategi perusahaan sebagai berikut :
Diagram Matrix SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal Strength (S)
Kekuatan Weakness (W)
Kelemahan
Oppurtunities (O)
Peluang Strategi SO Strategi WO
Threats (T)
Ancaman Strategi ST Strategi WT

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Home Industry Emping Jagung “Sinar 313”
1. Karaktristik Home Industry Emping Jagung “Sinar 313”
Home industry “Sinar 313” adalah satu-satunya perusahaan penghasil emping jagung di kota kupang. Pengopersian ini didasrkan Surat Pendirian Perusahaan (SPP) No. 34125601543 tertanggal 05 Desember 1995 dan SIUP No. 182/24-12/PK/XII/1995. Sinar 313 telah terdaftar sebagai industry kecil dengan No.23/K.2603/IK/12.00.01/96. Jika dilihat dari jumlah tenaga kerja maka “Sinar 313” digolongkan dalam home industry dengan pemilik bapak Sukiyat dan pendidikan terakhirnya ialah SLTA dan juga telah mengikuti pendidikan non-formal sebanyak dua kali. Usaha ini berlokasi di jalan Oebolifo II keluraha Sikumana Kecaman MAuulafa Kota Kupang.

2. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi
No Jenis Sarana Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 Drum
Wajan
Anyaman penjemur jagung
Blender
Saringan Minyak
Bokor
Mesin Penggiing Jagung
Timbangan
Mesin penutup plastik
Saringan Jagung
Kompor Gas
Serok 3
1
3
1
2
5
1
1
1
2
1
2


3. Moda Usaha
Modal memegang peranan penting untuk mempertahankan dan menjalankan home industry. Modal yang dimaksud adalah modal uang tunai dan mmodal harta tetap berupa mesin dan peralatan, sedangkan modal tunai adalah sebagaimodal awal sebesar Rp 2.500.000 yang merupakan modal pribadi.
4. Organisasi kerja
Organisasi kerja merupakan suatu angka kerangka hubungan satuan organisasi diman di dalamnya terdapat pimpinan, bawahan dengan wewenang, tugas dan tanggung jawab masing-masing. Home industry ini dalm kenyataannya belum memiliki organisasi yang jelas.
5. Proses Produksi
Proses produksi adalah cara atau teknik yang dilakukan pada suatu usaha produksi untuk menghasilkan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan melibatkan tenaga kerja, mesin bahan dan biaya yang dimilki sehingga akandihasilkan suatu produk dengan bentuk aroma, warna, dan cita rasa yang sesuai dengan keinginan konsumen.






DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Biaya Produksi
Biaya produksi yang dimaksud adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsungdan biaya overhead. Perhitungan biaya ini sanagt penting untuk enentukan harga jual, merencanakan, dan mengendalikan manajemen demi kelangsungan usaha dan pencapaian target perusahaan.
a. Biaya bahan Baku
Tabel, Biaya bahan baku pada home industry “Sinar 313” April-November 2003
No. Bulan Jumlah Bahan Baku
(Kg) Harga
(Rp) Jumlah biaya
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8 April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November 1.050
1.680
1.680
1.680
1.680
1.680
1.680
1.400 1.250
1.250
1.250
1.250
1.250
1.250
1.250
1.250 1.312.500
2.100.000
2.100.000
2.100.000
2.100.000
2.100.000
2.100.000
1.750.00
Jumlah 12.530 15.662.500

b. Biaya tenaga kerja langsung
No Bulan Jumlah tenaga kerja
(orang) Gaji/bulan
(Rp) Jumlah Biaya
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8 April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November 3
3
3
3
3
3
3
3
250.000
350.000
350.000
350.000
350.000
350.000
350.000
300.000 750.000
1.050.000
1.050.000
1.050.000
1.050.000
1.050.000
1.050.000
900.000
jumlah 7.950.000
Pemberian gaji pada tenaga kerja didasrkan pada besarnya pendapatanserta pada ketrampilan dan keahlian yang dimiliki tenaga kerja

Biaya Tak langsung
Biaya tak langsung merupaka semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.
a. Biaya Overhead Tetap
Biaya overhead tetap yang diperhitungkan ialah biaya listrik,air, minyak tanah, kayu bakar, solar serta biaya penyusutan besarnya biaya overhead tetap untuk bulan april-november 2003 ialah sebesar Rp. 3.553.622
b. Biaya Overhead Variabel
Perhitungan biaya variabel yang dimkasud ialah biaya bahan penolong. Total biaya overhead variabel untuk bulan april-november adalah Rp. 28.622.500.
1. Penerimaan
Penerimaan home industry “Sinar 313” adalah sebesar jumlah produksi emping jagung dikalikan dengan harga jual emping jagung per satuan ukuran penjualan 450 gram dengan harga jual Rp. 6.000. jadi penerimaan home industry “Sinar 313” dari produksi emping jagung selama bulan april-november sebesar Rp. 107.400.000. jumlah ini masih dapat ditingkatkan apabila home industry terus berprduksi walaupun pada musim hujan
2. Pendapatan
Pendapatan usaha adalah hasil penerimaan dikurangi dengan biaya yang dikelurkan. Pendapatan merupakan keuntungan kotor yaitu hasil hasil dari penerimaan diurangi dari baiya yang dikeluarkan, sedangkan keuntungan bersih dari home industry merupakan keuntungan sete;lah dikurangi dengan pajak.
3. Rugi Laba
Pada umunya perusahaan bertujuan mendapatkan laba. Hal ini diperoleh apabila total penerimaan lebuh besar dari total biaya yang dikelurarkan oleh usaha. Laba yang diperoleh setelah dikenakan pajak adalah Rp 42.270.240. perolehan laba masih dapat ditingkatkan, namun pihak home industry mengalami kendala yaitu tidak dapat berproduksi pada musim hujan karena adanya ketergantungan pada sinar matahari untuk pengrigan emping jagung. Untuk meningkatkan laba, home industry sebaiknya menigkatkan vlume produksi dan volume penjualan malaui perbaikan proses produksi dan pembukuan.




4. Analisis Strategi Pengambilan Keputusan
Rencana Strategis Pengembangan Home Industry “Sinar 313” dilihat dari aspek proses produksi adalah sebagai berikut:
Factor Internal




Factor eksternal Strengts (S) kekuatan
- bahan baku yang berupa jagung pipilan kering tersedia secara terus menerus dan harganya relative murah
- bahan baku yang digunakan telah melalui proses penyortiran Weakness (W) kelemahan
- tidak dapat berproduksi pada musim hujan karena system pengerngan tergantung pada sinar matahari
Opportunity (O)
Peluang
Diversivikasi usaha Strategi (SO)
diversivikasi produk Strtegi (WO)
pembelian oven listrik
Thereaths (T)
Ancaman
Bertambahnya industry yang mengolah pipilan jagung kering Strategi (SO)
Menjaga kepercayaan pembeli (mutu dan kuantitas produk) Strategi (WT)
Meningkatkan mutu dan kuantitas produk

Rencana Strategis Pengambangan Home Industry “Sinar 313” dilihat dari aspek pemasaran adalah sebagai berikut:
Factor Internal



Factor eksternal Strengts (S) kekuatan
- produk cukup digemari konsumen
- merupakan satu-satunya home industry penghasil emping jagung di kota kupang Weakness (W) kelemahan
- tidak secara optimal dapat memenuhi permintaan konsumen pada musim hujan
Opportunity (O)
Peluang
Peningkatan permintaan produk Strategi (SO)
- meningkat produksi untuk memenuhi permintaan pasar Strtegi (WO)
- Home industry perlu membentuk suatu pola atau bentuk pemasaran yang baru
Thereaths (T)
Ancaman
Persaungan dari industry yang mengolah pipilan jagung kering Strategi (SO)
Meningkatkan kuantitas pada mutu produk Strategi (WT)
Melakukan promosi yang lebih gencar

Rencana Strategi Pengambangan Ho,e Industry “Sinar 313” dilihat dari aspek organisasi manajemen adalah sebagai berikut:
Factor Internal



Factor eksternal Strengts (S) kekuatan
- Manajer dan tenaga kerja memiliki pengalaman kerja dan berjiwa kerja keras
Weakness (W) kelemahan
- Belum memiliki struktur organisasi yang jelas
- Tenaga kerja tidak pernah mengikuti pendidikan non-formal
Opportunity (O)
Peluang
Tenaga kerja memilikikesempatan untuk mengikuti pendidikan non-formal Strategi (SO)
- meningkat pengalaman kerja Strategi (WO)
- membentuk struktur organisasi yang teratur
Thereaths (T)
Ancaman
Persaingan dunia usaha membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas Strategi (SO)
Mengikuti pelatihan dan kursus tentang manajemen dan organisasi Strategi (WT)
Penambahan tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dan keahlian yang memadai

Rencana Strategi Pengembangan Home Industry “Sinar 313” dilhat dari aspek pembukuan adalah sebagai berikut:

Factor Internal

Factor Eksternal Strengts (S) kekuatan
- manager dan tenaga kerja mempunyai pendidikan formal yang cukup Weakness (W) kelemahan
- belum memiliki laporan keunagan, baik berupa neraca maupun laporan R/L
Opportunity (O)
Peluang
Manajemen mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan non-formal Strategi (SO)
- mencatat setiap transaksi keuangan yang terjadi Strtegi (WO)
- membuat laporan keuangan periodik
Thereaths (T)
Ancaman
Persaingan dunia usaha yang semakin kompetitf Strategi (SO)
Menyusun perencanaan berdasarkan laporan keuangan Strategi (WT)
Mengikuti pelatihan dan kursus yang berkaitan dengan proses akuntansi

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1. Biaya produksi emping jagung pada home industry “Sinar 313”untuk bulan November adalah Rp 55.788.622. Biaya ini merupakan akumulasi dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lansung dan biaya overhead pabrik
2. Laba yang diperoleh home industry emping jagung “Sinar 313” untuk bulan November adalah Rp 46.270.240. Angka perolehan laba ini masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan pengelolaan usaha dan pelaksanaan perencanaan secara tepat
3. Strategi pengembangan home industry “Sinar 313” dapat dilakukan dengan brbagai aspek,1) Proses produksi terkait dengan peralatan dan teknologi yang digunakan; 2) Pemasaran terkait dengan pemenuhan permintaan konsumen akan empping jagung pada musim hujan; 3) Organisasi manajemen terkait dengan pembagian tugas; 4) pembukuan terkait dengan pencatatan dan perhitungan secara tepat biaya-biaya yang dikeluarkan.

Saran
1. Perhitungan biaya produksi yang belum tepat dapat mempengaruhi penetapan harga jual yang akhirnya berdampak pula pada laba. Pihak home industry dalam perhitungan biaya produksi belum tepat secara akuntansi, maka hendaknya memperbaiki cara yang digunakan dalal biaya produksi.
2. Untuk meningkatkan laba maka home industry perlu meningkatkan volume produksi dan volume penjualan
3. Strategi yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen home industry “Sinar 313” dalam rangka pengembangan usaha ke depan yaitu:
a. Home industry perlu mengadakan oven listrik yang membantu pengeringan emping jagung pada musim hujan sehingga laba dapat ditingkatkan
b. Tenaga kerja home industry perlu diikutsertakan dalam pelatihan kursus yang berkaitan dengan tugas mereka.
c. Manajemen perlu menjalin kemitraan dengan took-toko dan supermarket guna membantu pendistribusian produk
d. Manajemen home industry diharapkan dapat membuat laporan keungan baik berupa neraca maupun laporan rugi laba sehingga dapat dibuat perencanaan usaha secar tepat.

DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagug. Kanisius, Jakarta
Aziz, M.A. 1993. Agroindustry Buah-buahan Tropis, Penerbit Bangkit, Jakarta


ANALISIS KONTRIBUSI USAHATANI CABAI (Capsicum,Sp)
TERHADAP TOTAL PENDAPATAN USAHATANI HORTIKULTURA
Studi Kasus PADA KELOMPOK TANI “TEKAT MAKMUR”
DI PERSAWAHAN BETAMANU KELURAHAN OESAO
KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI MARIANCE S.W. BUNDAH)

OLEH :

DEDY N. OTTA
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta-Undana


ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 2005 pada kelompok usaha tani “Tekat Makmur” dipersawahan Betamanu kecamatan Kupang Timur kabupaten Kupang. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei.
Pendapatan usahatani cabai dihitung dari selisih antara total penerimaan dan total biaya. Keuntungan usahatani cabai dihitung berdasarkan analisis R/C rasio. Sedangkan kontribusi usahatani cabai dihitung dengan melihat besarnya pendapatan usahatani cabai dibagi total pendapatn usahatani hortikultura dikalikan 100%.
Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata pendapatan petani dari usahatani cabai sebesar Rp. 13.308.652.53,- /Ha/tahun (jika upah tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan) dan Rp. 11.732.158,47,- /Ha/tahun (jika upah tenaga kerja keluarga diperhitungkan). Sementara itu dari segi ekonomi usahatani cabai yang diusahakan menguntungkan petani dengan nilai rasio 3,39 (jika upah tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan) dan 2,61 (jika upah tenaga kerja keluarga diperhitungkan). Sedangkan kontribusi terhadap pendapatan usahatani sebesar 75,79% (jika upah tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan) dan 73,39% (jika upah tenaga kerja keluarga diperhitungkan).

ABSTRACT

This research had been conducted in november to december of 2005 at “tekat makmur” farm group in betamanu fiald area, Oesao vilage, East Kupang sub district, Kupang discrit. the research was conducted by using survei method.
The income of chili’s farm production was calculated by looking at differences beetwen total revenue and total cost. once again the contribution of chili’s income was calculated by dividing chili’s farm income with total income of horticulture farm enterprise and then multiplied by 100%.
Analisys result shouws that the average of the farmers income of chili’s farm production was about 13.308.652,53 Rupiahs/ha/year (the cost of family forker was not counted) and 11.732.158,47 Rupiahs/ha/year (the cost of family forker was counted). while interm of economic aspect chili farm product gives the farmers profits, interm of R/C ratio, as 3,39 (the cost of family forker was not counted) and 2,61 (the cost of family forker was counted). finally the contribution of chili farm productin toward total income horticulture farm enterprise was 75,79% (the cost of family forker was not counted) and 73.79% (the cost of family forker was counted).

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian merupakan titik sentral pembangunan nasional. tujuan dari pembangunan pertanian akan terwujud apabila didukung oleh berbagai aspek dibidang pertanian.
Tanaman hortikultura merupakan salah satu bagian dalam sektor pertanian yang diandalkan untuk menunjang pendapatan daerah. salah satu conto adalah cabai. cabai meiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. cabai merupakan produk pertanan yang mudah rusak sehingga harga di pasar cenderung berfluktuasi. Kupang timur merupakan daerah sental produksi cabai di kabupaten kupang dengan luas area tahun 2001 sebear 9 Ha dan pada tahun 2003 mengalami perluasan sebesar 12 Ha.
Untuk mengetahui keberadaan usahatani perlu diadakan analisis terhadap usahatani tersebut.

PERUMUSAN MASALAH

Umumnya petani didaerah penelitian belum melihat aspek-aspek ekonomi yang tekait dalam usahatani cabai.
Bedasarkan hal tersebut , maka masalah yang perlu diangkat adalah :
1. Berapa besar pendapatan yang diterima petani dari usahatan cabai pada kelompok tani Tekat Makmur?
2. Berapa besar keuntungan relatif yang diterima?
3. Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani cabai?


TUJUAN

Tujan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui besarnya pendapatnn yang diterima petani dari usahatani cabai pada kelompok tani Tekat Makmur.
2. Mengetahui besarnya keuntungan relatif.
3. Mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahatani cabai terhadap total pendapatan usahatani hortikultura.
KEGUNAAN

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Petani (sebagai bahan informasi)
2. Pemerintah (dalam pembuatan kebijakan)
3. Peneliti (sebagai bahan informasi dalam penelitian)


METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani Tekat Makmur di persawahan Betamanu Kelurahan Oesao kecamatan Kupang Timur kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur. Pengumpulan data berlangsung dari bulan November sampai dengan Desember 2005
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Data yang dikumpulkan berupa data primer (data langsung dari responden/petani) dan data sekunder (instansi yang berkaitan dengan penelitian ini).
Metode pengambilan sampel
Penentuan petani contoh dilakukan secara acak sederhana, sebanyak 50% dari 60 jumlah KK petani yang mengusahakan tanaman hortikultura cabai adalah sebanyak 50 responden.
Metode analisis data
1. Untuk mengetahui pendeapatan, secara metematis digunakan rumus:
Pd = TR – TC
dimana:
Pd = Pendapatan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya

2. Untuk mengetahui keuntungan relatif, digunakan persamaan:
R/C rasio =

3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi:
Xh = x 100%







HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Umum Daerah Penelitian
1. Keadaan geografis dan topografis
Kelurahan Oesao memiliki luas wilayah 1414,43 Km2 yang terdiri dari empat dusun. Sebelah utara berbatasan dengan desa Babau, selatan berbatasan dengan desa Tuatuka, timur berbatasan dengan desa Naibonat dan barat berbatasan dengan desa Oefafi.
Keadaan topografi kelurahan ini merupakan dataran rendah sampai berbukit yang terletak pada ketinggian 30 m dari permukaan laut serta dipengaruhi oleh iklim tropis.

2. Keadaan tata guna tanah
Sebagian besar tanah dikelurahan Oesao dimanfaatkan untuk persawahan baik itu sawah irigasi dengan luas 287,75 ha (20,27%) maupun sawah tadah hujan seluas 261 ha (18,39%) sedangkan sebagian kecil tanah digunakan untuk perkebunan dengan luas 138,53 ha (9,76%).

3. Keadaan penduduk
a. Jumlah Penduduk
Penduduk kelurahan Oesao pada tahun 2004 berjumlah 3827 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1980 jiwa dan perempuan 1847 jiwa yang terhimpun dalam 902 KK.
b. Tingkat Pendidikan
- Belum sekolah = 452 jiwa
- Tidak sekolah = 51 jiwa
- TK = 60 jiwa
- SD/sederajat = 1547 jiwa
- SLTP/sederajat = 1015 jiwa
- SLTA/sederajat = 600 jiwa
- Akademik/PT = 102 jiwa
c. Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk di Oesao, mata pencahariannya adalah bertani.

4. Keadaan Pertanian
Kegiatan pertanian didominasi oleh kegiatan persawahan untuk usahatani padi sawah yang berlangsung sekali dalam setahun. Setelah itu lahan tersebut dimanfaatkan untuk mengusahakan cabai, terung, sawi, kubis, dan sebagainya.
Untuk lahan kering selain diusahakan jenis-jenis tanaman seperti diatas, juga diusahakan tanaman pisang, pepaya, mangga dan ubi kayu.
Sumber pengairan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut adalah air hujan dan sumur bor.




5. Sarana/Prasarana dan kelembagaan
Sarana dan prasarana di kelurahan Oesao sudah lebih baik, dimana jalan-jalan umum sudah beraspal dengan angkutan umum yang lancar setiap hari dan didukung oleh letaknya yang berdekatan dengan pasar sehingga proses pemasarannya lebih mudah.

Karakteristik Responden
Umur :
Rata-rata umar responden 45,27 tahun dengan variasi umur 24-85 tahun untuk responden yang berusahtani cabai dan tanaman hortikultura lainnya. secara keseluruhan umur responden masih dalam usia produktif.

Tingkat pendidikan :
No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1 Pendidikan formal :
- tidak sekolah
- SD/sederajat
- SLTP/sederajat
- SLTA/sederajat
- AKADEMIK/PT
-
15
7
6
2
-
50,00
25,33
20,00
6,67
jumlah 30 100,00
2 Pendidikan non formal :
- Pelatihan
- Tidak pernah
2
28
6,67
93,33
jumlah 30 100,00

Tanggungan keluarga :
Rata-rata tanggungan keluaraga responden di daerah penelitian adalah 4 orang dengan kisaran 1-9 orang. sumber penghasilan pokok adalah bertani.

Pengalaman berusahatani :
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman berusahatani petani contoh berkisar antara 1-22 tahundengan rata-rata 7,9 tahun telah berpengalaman berusahatani cabai.

Status lahan :
Hasil penelitian menunjukan bahwa :
- lahan milik sendiri : 23 orang
- sebagai penggarap : 7 orang






Deskripsi usahatani cabai di daerah penelitian
1. Persiapan lahan
Meliputi pembersihan lahan dari sisa-sisa hasil panen sebelumnya dengan menggunakan traktor maupun pacul. kegiatan selanjutnnya adalah pembukaan lubang tanam.

2. Pembibitan
Benih yang diambil merupakan benih yang sehat/baik dari produksi pada musim tanam sebelumnya.

3. Penanaman
Benih yang sudah berumur 2-3 minggu dipindahkan dari tempat persemaian ke lahan yang teleh di siapakan. jarak tanam berkisar antara 50 cm x 50 cm.


4. Penyiraman dan penyiangan
Penyiraman diakukan dengan cara menggenangi area pertanaman selama 1-2 hari. intensitas penyiraman pada awal pertumbuhan 1-2 kaliseminggu. setelah 3 bulan dilakukan hanya 1 kali penyiraman dengan air banyak.

5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2-4 kali dalam satu musim tanam. jenis pupuk yang dipakai adalah urea dan SP-36 dengan perbandingan 2:1.

6. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprot obat-obatan tapi ada juga yang mencabut semua tanaman yang terserang hama dan penyakit.

7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 3-6 bulan yang ditandai dngan mulai merahnya buah cabai.

8. Produksi cabai
Dari hasil produksi yang diperoleh petani di daerah penelitian dapat dikatakan bahwa usahatani cabai yang diusahakan sudah efisien karena rata-rata produksinya sudah mencapai 3 to lebih per hektar.

9. Pemasaran/penjualan
Sistem pemasaran/penjualan yang dilakkan oleh petani di kelurahan oesao adalah dengan menjual langsung ke pasar (pasar oesao maupun pasar kabupaten seperti pasar inpres dan pasar oeba).



10. Penggunanaan tenaga kerja
Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani cabai umumnya melibatkan keluarga petani itu sendiri (39,62%), dan juga mempekerjakan tenaga dari luar keluarga bila ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga tidak mencukupi (60,38%)

Aspek ekonomi usahatani cabai
1. Biaya produksi
- biaya pupuk : Rp 9.925.500/tahun
- biaya pestisida : Rp 3.451.800/tahun
- biaya traktor : Rp 10.502.500/tahun
- pengairan : Rp 17.170.400/tahun
- tenaga kerja : Rp 18.972.840/tahun
- transportasi : Rp 2.760.000/tahun +
jumlah : Rp 62.783.040/tahun
2. Penerimaan usahatani cabai
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerimaan usahatani cabai sebesar Rp 215.612.000/tahun dengan rata-rata penerimaan tiap responden Rp 7.187.066,67/responden/tahun atau sekitar Rp 19.099.791,33/ha/tahun.
3. Pendapatan usahatani cabai
• jika upah tenaga kerja tidak diperhitungkan maka pendapatan per responden sebesar Rp 13.308.652,53/ha/tahun.
• jika upah tenaga kerja diperhitungkan maka pendapatan per responden sebesar
Rp 11.732.158,47/ha/tahun.

4. Analisis R/C ratio uasahatani cabai
• jika upah tenaga kerja tidak diperhitungkan maka R/C sebesar 3,39.
• jika upah tenaga kerja diperhitungkan maka R/C sebesar 2,61.

Melihat nilai R/C tersebut maka usahatani cabai layak untuk di kembangkan.

5. Kontribusi usahatani cabai
• jika upah tenaga kerja tidak diperhitungkan maka kontribusinya terhadap total pendapatan petani sebesar Rp 13.308.652,53/ha/tahun (75,79%).
• jika upah tenaga kerja diperhitungkan maka kontribusinya terhadap total pendapatan petani sebesar Rp 11.732.158,47/ha/tahun (73,39%).








KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerimaan usahatani cabai
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerimaan usahatani cabai sebesar
Rp 215.612.000/tahun dengan rata-rata penerimaan tiap responden Rp 7.187.066,67/responden/tahun atau sekitar Rp 19.099.791,33/ha/tahun.
2. Pendapatan usahatani cabai
• jika upah tenaga kerja tidak diperhitungkan maka pendapatan per responden sebesar Rp 13.308.652,53/ha/tahun.
• jika upah tenaga kerja diperhitungkan maka pendapatan per responden sebesar
Rp 11.732.158,47/ha/tahun.
3. Analisis R/C ratio uasahatani cabai
uasahatani cabai layak dikembangkan karena dilihat dari nilai R/C rasionya menguntungkan petani.
• jika upah tenaga kerja tidak diperhitungkan maka R/C sebesar 3,39.
• jika upah tenaga kerja diperhitungkan maka R/C sebesar 2,61.
4. kontribusi usahatani cabai
• jika upah tenaga kerja tidak diperhitungkan maka kontribusinya terhadap total pendapatan petani sebesar Rp 13.308.652,53/ha/tahun (75,79%).
• jika upah tenaga kerja diperhitungkan maka kontribusinya terhadap total pendapatan petani sebesar Rp 11.732.158,47/ha/tahun (73,39%).

Saran
1. Petani : Memperluas area penanaman cabai karena cabai memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga pendapatan meningkat.
2. Pemerintah : Mengadakan penyuluhan dan pelatihan agar petani dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas cabai.


DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumeni. 1995. Hortikultura, Aspek budidaya. Ui Press ; Jakarta
Arief, A. 1990. Hortikultura. Andi Offect ; Yogyakarta
BPS. 2003. Kupang Timur Dalam Angka, Kupang
Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara ; Jakarta
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura. 2003. Keadaan Areal Tanam, Panen, Rata-Rata Hasil Produksi Tanaman Sayur-Sayuran Di Nusa Tenggara Timur, Kupang
Hernanto, F. !989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya ; Jakarta
Sinlae, D. 1996. Kajian Ekonomi Usahatani Cabai (Capsicum,Sp) Di Kecamatan Kupang Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian Undana ; Kupang
PENGEMBANGAN USAHA KOMODITAS SAWI
MELALUI PENERAPAN SISTEM AGRIBISNIS
DI KELURAHAN SIKUMANA
KECAMATAN MAULAFA KOTA KUPANG

( KAJIAN SKRIPSI A.N. MARIANE GRACE HERE )
Oleh :
FRANSISKUS L. A. BRIA
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta-Undana


ABSTRAK
Suatu penelitian tentang pengembangan usaha komoditas sawi melalui penerapa sistem agribisnis di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa, telah dilakukan dari bulan Juni sampai Juli 2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Besarnya pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani sawi, (2) Skala ekonomi dari usahatani sawi, (3) Saluran pemasaran.
Dari segi ekonomi, usahatani sawi yang diusahakan ternyata menguntungkan petani dihitung berdasarkan analisis R / C rasio. Saluran tataniaga komoditi sawi yang biasa digunakan di daerah penelitian adalah petani  konsumen dan petani  pedagang pengecer  konsumen.
ABSTRACT
A research on the Development of mustard commodity farming through the application of agribusiness system was conducted in “Sikumana Village” from Juni until July 2007. The aims of this research was : (1) To find out the farmers income, (2) To find out the economical scale of the business, (3) To find out marketing network.
From economic point of view the business seems to be worth was calculated using analysis of R / C ratio. The marketing chain used is simple, i.e the farmers directly sell their products to the consumers and the second channel is farmers to retailer then to consumer.


PENDAHULUAN
Kelurahan Sikumana merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Maulafa Kota Kupang yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman sawi. Data dari Kelurahan Sikumana Kota Kupang menunjukkan bahwa produksi tanaman sawi di Kelurahan Sikumana pada tahun 2005 sebesar 128,37 kg dengan areal panen sebesar 6,8 ha.
Produksi sawi di Kelurahan Sikumana dapat dikembangkan secara optimal melalui pendekatan agribisnis, yang tentunya akan berdampak positif terhadap pendapatan petani. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan suatu analisa yang lebih rinci mengenai besarnya pendapatan dari usahatani sawi.

PERUMUSAN MASALAH
Mengacu pada uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa besar pendapatan petani dari usaha komoditi sawi di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa ?
2. Berapa besar skala ekonomi dari usaha komoditi sawi di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa ?
3. Bagaimana saluran pemasaran komoditi sawi di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa ?

TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pendapatan petani dari usaha komoditi sawi di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa.
2. Untuk mengetahui skala ekonomi usahatani sawi di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa.
3. Untuk mengetahui saluran pemasaran komoditi sawi di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa.

KEGUNAAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi petani dalam melaksanakan dan memperbaiki kegiatan usahataninya, sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam pengembangan komoditi sawi untuk peningkatan pendapatan daerah dan petani, dan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.


METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Sawi merupakan salah satu komoditas unggulan andalan di Kecamatan Maulafa yang berprospek cerah untuk dikembangkan, karena mempunyai nilai ekonomis tinggi bagi petani. Dalam pengembangan komoditas sawi tidak lepas dari faktor sosial ekonomi yang telah diuraikan dalam perumusan masalah.
Pengembangan usaha komoditas sawi dengan mnggunakan pendekatan sistem agribisnis dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek pendapatan dan aspek pemasaran. Metode analisis perhitungan pendapatan dan analisis margin pemasaran digunakan untuk melihat potensi produksi dan prospek pengembangan komoditas sawi di kemudian hari.
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang dan pengambilan datanya dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2007.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik NTT, selain itu juga diperoleh dari hasil penelitian terdahulu serta buku yang tersedia di perpustakaan.
Model dan Analisis Data
Untuk menjawab tujuan pertama, dianalisis melalui perhitungan pendapatan rata-rata petani dari usahatani sawi digunakan rumus pendapatan yang diformulasikan menurut Soekartiwi (1986) :
PD = TR - TC
Dimana : PD = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan
TC = total biaya
Selanjutnya untuk mengetahui analisis imbangan penerimaan dan dan biaya pada usahatani sawi yang dikembangkan oleh petani maka digunakan analisis keuntungan relative (Analisis R/C ratio). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :


Dimana :
R/C < 1 berarti secara ekonomi usahatani sawi tidan menguntungkan R/C = 1 berarti secara ekonomi usahatani sawi tidak untung dan tidak rugi R/C > 1 berarti secara ekonomi usahatani sawi menguntungkan
Selanjutnya untuk menjawab tujuan kedua melihat skala ekonomi suatu usaha yaitu dengan membandingkan nilai dari biaya rata-rata (Average Cost) AC dan biaya marginal (Marginal Cost) MC.
Dari skala ekonomi dapat dilakukan perhitungan Break Even Point (BEP) atau Titik Impas. Pada titik impas ini penerimaan total sama dengan pengeluaran total atau biaya produksi.
Persamaannya :
x 100 %
BEP produksi = % BEP  Rata-rata produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian
Sikumana merupakan salah satu Kelurahan dalam wilayah Kecamatan Maulafa, dengan batas-batas asministrasi sebagai berikut :
 Sebelah Utara dengan Kelurahan Naikolan dan Kelurahan Oepura
 Sebelah Selatan dengan Kelurahan Fatukoa
 Sebelah Timur dengan Kelurahan Belo
 Sebelah Barat dengan Kelurahan Batuplat
Luas wilayah Kelurahan Sikumana secara keseluruhan adalah 3,36 Km2. Topografi Kelurahan Sikumana adalah dataran tinggi dengan ketinggian dari permukaan laut 600 m dengan bentangan lahan dataran dan perbukitan atau pegunungan.
Teknik Budidaya Tanaman Sawi
Pelaksanaan budidaya tanaman sawi bertujuan untuk meningkatkan produksi yang maksimum dari tanaman sawi yang diusahakan.
Adapun kegiatan budidaya tanaman sawi yang dilakukan oleh petani di Kelurahan Sikumana yaitu Penyiapan benih dan pembibitan, penyiapan lahan/pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan ( pengairan, pemupukan, penanggulangan hama dan penyakit dan penyiangan ), panen dan pasca panen.
Analisis Agribisnis Tanaman Sawi
Produksi
Produksi pertanian adalah kegiatan dimana petani menggunakan masukan berupa tanah, tenaga kerja petani beserta keluarganya dan pekerja upahan. Produksi komoditas sawi di Kelurahan Sikumana pada tahun 2007 adalah 13.735 kg dengan rata-rata per responden adalah 457,83 kg dan rata-rata per are 134,66 kg. Dengan variasi produksi terendah 264 kg dan produksi tertinggi 792 kg dan luas lahan 102 are dengan rata-rata per responden 2,4 are.
Tingkat produksi komoditas sawi ini desebabkan oleh beberapa faktor antara lain luas lahan yang berbeda dan jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang dimanfaatkan.
Biaya Agribisnis
Dua jenis biaya agribisnis yang diukur dan diperhatikan dalam penelitian ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang harus terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Total biaya yang dikeluarkan responden untuk sewa lahan tahun 2007 adalah sebesar Rp. 3.060.000,- dengan rata-rata responden Rp. 102.000,-. Biaya yang dikeluarkan responden untuk kebutuhan benih sawi sebanyak Rp. 1,020.000,- dengan rata-rata responden Rp. 34.000,- dan rata-rata per are Rp. 10.000,-. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk sebesar Rp. 4.660.000,- dengan rata-rata responden Rp. 156.333,33. Penggunaan biaya sewa tenaga kerja untuk lahan sawi adalah sebesar Rp. 109.440,-.
Penerimaan
Penerimaan diperoleh dari jumlah produksi secara keseluruhan dikalikan dengan harga. Besarnya penerimaan diukur berdasarkan harga satuan dari produk yang dihasilkan. Harga yang dimaksud adalah harga rata-rata yang berlaku di tingkat petani. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerimaan usahatani sawi adalah sebesar Rp. 41.621.300,- dengan rata-rata per responden sebesar Rp. 1.387.376, 67 dan rata-rata penerimaan per are sebesar Rp. 408.051,96.
Pendapatan
Pendapatan usahatani tanaman sawi diperoleh dari selisih antara penerimaan usahatani dan biaya-biaya. Besarnya penerimaan dari kegiatan agribisnis sawi adalah Rp. 41.621.300 sedangkan besarnya biaya produksi yang digunakan adalah sebesar Rp. 9.955.640 jadi besarnya pendapatan dari usahatani sawi pada lahan petani di Kelurahan Sikumana adalah Rp. 31.665.660,- dengan rata-rata tiap responden sebesar Rp. 1.055.522,- dan rata-rata per are sebesar Rp. 310.447,5 ini adalah pendapatan bersih karena semua total penerimaan telah dikurangi biaya produksi.
Analisis R/C ratio
Analisis R/C ratio dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui keuntungan relative dari setiap pengeluaran dari kegiatan usahatani sawi dan juga dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa hasil analisis terhadap perbandingan penerimaan dan pengeluaran (R/C) dari kegiatan usahatani sawi adalah sebesar 4,18 ini berarti bahwa setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan agribisnis sawi akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 4,18. Nilai R/C ratio lebih besar sawi (4,18 > 1) bermakna bahwa secara ekonomi kegiatan usahatani sawi menguntungkan.
Analisis Skala Ekonomi
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa skala usaha pada lokasi penelitian dikatakan sebagai kegiatan yang Diseconomies of Scale, hal ini disebabkan karena pada skala produksi 204976,67 kg nilai biaya rata-rata (AC) lebih kecil dari nilai biaya marjinal (MC) yakni (9 < 17,33). Untuk mengetahui besarnya pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan (bunga, modal dan sewa) agar mencapai keuntungan yang optimal, digunakan analisis Break Even Point (BEP) yakni batas dimana usaha dikatakan tidak rugi dan tidak untung. Dari hasil perhitungan BEP, maka persentase batas rugi laba BEP tercapai pada 8,81%, artinya 8,81% merupakan batas usahatani sawi di Kelurahan Sikumana dikatakan tidak untung dan tidak rugi atau pada 8,81% petani responden dapat mencapai keuntungan optimal. Sedangkan BEP produksi yang dihasilkan sebesar 4033,48 kg. Saluran Pemasaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran komoditi sawi di Kelurahan Sikumana disalurkan melalui 2 (dua) macam saluran yaitu : 1. Saluran I : Petani  Konsumen 2. Saluran II : Petani  Pedagang Pengecer  Konsumen Dari kedua saluran tersebut responden yang menggunakan saluran I sebanyak 7 responden ( 23,33% ) sedangkan responden yang menggunakan saluran II sebanyak 23 responden ( 76,67% ). Responden lebih banyak memanfaatkan saluran pemasaran kedua, hal ini terjadi karena petani berkeinginan agar hasil panennya cepat terjual sehingga terhindar dari penurunan kualitas (pembusukan atau kerusakan sawi) selain itu, cepat mendapatkan uang tunai guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Pendapatan yang diterima dari usahatani sawi di Kelurahan Sikumana pada satu musim tanam tahun 2007 adala sebesar Rp. 31.665.660 atau pendapatan per responden sebesar Rp. 1.055.522. Dengan pendapatan per are pada lahan untuk tanaman sawi sebesar Rp. 310.447, 65/ are. 2. Nilai R/C ratio > 1 yakni 4,18. ini berarti bahwa setiap Rp. 1000 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan agribisnis sawi akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 4.180, dimana usahatani sawi menguntungkan secara ekonomis.
3. Skala usaha pada lokasi penelitian cenderung mengalami Diseconomic of Scale sebab biaya rata-rata ( Average Cost ) lebih kecil dari marjinal ( Marginal Cost ). Sedangkan BEP produksi yang dihasilkan sebesar 4033,48 kg lebih kecil dari total produksi yang dihasilkan yakni 13.735 kg. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani sawi di Kelurahan Sikumana layak untuk dikembangkan.
4. Saluran tataniaga yang lebih efisien digunakan petani adalah saluran II dengan tingkat efisiensi sebesar 0,33 %.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden tidak pernah mengikuti pendidikan informal yang berkaitan dengan usahatani sehingga diharapkan adanya penyuluhan yang berkelanjutan mengenai pengolahan usahatani sawi secara intensif.
2. Diharapkan agar usahatani tanaman sawi dapat dikembangkan pada lahan yang lebih luas karena mempunyai prospek yang menguntungkan.
3. Petani sebaiknya menggunakan saluran II karena lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan saluran I selain itu saluran II lebih memberikan nilai atau tingkat efisiensi yang tertinggi dari saluran I.

DAFTAR PUSTAKA

Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Swadaya : Jakarta
Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran. Erlangga : Bandung
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Pustaka LP3ES : Jakarta
Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius : Yogyakarta
Partadireja. 1997. Perhitungan Pendapatan Nasional. LP3ES : Jakarta
KERAGAAN USAHATANI PADI LADANG DI KECAMATAN SEMAU SELATAN
KABUPATEN KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI OKTOVIANUS ULNANG)
Oleh :
GANDA R. T. TALLO
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, FAPERTA – UNDANA

ABSTRAK
Penelitian tentang keragan usahatani padi ladang di Kecamatan Semau Selatan Kabupaten Kupang telah dilaksanakan, pengumpulan data dilakukan bulan Januari sampai Februari 2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji secara teknis dan ekonomis usahatani padi ladang dan untuk mengetahui keuntungan ralatif yang di terima petani dari usahatani padi ladang.
Untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi ladang petani perlu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tentang teknik budidaya padi ladang yang lebih baik dan sesuai dengan kondisi tempat.
ABSTRACT
A research on dryfield rice farm pettern in and economically of dryfield rice farm and also to know relative profit taken by Sout Semau sub- district of Kupang regency had been done, the collecting data was done since January until Februari 2007. Thy donis research aimed to investigate tecnically farmer from dryfield rice farm.
To increase the product of dryfield rice farm, they should add their skills and knowledge of the tecnigues of dryfield rice farm based on their condition to improve their life.

PENDAHULUAN
Kecamatan Semau merupakan salah satu kecamatan sentral produksi padi ladang di Kabupaten Kupang dengan tingkat produksi pada Tahun 2003 sebesar 268,2 ton dengan luas panen 149 ha dan pada Tahun 2004 dengan tingkat produksi sebesar 246,60 ton dengan luas 137 ha (BPS Kupang 2004).
Bagi masyarakat Kecamatan Semau usahatani ladang merupakan salah satu kegiatan yang berlangsung lama akibat dari didominasinya oleh lahan kering, sehingga usahatani ini menjadi prioritas. Namun masih rendahnya produktivitas hasil padi ladang yaitu 1,8/ha. Rendahnya produktivitas padi ladang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi budidaya dan pengelolaan usahatani dengan baik serta informasi yang mendalam.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana keragaman usahatani padi ladang di lihat dari aspek teknis dan ekonomis usahatani padi ladang di Kecamatan Semau Selatan ?
2. Berapa besar keuntungan relatif yang di terima dari kegiatan usahatani padi ladang di Kecamatan Semau Selatan ?

TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengkaji aspek teknis dan ekonomis usahatani padi ladang di Kecamatan Semau Selatan.
2. Untuk mengetahui keuntungan relatif dari kegiatan usahatani padi ladang di Kecamatan Semau Selatan.

KONTRIBUSI
Penelitian diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi bagi petani dalam melaksanakan dan memperbaiki kegiatan usahatani, sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam pengembangan padi ladang untuk meningkatkan pendapatan daerah dan petani, dan sebagai data awal untuk menunjang penelitian lanjutan.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan kegiatan produksi usahatani padi ladang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang tidak terpisahkan dari bekerjanya faktor-faktor produksi seperti lahan/tanah, tenaga kerja, modal, dan pengolahan, selain itu dalam pelaksanaan kegiatan produksi ini penggunaan sarana produksi dan peralatan pertanian pun juga merupakan faktor pendukung penting.
Untuk itu besar kecilnya penerimaan yang diperoleh akan sangat mempengaruhi keberlanjutan dari kegiatan usahatani. Besarnya pendapatan adalah dengan menghitung selisih antara penerimaan dan pengeluaran.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Semau Selatan Kabupaten Kupang. Pengumpulan data dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2007.
Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan dengan dua tahap yaitu :
1. Tahap pertama adalah penentuan daerah contoh dilakukan dengan cara sengaja (purposive sampling) atas pertimbangan Desa yang berada pada wilayah dataran rendah, sekitar pantai, dan pegunungan. Dari 6 desa di Kecamatan Semau Selatan Kabupaten Kupang, terpilih tiga desa yaitu Desa Akle, Desa Uitiuhana dan Desa Uiboa.
2. Tahap kedua adalah penentuan petani contoh ditetapkan dengan menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling), Polulasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan padi ladang dan tinggal di wilayah penelitian.

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada daftar pernyataan terutama tentang aspek teknis budidaya padi ladang dan aspek ekonomis usahatani ladang. Sedangkan data skunder diperoleh dari BPS Propinsi NTT Dalam Angka, Kabupaten Kupang Dalam Angka, Kecamatan Semau Dalam Angka, dan Kecamatan Semau Selatan Dalam Angka disamping itu juga bersumber dari hasil penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.
Model dan Analisis Data
Untuk mengatahui keragaan usahatani padi ladang secara ekonomis dilakukan analisis pendapatan. Secara matematis (Soekartawi, 1995) dapat ditulis

Pd = Y.Py - ∑ Ci

Keterangan :
Pd : Pendapatan usahatani padi ladang (Rp)
Y : Output/ produksi padi ladang (Kg)
Py : Harga padi ladang (Rp/ Kg)
Ci : Biaya yang dikeluarkan dalam produksi usahatani padi ladang yaitu benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja (Rp)

Untuk meghitung keuntungan relatif dari usahatani padi ladang diperoleh melalui analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio), menurut Hernanto (1995) dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C Ratio =


Dengan kriteria :
R/C ratio < 1 = Secara ekonomis kagiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan R/C ratio = 1 = Secara ekonomis kegiatan usahatani tersebut tidak merugikan dan tidak menguntungkan R/C ratio > 1 = Secara ekonomis kagiatan usahatani tersebut menguntungkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Semau Selatan merupakan Kecamatan dari 28 Kecamatan di Kabupaten Kupang, yang terletak di bagian selatan Pulau Semau dan di bagian barat Kabupaten Kupang. Dengan luas wilayah 19,452 Km² atau 19452 ha.
Sampai akhir tahun 2006 penduduk Kecamatan Semau Selatan berjumlah 4.518 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.315 jiwa dan perempuan 2.193 jiwa. Dengan kepadatan penduduk 23 jiwa/ Km². Sementara itu kepadatan penduduk per rumah tangga bervariasi antara 2-5 jiwa per rumah tangga yang terhimpun dalam 1.199 kepala keluarga.
Sebagian besar penduduk Kecamatan Semau Selatan bermata pencaharian sebagai petani. Usahatani yang dijalankan meliputi usahatani tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan dan usaha perikanan dan sebagaian kecil saja yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil, Tukang dan Pedagang. (Semau Selatan Dalam Angka 2006). Sistem pertanian yang dijalankan oleh petani didominasi oleh sistem pertanian lahan kering.
Karakteristik Petani Contoh
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur petani contoh yang melakukan kegiatan usahatani padi ladang sekitar antara 23-65 tahun dengan rata-rata umur 45 tahun. Tingkat pendidikan petani yang tidak tamat SD sebanyak 27 orang, tamat SD sebanyak 18 orang, tamat SMP sebanyak 9 orang, tidak tamat SMP sebanyak 4 orang dan yang berpendidikan SMA sebanyak 2 orang.
Rata-rata jumlah anggota keluarga petani contoh adalah 3 orang dengan kisaran 1-8 orang setiap kepala keluarga. Pengalaman petani contoh di atas 10 tahun menunjukan jumlah terbesar yaitu 38 orang petani contoh (63,34%), ini menunjukan usahatani padi ladang sudah lama diusahakan sehingga petani cukup berpengalaman.
Keragaan Teknis Usahatani Padi Ladang
Dalam keragaan teknis usahatani padi ladang teknologi yang diterapkan oleh petani contoh yaitu pengolahan tanah, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman (penyiangan, penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit), dan pemanenan.
Keragaan Ekonomi Usahatani Padi Ladang
Tinggi rendahnya produksi sangat ditentukan oleh besar kecilnya faktor-faktor produksi yang dimanfaatkan oleh petani yaitu lahan, benih dan tenaga kerja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua petani contoh menguasai lahan dengan status milik sendiri, benih yang digunakan oleh petani contoh adalah sebanyak 164,2 Kg per luas lahan garapan, sedangkan tenaga kerja di bagi menjadi tenaga kerja untuk produksi padi ladang dan tenaga kerja untuk pasca panen padi ladang.
Biaya Produksi Pada Usahatani Padi Ladang
Biaya Benih
Harga benih dihitung berdasarkan harga yang berlaku ditingkat petani dengan kisaran antara Rp.1.500,- sampai Rp.2.000,- per Kg. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh Desa Akle sebesar Rp.77.750,- per petani, Desa Uitiuhana sebesar Rp.108.500,- per petani dan Desa Uiboa sebesar Rp.116.250,- per petani.
Biaya Pupuk
Pupuk yang dugunakn pupuk N (Urea) dengan harga Rp.2.000,-/Kg sehingga rata-rata biaya pupuk yang dikeluarkan di Desa Akle sebesar Rp.54.600,- per petani, Desa Uitiuhana sebesar Rp.78.325,- per petani dan Desa Uiboa sebesar Rp.54.525,- per petani.

Biaya Pestisida
Pestisida yang digunakan anatara lain : Furadan 3G, Kiltop 50 EC, Dusban, Bassa dan Kurakon dengan harga yang bervariasi akitar antara Rp.7.500,- sampai Rp.75.000,- per petani sehingga rata-rata biaya yang digunakan musim tanam 2005/2006, untuk Desa Akle Rp.123.000,- per petani, Desa Uitiuhana sebesar Rp.98.500,- per petani dan Desa Uiboa sebesar Rp.80.125,- per petani.
Biaya Tenaga Kerja
Hernanto (1995) membagi ukuran-ukuran untuk menghitung besarnya curahan kerja dari tenaga kerja dalam suatu usahatani dengan hari kerja orang (HOK). Upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi penelitian yaitu berkisar antara Rp.5.000,- per orang per hari sampai Rp.12.000,- per orang per hari. Sehingga biaya tenaga kerja yang dikeluarkan musim tanam 2005/2006 di Desa Akle sebesar Rp.501.318,- per luas lahan garapan (82 are), Desa Uitiuhana sebesar Rp.210.976,- per lahan garapan (77 are) dan Desa Uiboa sebesar Rp.497.157,- per luas lahan garapan (76 are). Jadi jumlah rata-rata tiga desa adalah Rp.403.150,- per luas lahan garapan (234 are).
Produksi
Produksi pertanian adalah kegiatan dimana petani menggunakan masukan berupa tanah, tanaga kerja pertani beserta keluarganya dan pekerja upahan. Rata-rata padi ladang yang diperoleh tiap petani contoh di Desa Akle sebesar 1.271 per luas lahan garapan (82 are), Desa Uitiuhana sebesar 1.185,5 per luas lahan garapan (77 are), dan Desa Uiboa sebesar 1.200 per luas lahan garapan (76 are).
Pendapatan
Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan baiya yang dikeluarkan petani dalam mejalankan usahatani. Pendapatan yang diterima tiap petani contoh di Desa Akle sebesar Rp.590.832,- per luas lahan garapan, Desa Uitiuhana sebesar Rp.808.699,- per luas lahn garapan adn Desa Uiboa sebesar Rp.654.943,- per luas lahan garapan.
Analisis R/C Ratio
Analisis imbangan penerimaan dan biaya bertujuan untuk mengetahui setiap nilai rupiah yang di korbankan dalam kegiatan cabang usahatani padi ladang dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Dalam analisis ini ada dua komponen yang diperlukan yaitu komponen penerimaan dan komponen pengeluaran. Pada usahatani padi ladang di Kecamatan Semau Selatan Kabupaten Kupang tahun 2006 R/C ratio pada ketiga Desa tersebut menunjukan nilai sebesar 2,83 artinya setiap Rp.100,- biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi ladang akan memberikan penerimaan sebesar Rp.283 sebagai manfaat. Hal ini menggambarkan bahwa usahatani padi ladang secara ekonomis memberikan keuntungan yang besar, oelh karena itu layak untuk diusahakan karena penerimaan yang diperoleh mampu menutupi sejumlah biaya yang dikeluarkan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Teknik budidaya padi ladang yang diterapkan oleh petani contoh masih menggunakan cara-cara sederhana yang mengacu pada kebiasaan masa lalu. Kegiatan pegolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, jarak tanam dan jumlah benih yang di tanam di daerah penelitian, belum sesuai dengan anjuran teknis yang diharapkan.
2. Total pendapatan pada usahatani padi ladang selama musim tanam 2005/2006 yang diterima oleh tiap petani pada Desa Akle, Desa Uitiuhana, dan Desa Uiboa adalah sebesar Rp.41.089.474,- per luas lahan garapan.
3. Keuntungan relatif yang dapat diperoleh dari usahatani padi ladang pada musim tanam 2006 sebesar 2.03 hal ini menggambarkan bahwa usahatani padi ladang secara ekonomis memberikan keuntungan, maka usahatani padi ladang ini layak untuk diusahakan karena penerimaan yang didapat mampu menutupi biaya yang dikeluarkan.

Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan dilapangan maka ada beberapa hal yang ingin di sarankan antara lain :
Perlu adanya perhatian serius dan dukungan dari pemerintah dalam upaya peningkatan produksi usahatani padi ladang di daerah penelitian. Hal yang terutama perlu dilakukan adalah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani tentang teknis budidaya padi ladang yang lebih baik dan sesuai denagn kondisi setempat.



DAFTRA PUSTAKA

AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yokyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2004. Kupang Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang. Kupang.
Badan Pusat Statistik. 2004. NTT Dalam Angka. BPS Propinsi NTT. Kupang
Daniel. M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Angkasa. Jakarta.
Hernanto. F. 1995. Ilmu Usahatani. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Kamboko. P. K. 1997. Kontribusi Usahatani Padi Ladang Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Di Kecamatan Kodi Kabupaten Sumba Barat. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES. Jakarta.
Soekartiwi, 1989. Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI press. Jakarta.
................ 1995. Analisis Usahatani. UI. Jakarta.
Suparyono dan Setyono, 1993.Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soebakti, 2000. Survei Pertanian Produksi Tanaman Padi dan Holtkutura di Indonesia. BPS. Jakarta


KONTRIBUSI USAHATANI WORTEL TERHADAP
PENDAPATAN USAHATANI HOLTIKULTURA DI
KECAMATAN FATUMNASI
KABUPATEN TIMUR TENGAH SELATAN.

(KAJIAN SKRIPSI SELVIANA E. NAPPA)
Oleh
ALIMAN H. LATIF
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana

ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan Juli 2006 di Desa Nenas dan Fatumnasa, Kecamatan Fatumnasi Kabupaten Timur Tengah Selatan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Besarnya pendapatan usaha tani wortel, 2). Besarnya kontribusi pendapatan usahatani wortel terhadap usahatani holtikultura, 3). Besarnya keuntungan relatif dari usahatani wortel.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Penentuan petani contoh dilakukan secara acak sederhana sebanyak 10% dari 400 petani wortel, sehingga diperoleh 40 petani contoh.
Pendapatan usahatani wotel dihitunf dari selisi antara penerimaan dan totel biaya. Kontribusi usahatani wortel dihitung dengan melihat besarnya pendapatan usahatani wortel dibagi total pendapatan holtikultura dikalikan 100%, sedangkan keuntungan dari usahatani wortel dihitung berdasarkan analisis R/C Rasio.
Hasil analisis menunjukkan bahwa : rata-rata pendapatan petani dari usahatani wortel sebesar Rp 7.711.626,-/Ha/Tahun (upah tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan) dan Rp 5.152.307,-/Ha/Tahun bila upah tenaga kerja keluarga diperhitungkan. Sementara itu dari segi usahatani woretl yang diusahakan menguntungkan petani dengan nilai R/C Rasio sebesar 5,06 (tanpa memperhitungkan upah tenaga kerja keluarga) dan 2,17 dengan memeperhitungkan upah tenaga kerja keluarga. Sedangkan kontribusi usahatani wortel terhadap total pendapatan usahatani holtikultura sebesar 32,85% (upah tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan) dan 24,64% bila upah tenaga kerja keluarga diperhitungkan.

ABSTRAK
A research has been held since June up to July of 2006 at Nanas and Fatumnasi villages in Fatumnasi district of south minddle Timor Regency. The aims of this research are to know (1) the amount of carrot’s farming income, (2) the amount of carrot’s farming contribution toward the income of horticulture farming and (3) the amount of relative profit from carrot’s farming.
This research employs survey method. Determination of the sample farmers is done by using simple random technique in the amount of 10 percents of 400 carrot –cultifating farmers. Hance, it finds 40 sample farmers.
The income of carrot’s farm enterprise is calculated from difference between total revnue and total cost. The contribution of carrot’s farm enterprise income divided the total of holticulture’s income and multiplied by 100 percent. While, the profit of carrot’s farm enterprise is calculated by analyzing with R/C ratio.
The result shows that average income of carrot’s farming is about Rp 711.626 per hectare per year (wage of workers is not considered) and Rp 5.152.307 per hectare per year, if the wage of the workers is considered. While, in term or economic aspect, carrot-cultivating farming profits with R/C ratio equals to 5.06 (with out considering the wages of workers) and 2.17 by calculating the worker’s wage. Finally, carrot’s farm enterprise toward total income of holticulture’s farm enterprise is 32.85 percent (the wage of family workers is not considered) and it equals 24.64 percent if the wage of family workers is considered.

PENDAHULUAN
Pembangunan sector pertanian tidak hanya ditujukan untuk menetapkan swasembada pangan beras dan palawija, akan tetapi mencakup pola peningkatan produksi pangan yang berasal dari holtikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Pembangunan sector pertanian ini memegang peranan penting dalam menunjang peningkatan pendapatan petani dan taraf hidup petani, penyerapan tenaga kerja, penunjang pembangunan industri serta peningkatan davisa Negara.
Salah satu komoditi holtikultara yang memenuhi syarat kebijakan adalah tanaman wortel (Daucus corata L). wortel memiliki kandungan gizi yang banyak diperlukan oleh tubuh terutama sebagai sumber Vitamin A.dibandingkan dengan sumber fitamin lainnya nilai vitamin A wortelboleh dikatakan tinggi. Wortel juga bermanfaat sebagai salah satu obat untuk serangan jantung dan penyempitan pembulu darah.
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TSS), Kecamatan Fatumnasi adalah salah satu daerah penghasil wortel di Nusa Tenggara Timur.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar pendapatan yang diterima petani dari usaha tani wortel di kecamatan Fatumnasi tahun 2005?
2. berapa besar kontribusi pendapatan usahatani wortel terhadap pendapatan usahatani holtikultura di kecamatan fatumnasi tahun 2005?
3. berapa besar keuntungan relative yang diterima dari usahatani wortel di kecamatan fatumnasi tahun 2005?
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima petani dari usahatani woretl di Kecamatan Fatumnasi tahun 2005.
2. mengetahui besarnya kontribusi usahatani wortel terhadap pendapatan usahatani hltikultura tahun 2005.
3. mengetahui kwuntungan relative dari usahatani wortel.
KEGUNAAN
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. petani sebagai bahan informasi dalam mengusahakan usahatani wortel.
2. pemerintah dalam membuat kebijakan yang menyangkut kegiatan usahatani (harga jual).
3. sebagai bahan informasi bagi penelitian lanjutan tentang usahatani wortel.
METODE PENELITIAN
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Fatumnasi Kabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pengumpulan data pada bulan Junis/d Juli2006.


Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang mengacuh pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dariinstansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan contoh dilakukan secara bertahap (multistage sampling) :
1. pengambilan desa contoh secara sengaja (purposive sampling), sebanyak 2 desa yakni Desa Fatumnasi dan Desa Nanas. Alasannya bahwa kedua desa tersebut mempunyai luas areal tanaman wortel terluas dan jumlah Kepala Keluarga (KK) yang mengusahakan wortel terbanyak dibandingkan desa lain.
2. penentuan petani contoh (responden), yang dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu sebanyak 10% dari jumlah KK 150 Desa Nanas dan 250 KK Desa Fatumnasi yang mengusahakan wortel dimasing-masing desa dalam tahun 2005. untuk Desa Nanas 25 KK dan Desa Fatumnasi 25 KK, sehingga jumlah responden secara keseluruhan adalah 40 responden.
Model dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan di tabulasikan dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Perhitungan pendapatan usahatani wortel dengan rumus (soekartawi, 1995) yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut :
Pd = TR-TC
Dimana :
Pd : Pendapatan
TR : Total penerimaan
TC : Total biaya
Dari persamaan ini dijabarkan menjadi :
Pd = Py.Y-(Pxi.Xi +……+Pxn.Xn).
Dimana :
Py : harga wortel
Y : jumlah produksi wortel
Pxi : biaya benih , Px2 : biaya transportasi
Px3 : biaya tenaga kerja
Xi…X2 : jumlah benih, tenaga kerja
2. Perhitungan kontribusi usahatani wortel terhadap pendapatan petani dengan rumus (soekartawi,1995)
Xh= pendapatan usahatani wortel/total pendapatan usahatani jortikulturaX100%
3. Perhitungan keuntungan relative yang diperoleh petani dari usahatani wortel dengan rumus (tjakrawirasana dan soeritmada,1989) :
R/C Ratio = total penerimaan (TR)/total biaya
Dimana :
R/C Ratio<1 = kegiatan usahatani wortel tidak memberikan keuntungan secara ekonomis. R/C Rasio=1 = kegiatan usahatani wortel tidak menguntungkan dan tidak merugikan petani. R/C Rasio>1 = kegiatan usahatani wortel dapat menguntungkan petani.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Fatumnasi merupakan Kecamatan pengembangan dari kecamatan Mollo Utara yang terdiri dari delapan (8) desa : Desa Noebesi, Lilana, Nunbenu, Fatumnasi, Tune, Bonle’u, Nenas dan Nuapin. Dengan luas wilayah 350 km2.
Secara administrasi, kecamatan Fatumnasi mempunyai batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ambeno, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mollo Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang.




DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Keadaan Pertanian
Keadaan pertanian di kecamatan Fatumnasi, pada daerah yang berjangkau pengairan, petani menanam tanaman hortikultura diantaranya, wortel, bawang putih, bawang merah, kentang, cabe dan kacang merah.sedangkan tanaman palawija (jagung, kacang-kacangan)dan tanaman tahunan seperti jeruk, mangga, pisang dan adfokat dalam pertumbuhan dan perkembangannya menggunakan sumber air sungai dan air hujan.
Aspek Budidaya Wortel
Usahatani wortel yang dilakukan petani di Kecamatan Fatumnasi merupakan salah satu usahatani unggulan pada 3 tahun terakhir. Usaha yang dikembangkan di Kecamatan Fatumnasi adalah bersifat komersil sehingga aspek budidaya dan perkembangannya harus diperhatikan sebaik mungkin untuk mendapatkan produksi yang optimal.
Panen, Pemasaran dan Pemasaran
Panen
Umur tanaman wortel pada waktu penen yaitu 3 – 4 bulan sejak penyebaran benih atau 90 – 97 hari sesudah tanam. Ciri-ciri tanaman wortel siap dipenen biasanya pada saat daun berjumlah 3 – 5 helai. Cara pemanenan wortel adalah mencabut tanamanbersama umbinya.
Produksi wortel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah produksi adalah untuk musim tanam I ban musim tanam II adalah 771 kg/ rata-rata pemanfaatan lahanatau sekitar 1450,55 dan 1498,90 kg/ha/petani responden dengan kisaran produksi terrendah 100 kg/are, dengan luas lahan 22,75 are/responden atau 4,39 rerata/Ha.
Dilihat dari tingkat prokduktifitas maka produksi per responden yaitu 0,7 ton/ha, dan total produksi petani didaerah penelitian sebesar 28 ton/ha. Dari tingkat produktifitas ini maka dapat dikatakan masih jauh dari produktifitas potensial yaitu 120-200ton/ha.
Pemasaran
System pemasaran yang dilakukan oleh petani di desa Nenas dan desa Fatumnasi yaitu :
Untuk desa Nenas, jarak ke pasar Kecamatan, pasar kabupaten lebih jauh dibandingkan dari desa Fatumnasi, sehingga petani ada yang menjual ke pemborong yang ada di desa tersebut, dimana harga jual disesuaikan dengan harga yang sedang berlakuy di pasar.

Aspek Ekonomi Usahatani
Petani dalam menjalankan asahatninya juga mengadakan perhitungan ekonomis dan keuangan walaupun tidak secara tertulis. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka berikut ini akan dijelaskan beberapa aspek ekonomi wortel yang meliputibiaya produksi, penerimaan, pendapan, keuntungan relatif dan kontribusi pendapatan asahatani wortel tehadap total pendapatan usahtani hortikultura.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata pendapatan yang diterima petani dari usahatani wortel adalah Rp 2.033.000,-/responden/tahun atau sekitar Rp 7.711.626,-/Ha/tahun, jika upah tenaga kerja tidak diperhitungkan. Sedangkan jika upah tenaga kerja diperhitungkan maka rata-rata pendapatan sebesar Rp 5.152.307,-/Ha/tahun.
2. Kontribusi pendapatan usahatani wortel terhadap pendapatan holtikultura adalah 32,85% jika upah tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan. Sedangkan bila memperitungkan upah tenaga kerja keluarga maka kontribusi usahatani wortel terhadap total pendapatan usahatani hortikultura sebesar 24,64%.
3. Secara ekonomi usahatani wortel yang dijalankan oleh petani di desa Nenas dan Fatumnasi Kecamatan Fatumnasi menguntungkan, dengan nilai R/C Rasio 5,06 jika tidak menghitungkan upah tenaga kerja keluarga, sedangkan jika menghitungkan upah tenaga kerja keluarga maka R/C Rasio sebesar 2,17.
Saran
Bertolak dari kesimpulan tersebut maka disarankan :
1. agar petani lebih memperluas areal pengusahaan usahatani wortel sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan dari petani itu sendiri, serta lebih memperhatikan aspek budidaya tanaman wortel, karena komoditas wortel merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi yang cukup bagi petani.
2. pemerintah perlu berperan dalam memberikan bimbingan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk wortel melalui kegiatan penyuluhan dan latihan.selain itu pemerintah juga perlu berperan dalam penetapan harga dari setiap komoditi pertanian, dan juga melakukan control pasar sehingga antara petani dan pedagang dapat melakukan transaksi tanpa ada pihak yang dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, A.1982. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni:Bandung
Hernanto.1989. Ilmu Usahatani Departemen Ilmu-Ilmu Social Ekonomi. Faperta IPB Bogor.
Mahayasa.1996. Hortikultura, (Bahan Ajar) Fakultas Pertanian. Undana. Kupang
Righo,A. 2002, Analisis Usahatani Wortel di Desa Nduaria Kecamatan Wolowaru Kabupaten Ende. Skripsi Undana Faperta Kupang.
Rukmana,r. 1995; Bertanam Wortel. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soekartawi.1995. Analisis Usahatani. UI Press Jakarta.




PERFORMANCE AGROINDUSTRI DENDENG API MURNI
(STUDI KASUS PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA’’UD.ANGKAsa timor”0

(Kajian Skipsi Suzan M. Sagran)
OLEH :
JOSEPH CH. BOKOTEI
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Agribisnis), Faperta – Undana

ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan pada industri rumah tangga ”UD. Angkasa Timor” di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang sejak bulan April sampai dengan bulan Mei 2009. tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengelolaan usaha, besarnya biaya produksi, penentuan harga jual dan besarnya laba bersih dendeng sapi murni pada industri rumah tangga ini. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam pengelolaan menggunakan bahan baku dan bahan penolong yang berasal dari Kupang, NTT. Belum ada pembagian tugas yang jelas sesuai bidang kerja yang ada. Perhitungan biaya produksi yang dilakukan selama ini belum tepat menurut sistem akuntansi. Di mana pembukuan yang dilakukan masih bersifat sederhana dan belum mencerminkan perhitungan biaya-biaya secara tepat. Produk yang dihasilkan selama ini didistribusikan ke Aldia Citra Sukiran dan di tempat industri rumah tangga dendeng sapi murni ”UD. Angkasa Timor”.
ABSTRACT
This observation has been done in ”UD. Angkasa Timor” home industries in Sikumana village, Maulafa sub district, Kupang City since April to May 2009. The aim of this observation is to know how are the manufature of industry, production, cost, selling prise and the neat profit of the original beef fillet of “UD. Angkasa Timor” home industry. The data collation is done with interview and observation method.
The result of analisys show that : in manufacturing they use raw, material and benefactor material from Kupang, NTT. There is not early jobs division according job sectors. The accounting of production cost wich be done since it founded is not appropriate with accountancy system with simple book keeping and doesn’t accuracy cost accounting. The product is distributed to Aldia Citra Sukiran and there own place “UD. Angkasa Timor” home industry.
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional, khususnya pembangunan pertanian ditujukan untuk terus meningkatkan produksi pertanian baik untuk konsumsi masyarakat, memenuhi kebutuhan bahan baku indutri mau pun meningkatkan ekspor hasil pertanian.
Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang banyak meyerap tenaga kerja dan penghasil devisa bagi negara. Hasil peternakan juga sebagai bahan baku bagi industri pengolahan. Agroindustri merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang mengolah bahan baku yang berasal dari hewan dan tumbuhan dengan berbagai bentuk perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengawasan sampai pemasaran yang berdampak bagi peningkatan nilai tambah kualitas hasil penciptaan tenaga kerja, peningkatan produksi dengan tujuan mengentaskan kemiskinan. Pengembangan agroindustri berhasil apabila sector pertanian sebagai pemasok bahan baku dapat memenuhi prasyarat sperti tepat waktu, tempat, bentuk, jumlah dan harga.
Dendeng adalah lembaran daging yang dikeringkan dengan menambahkan campuran gula. Garam, serta bumbu-bumbu lain. Dalam dendeng terdapat terdapat protein dan beberapa kandungan mineral seperti kalsium, fosfor dan besi, dan masa simpannya yang lebih lama dibanding daging sapi mentah. Tujuan lain dari pembuatan dendeng sapi adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat karena dendeng sapi dibuat dari daging sapi sebagai bahan pangan asal ternak. Dendeng sapi ini terjamin halal dan promosi yang terdiri dari nama industri yaitu “UD. Angkasa Timor”, alamat : H.R. Koroh Sikumana No. Telp 0380-831890, No. Depkes. 201637101030, masa kadaluarsa 2 bulan.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah yang diangkat dan dikaji dalam penelitian ini adalag sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan usaha dendeng sapi di UD tersebut?
2. Berapa besar biaya produksi dendeng sapi di UD tersebut?
3. Bagaimana penetuan harga jual dendeng sapi pada industri rumah tangga tersebut?
4. Berapa besar keuntungan yang diperoleh industri rumah tangga tersebut?

TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengelolaan usaha dendeng sapi pada industri rumah tangga tersebut.
2. Mengetahui biaya produksi dendeng sapi pada industri rumah tangga tersebut.
3. Mengetahui penentuan harga jual dendeng sapi pada industri rumah tangga tersebut.
4. Mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh industri rumah tangga tersebut.

KONTRIBUSI
Penelitian ini diharapkan berguna :
1. Bagi perusahaan, dalam kaitannya dengan pengembangan usaha di masa yang akan datang dan peningkatan produksi dendeng yang berkualitas.
2. Sebagai informasi ilmiah bagi penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Industri rumah tangga ini merupakan salah satu industri rumah tangga dendeng sapi di kota Kupang yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang kontinyu baik secara kualitas mau pun kuantitas. Dari segi kualitas ruamh tangga ini terus mampu menghasilkan dendeng yang bermutu sehingga mampu mengikat selera konsumen terhadap produk dendeng yang dihasilkan.
Keputusan menetapkan harga jual tergantung pada kemampuan pihak menejeman dalam pengelolaan usaha dendeng sapi pada industri riumah tangga ini. Dengan analisis yang tepat pada setiap komponen biaya maka harga jual yang ditetapkan dapat mendatangkan keuntungan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada industri rumah tangga UD. Anagkasa Timor yang beralamat di Jl. H.R. Koroh di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang pada bulan April hingga Mei 2009.
Metode Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi penelitin dilakukan dengan metode studi kasus yaitu pada industri rumah tangga dendeng sapi UD. Angkasa Timor. Dengan dasar pertimbangan bahwa industri rumah tangga ini merupakan salah satu produsen dendeng sapiu di kota Kupang.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik berdasarkan daftar pertanyaan yang diberikan dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini.


Model dan Analisis Data
1. Untuk menjawab tujuan pertama yakni menggunakan analisis secara deskriptif dengan melihat alat produksi yang digunakan, struktur organisasi, menejemen usaha dan proses produksi.
2. Menganalisis biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok proses. Untuk menghitung biaya produksi dalam penetapan harga jual :

Biaya Poduksi :
Biaya Bahan Baku Rp. XXX
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. XXX
Biaya Overhead Pabrik Rp. XXX +
Total Biaya Produksi Rp. XXX

Biaya Produksi per Unit ;
Total biaya produksi untuk periode tertentu
Volume Produksi yang dihasilkan dalam periosde bersangkutan
3 & 4. Menggunakan perhitungan harga jual, analisis rugi, analisis neraca dan analisis perubahan modal.

Harga Jual per 1/2 kg – Biaya Produk per kg
% MU = X 100%
Biaya Produk per 1/2 kg

Harga Jual = Biaya Produk per 1/2 kg + MU per Kg
= Biaya Produk per 1/2 kg+(%MU per 1/2 kg x Biaya Produk per1/2 kg




HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi MURNI UD. Angkasa Timor
Industri rumah tangga ini adalah salah satu industri rumah tangga yang ada di Kota Kupang yang bergerak di bidang pengolahan daging sapi segar menjadi dendeng sapi. Didirikan pada tahun 1990 berlokasi di kelurahan Sikumana, kecamatan maulafa Kota Kupang dan telah terdaftar sebagai industri kecil dari DISPERINDAG pada tahun 1995 dengan No. 25?DPP/.KK.530/13/020/TDI/V/20.C. Pemilik industri rumah tangga ini adalah bapak Mursidi (53 tahun) dengan tingkat pendidikan terakhir SMA, memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 6 orang dan memiliki tenaga kerja yang terdiri dari 4 orang. Industri ini memiliki label produk yang bernama MURNI. Tujuan didirikannya usaha ini untuk memanfaatkan potensi yang ada dan untuk memenuhi permintaan pasar terhadap produk dendeng sapi dengan harga yang dapat dicapai oleh konsumen, mendatangkan pendapatan, menyediakan lapangan pekerjaan dan mempertahankan keberlangsungan usaha.
Pengelolaan Usaha Dendeng Sapi Pada Industri Rumah Tangga
UD. Angkasa Timor
Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan usaha dendeng sapi pada industri rumah tangga UD. Angkasa Timor maka ada beberapa aspek yaitu peralatan produksi, struktur organisasi, proses produksi, pemasaran dan menejemen usaha. Alat yang digunakan yaitu timbangan duduk/gantung, mesin press, baskom, blender, pisau, meja potong, lumping, rak penjemuran dan drum.
Struktur organisasi dalam industri rumat tangga ini belum jelas karena pemilik sebagai pemimpin juga merangkap sebagai tenaga kerja tetapi dalam hal pengelolaan keuangan dan pengambilan keputusan dilakukan sendiri oleh pemilik. Tenaga kerja yang dimiliki berjumlah 4 orang dan semuanya adalah pria. Proses produksi ini dilaksanakan 3 kali dalam seminggu dan sembilan kali dalam sebulan.
Pemasaran dilakukan dengan cara produsen mengantar langsung ke lokasi pemasaran (pengecer) dan ada pula konsumen yang langsung membeli pada produsen. Menejemen dalam industri rumah tangga ini mencakup 4 aspek yaitu pengadaan bahan baku, bahan penolong, menejemen dalam proses produksi, menejemen tenaga kerja.
Analisis Pendapatan dan Keuntungan Relatif
Biaya Produksi
Terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan untuk membuat produk jadi. Biaya bahan baku adalah harga pokok dari bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk dendeng sapi. Bahan baku yang dibutuhkan selama 2 periode (Oktober 2008 – Maret 2009) adalah 3.240 kg daging sapi mentah. Sedangkan biaya tenaga kerja adalah biaya yang diberikan kepada tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi di mana langsung dapat diperhitungkan dalam biaya produksi. Biaya tenaga kerja sebanyak 4 orang berjumlah Rp. 7.200.000. Sedangkan biaya overhead pabrik yang harga belinya Rp. 8. 405.000 dan penyusutannya Rp. 436. 562,49.
Biaya Penjualan dan Administrasi Umum
Biaya penjualan adalah biaya yang berhubungan lansgsung dengan penjualan barang. Sedngkan biaya administrasi adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan penyusunan kebijakan dan pengarahan suatu perusahaan, contohnya biaya transportasi, biaya telepon, penyusutan kendaraan. Jumlah biaya keduanya Rp. 1.414.666.
Penerimaan
Penerimaan industri rumah tangga UD. Angkasa Timor selama 2 periode Rp. 179.820.000. jumlah ini sama dengan hasil penjualan yang merupakan jumlah produksi dendeng sapi selama satu periode (3 bulan) dikalikan dengan harga jual per satuan ukuran penjualan (1/2 kg = Rp. 45.000 untuik periode 1 tahun 2008). Sedangkan periode 2 adalah Rp. 66.000 per 1/2 kg.
Laporan Rugi/Laba
Laporan rugi laba merupakan laporan yang sistematis mengenai pengjasilan, biaya-biaya dan rugi/laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Pendapatan industri ruimah tangga UD. Angkasa Timor untuk periode 1 sebesar Rp. 11.900.504,18. sedangkan untuk periode 2 Rp. 17.797.604,18. Perhitungan ini dilakukan dengan pendekatan Full Costing. Laba yang diperoleh merupakan laba bersih yang diperoleh setelah dikurangi pajak sebesar Rp. 87.000 untuk setiap periode.
Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan posisi aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan atau industri pada suatu periode tertentu. Aktiva = pasiva dari industri rumah tangga dendeng sapi UD. Angkasa Timor selama 2 periode adalah Rp. 67.743.605,50.
Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi di atas modal dalam jangka waktu neraca yang lalu dengan neraca yang baru. Modal yang dimiliki oleh industri rumah tangga ini untuk 2 periode adalah sebesar Rp. 60.543.360,55.




KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi MURNI UD. Angkasa Timor memiliki pola pengelolaan usaha meliputi aspek produksi, organisasi, akuntansi dan pemasaran.
2. Biaya produksi untuk kedua periode adalah sebesar Rp. 148.532.,224.
3. Penentuan harga jual menggunakan metode Mark Up Pricing yaitu sebesar
Rp. 107.940,72. Sedangkan presentasi MU untuk kedua periode sebesar 21%.
4. Keuntungan atau laba bersih selama 2 periode adalah Rp. 29.698.108.

Saran
1. Pengelolaan dalam usaha yangbditerapkan oleh Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi MURNI UD. Angkasa Timor masih membutuhkan perhatian pada beberapa aspek di antaranya aspek organisasi sebaiknya dilakukan pembagian tugas yang jelas sesuai bidang kerja. Untuk pemasaran perlu dilakukan perluasan lapangan pemasaran ke pasar-pasar, took, kios dan swalayan.
2. untuk mengantisipasi adanya fluktuasi harga bumbu kering (bahan penolong) di pasar dan untuk meminimalkan biaya sebaiknya menejer melakukan pembelian bahan penolong dalam jumlah yang banyak untuk disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama (1-2 bulan).


DAFTAR PUSTAKA
Chrisminingsih dan Sondang, P. 2000. Pola kegiatan Agro Industri Tahu Untuk Mendukung Nilai Tambah Komoditas Kedelai Di Kota Madya Kupang. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Undana Kupang.
L.A. Ngangi. 2001. Pengembangan Agri Bisnis Dan Agroindustri di Indonesia. Grafindo. Jakarta.
Soemarto dan Jusuf. 1987. Akuntansi. Penerbit Salemba 4. Jakarta.
Sofyan Assauri. 1980. Manajemen Produksi. Alumni LPEEUI. Jakarta.
Swasta B, dkk. 1990., Manajemen Pemasaran Modern. Rineka Alumni. Bandung.



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI DALAM PEMSARAN PRODUK OLAHAN KAKAO DI KECAMATAN KEWAPANTE KABUPATEN SIKKA
(KAJIAN SKRIPSI ANTONIUS SELONG)

Oleh :
LORRY LONNY DJO
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana

ABSTRAK
Suatu Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima petani dalam pemasaran produk olahan Kakao dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dalam pemasaran yang diterima lembaga tataniaga dalam pemasaran produk olahan kakao, serta mengetahui strategi petani dalam pemasaran produk olahan kakao yang telah dilaksanakan dikecamatan Kewapante kabupaten Sikka sejak bulan April sampai Mei 2008.
Berdasarkan hasil penelitian,metode yang digunakan adalah metode survey. Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap. Tahap pertama penentuan desa contoh yakni secara sengaja (Purposive sampling). Contoh Desa Wolomapa dan Desa Rubit. Tahap kedua adalah pemilihan petani sample secara acak sederhana (Simple Random Sampling) 5% dari total petani kakao untuk setiap desa untuk Desa Wolomapa ditetapkan sebanyak 15 responden dari 308 petani dan Desa Rubit ditetapkan sebanyak 21 responden dari 428 petani. dan tahap ketiga adalah penentuan lembaga tataniaga diambil 2 responden dari lembaga tataniaga yang ada yakni pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang antar pulau.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pendapatan yang diterima petani dalam pemasaran produk olahan kakao dikecamatan Kewapante sebesar Rp. 8.245.482,57 per petani.share yang diterima petani dalam pemasaran produk olahan kakao dikecamatan Kewapante sebesra 44,53%, sedangkan margin pemasaran yang diterima lembaga tataniaga sebesar Rp. 19415,97/kg, strategi Pemasaran yang digunakan petani dalam pemasaran produk olahan kakao dikecamatan Kewapante adalah strategi produk, strategi harga dan strategi tempat.



ABSTRACK
This research is aimed to know the amount farmer’s income in cocoa production marketing and to know the influenced factors of farmer’s income in selling cocoa product, to know shre that gained by the farmer’s and selling margin which is accepted by business administration foundation in cocoa production marketing and to know the farmers strategy in selling cocoa product at kewapante sub district in sikka regency.
This sample is takken gradually. First, A study This research was conducted in kewapante sub district since april until may 2008.
Method used in survey method. This sample is taken gradually. First, to decide the purposely model village (Purposive sampling) the simple vilage wolomapa and rubit. Second, to choose the farmer as simple random smpling (simple random sampling). 5% of all the cocoa farmer for each Village. For Wolomapa district consists of 15 respondens of 308 Farmers rubit village is decided to have 21 respondents from 428 farmers,and third, to decide business administrasition foundation that took 2 respondents from it, those are the sellers as the collector from sub district and the sellers between the islands.
The result of research indicates that the farmers’averege total income in cocoa product marketing is Rp 8.245 482,57. share which is received in cocoa product marketing in kewapante is 44,53%yet margin marketing that is received by business administration foundations is Rp.19415,97/Kg, marketing strategis used in selling cocoa product in kewapante sub district are strategi of product, strategi of price,and strategy of place.

PENDAHULUAN
Pertanian merupakan sebuah keharusan berbagai unsur masyarakat maupun lembaga.Subsektor perkebunan memberikan peran tersendiri dalam membangun perekonomian bangsa indonesia. NTT yang terdiri dari atas perbukitan dan pegunungan serta memiliki lereng yang curam dan curah hujan yang rendah yang mana cocok untuk usaha tanaman perkebunan dari pada tanaman pangan.
Kakao (Theobroma cocoa L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan penting di NTT karena sebagai sumber pendapatan bagi Petani produsen dan kesempatan kerja bagi rakyat. Kabupaten Sikka adalah daerah penghasil kakao terpenting di NTT dengan luas areal 21.219,18 ha atau 51,41% dari total luas lahan kakao di NTT. Kecamatan kewanpante merupakan sentra produksi kakao dikabupaten Sikka.total produksi kakao dikecamatan kewapante tahun 2006 adalah 2.095 ton atau total produksi kakao dikabupaten Sikka sebesar 10.325,20 ton ( BPS NTT 2006)
Pengamatan langsung dilapangan menunjukan bahwa tingkat petani yang sangat rendah dan kurangnya informasi tentang harga jual dalam pemasaran kakao. Selain itu strategi yang diterapkan dalam kegiatan tataniaga masih tergantung keadaan.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka yang menjadi masalah penelitian adalah :
1. Berapa besar pendapatan yang diperoleh petani dalam pemasaran produk olahan kakao?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan petani dalam pemasaran produk olahan kakao?
3. Bagaimana Share yang diperoleh petani dan Margin pemasaran yang diterima lembaga tataniaga dalam pemasaran produk olahan kakao?
4. Strategi pemasaran apa yang diterapkan oleh petani dalam pesaran produk olahan kakao?

TUJUAN
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima petani dalam pemasaran produk olahan kakao
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dalam pemasaran produk olahan kakao.
3. Mengetahui share yang diperoleh petani dan margin pemasaran yang diterima lembaga tataniaga dalam pemasaran produk olahan kakao.
4. Mengetahui strategi petani dalam pemasaran produk olahan kakao.

KONTRIBUSI
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Memberi informasi kepada petani mengenai pemasaran yang tepat sehingga memperoleh pendapatan yang maksimal.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah guna upaya pemberdayaan petani kakao khususnya dalam hal strategi pemasaran.
3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi almamater dalam upaya pengembangan ilmu dalam bidang pertanian khususnya tentang pemasaran
4. Untuk menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.





METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh petani tidak terlepas dari adanya proses pemasaran. Untuk memperoleh yang maksimal, secara sepintas dianggap mudah. Namun dalam mewujudkannya tergantung pada berbagai aspek. Hal-hal yang dipandang berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial maupun ekonomi seperti : pendidikan, produksi, harga jual produk dan biaya pemasaran.
Melalui pendidikan diharapkan adanya kemampuan dalam penyerapan pengetahuan dibidang pertanian yang berhubungan dengan pengelolahan dibidang usahatani dan strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh hasil yang memadai.
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan dikecamatana Kewapante. Pemilihan kecamatan Kewapante sebagai daerah penelitian karena merupakan salah satu sentra produksi Kakao dikabupaten Sikka. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan sejak bulan April sampai Mei 2008.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey. Data yang dikumpilkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani contoh dan lembaga tataniaga, mengacu pada daftar pertanyaan yang telah disediakan.sedangkan data sekunder dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan sample
Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani kakao didesa Rubit dan Desa Wolomapa. Pengambilan sample dilakukan secara bertahap. Tahap pertama penentuan desa contoh yakni secara sengaja (purposive sampling). Tahap kedua adalah pemilihan petani sample secara acak sederhana ( simple random sampling) 5% dari total petani kakao untuk setiap Desa. Tahap ketiga adalah penentuan lembaga tataniaga diambil 2 responden dari lembaga tataniaga yang ada yakni pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang antarpulau.
Model dan Analisis Data
1. Untuk menjawab tujuan pertama tentang penelitian pendapatan dalam pemasaran produk olahan kakao dapat diketahui dengan menghitung selisish antara total penerimaan dan total biaya, yang secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
Y = TR- TC

Dimana Y = Total Biaya/ Total penerimaan
TR = Harga produksi x Harga produksi Total
TC = Biaya pemasaran Total
2. Untuk menjawab tujuan kedua untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dalam pemasaran produk olahan kakao digunakan Analisis Regresi Berganda.
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4 X4+ b5 X5 + b6 X6 + e
Dimana : Y = Pendapatan petani dalam pemasaran kakao
a = Intersep
b1 – b6 = Koefisisen Regresi
X1 = Pendidikan formal petani
X2 = Jumlah tenaga kerja (Jiwa)
X3 = Pengalaman Bertani (Tahun)
X4 = Produksi dalam bentuk biji (Kg)
X5 = Harga jual tingkat Petani (Rp/Kg)
X6 = Biaya pemasaran yang dikeluarkan Petani
E = Pengganggu
3. Untuk menjawab tujuan ketiga dalam melakukan perhitungan Farmer’s Share dan Margin Pemasaran digunakan persamaan sebagai berikut :
- Untuk menghitung Farmer’s Share : FS = Pf/Pr x 100%
- Untuk menghitung Margin Pemasaran : MP + Pr-Pf atau MP = C + π

4. Untuk Menjawab tujuan keempat strategi pemasaran yang diterapkan oleh petani dalm pemasaran produk olahan kakao yakni strategi harga dan strategi produk dianalisis secara deskriptif.






HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian
Keadaan Geografis : Kecamatan Kewapante merupakan salah satu dari 11 kecamatan dikabupaten Sikka, luas wilayah kecamatan Kewapante adalah 80,15 Km2 yang meliputi 24 Desa. Secara klimatogis kecamatan Kewapante beriklim tropis yang terbagi dalam 2 Musim hujan dan musim kemarau. Keadaan Penduduk: jumlah penduduk dikecamatan kewapante sebnyak 36.911 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 16.409 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 20.502 jiwa tersebar dalam 6.683 rumah tangga, keadaan topografi Kewapante sebagian besar bergunung-gunung dengan lereng yang curam diselingi lembah dan dataran yangrelatif kurang luas.
Desa Rubit memiliki Luas wilayah 197.53 ha dan Desa wolomapa memiliki luas 189.13 ha. Mata pencharian pokok penduduk Desa Rubit dan Desa Wolomapa pada umumnya adalah Petani. Keadaan pertanian didesa rubit dan desa Wolomapa sama. Yakni mengusahakan lahan kering. Jenis tanaman yang dihasilakan: padi, jagung, kacang hijau, dan perkebunan seperti cengkeh, kopi,kakao.jambu mete, vanili. Pala,tembakau,Lada.
Karakteristik Responden
Umur responden : berdasarkan data yang diperoleh rata-rata umur responden petani kakao berkisar antara 45-50 tahun.usia produktif yakni usia yang berkisar antara 15-65 tahun yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis. Tingkat pendidikan: tingkat pendidikan formal responden didaerah penelitian masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan formal responden yang paling rendah yakni tidak tamat SD berjumlah 16 (44,44%) orang dan tingkat pendidikan formal responden yang paling tinggi yakni perguruan tinggi berjumlah 1 (2,78) orang.rendahnya tingkat pendidikan ini akan berpengaruh terhadap rendahnya adopsi inovasi.dengan demikian produksi hasil pertanian rendah meminimalkan pendapatan yang diperoleh.
Besar kecilnya kebutuhan suatu keluarga ditentukan oleh besar kecilnya jumlah tanggungan dalam keluarga yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingkat kesehjatraan keluarga tersebut.diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah 10-11 orang sebanyak 4 responden dan jumlah tanggungan keluarga terkecil adalah 2-3 sebanyak 5 responden ( 13,89 %). Dari hasil penelitian terdapat satu saluran pemasaran yakni petani langsung menjual produk kakao kepedagang antar pulau responden dari lembaga pemasaran berjumlah 2 orang yang keduannya merupakan pedagang antar pulau yang memiliki pengalaman pemasaran 10 tahun.



Pendapatan Petani dalanm pemasaran produk olahan kakao dikecamatan kewapante kabupaten sikka.
Jumlah produksi
Jumlah produksi dalam 1 musim panen semuanya dijual oleh petani, jumlah produksi yang dipasarkan oleh petani bervariasi dengan kisaran sebesar 200-857 kg dalam 1 musim panen.
Total Biaya
Dalam proses pemasaran dibutuhkan sejumlah biaya pemasaran yang merupakan totalitas biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya angkut, biaya pengepakan, biaya penyusutan, biaya retribusi, biaya tenaga kerja. Biaya pemasaran yang dikeluarkan dalam pemasaran produk olahan kakao kepedagang antar pulau yakni biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tergantung dari jarak pusat produksi ke pusat penjualan. Secara keseluruhan, rata-rata total biaya yang dikeluarkan petani selama 1 tahun musim panen sebesar Rp. 20.597,22 per petani.
Penerimaan
Penerimaan adalah hasil kali antara produksi dan harga. Dari hasil penelitian diperoleh harga jual kakao dari petani ke pembeli per Kg sebesar Rp.15.000,- sampai dengan Rp 16.000,-. Sedangkan jumlah produksi yang dipasarkan petani bervariasi antara 200-857kg. biaya rata-rata penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 8.245.526,39 perpetani
Keuntungan
Pendapatan atau keuntungan dalam pemasaran produk olahan kakao dapat deketahui dengan menghitung selisih antar total penerimaan dan total biaya. Rata-rata total penerimaan sebesar Rp 8.245.526,39 per petani. Sedangkaan rata, rata total biaya yang dikelurakan sebesar Rp. 20.597,22 perpetani. Rata-rata keuntungan yang diperoleh petani selama 1 musim panen sebesar Rp. 8.245/487,57 perpetani.
Pemasaran Kakao
Dalam proses kakao di kecamatan kewapante dibutuhkan sejumlah biaya yang merupakan totalitas biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yakni pedagang antar pulau. Hasil analisis menunjukan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 43,82/kg. sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang sebesar Rp.6.610/kg. berdasarkan hasil analisis, bagian yang diterima petani sebesar Rp. 43,82/kg dan margin pemasaran pedagang antar pulau sebesar Rp. 19415,97?kg. keuntungan pemasaran yang diperoleh lembaga pemasaran dalam hal ini pedagang antar pulau sebesar Rp. 13348,33/kg. Sedangkan Strategi pemasaran mulai dari strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Rata-rata pendapatan yang diterima petani dalam pemasaran produk olahan kakao dikecamatan Kewapante sebesar Rp. 8.245.482,57 perpetani.
2. Share yang diterima petani dalam pemasaran produk olahan kakao dikecamatan Kewanpante sebesar 44,53% sedangkan margin pemasaran yang diterima lembaga tataniaga sebesar Rp 19414,97/kg
3. Strategi pemasaran yang digunakan petani dalam pemasaran produk olahan kakako dikecamatan Kewapante adalah strategi produk, strategi harga dan strategi tempat.

Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya perhatian dari pemerintah melalui instansi terkait berkaitan dengan pengolahan dan pemasaran Kakao, serta penentuan harga dasar produk olahan Kakao dikecamatan kewapante kabupaten Sikka.
2. Untuk petani diharapkan mencari informasi tentang harga jual kakao sehingga tidak serta menerima harga yang diberikan pedagang.
3. Perlu adanya penyebaran informasi pasar komoditi Kakao sampai ketingkat petani.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 1987. Manajemen pemasaran. Rajawali Press, Jakarta
BPS. 2006. Sikka dalam Angka. BPS, Kupang
BPS. 2006. kecamatan Kewapante Dalam Angka. BPS, Kupang
Benu, F. L. 1998. Faktor Pembeda Keragaman Tingkat Output Sub Sektor Perkebunan di Nusa Tenggara Timur. Skripsi Faperta Undana, Kupang
Soekartiwi. 1995. Prinsip dasar Ekonomi Pertanian ( Teori dan Aplikasi). Rajawali Press, Jakarta
Susanto, F. X. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Penerbit Kanisius, Jakarta
Utmar, H. 1996. Metode Penelitian Aplikasi dan Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
HOME INDUSTRY (INDUSTRI RUMAH TANGGA)
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENDENG SAPI
DI KELURAHAN MAULAFA KOTA KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI SANHTY CHAMDRA)
OLEH
VINSENSIA APOLONYA
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta -Undana

ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan di keluraha maulafa kota kupang pada industri rumah tangga dendeng sapi “DIAN” pada bulan april – agustus 2004. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya harga pokok produksi dendeng sapi, mangetahui basarnya laba yang diperoleh dan bagaimana strategi pengambilan keputusan oleh menajemen industri rumah tangga dendeng sapi “Dian”dalam penentuan harga pokok produksi dendeng.
Industri rumah tangga dendeng “Dian” dipilih sebagai lokasi penelitian produk, karena produk yang dihasilkan habis terjual dan data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder diperoleh dari industri terkait.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1). Harga pokok produksi dendeng pada industri rumah tangga dendeng “ Dian” tahun 2003 sebesar Rp 145.733.986,5,-; 2). Laba yang diperoleh industri rumah tangga dendeng “ Dian” tahun 2003 sebesar Rp 35.768.053,23,- ; 3). Strategi pegambilan keputusan dalam manajemen idustri dendeng sapi “ Dian” untuk penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan melalui berbagai aspek bahan baku, aspek tenaga kerja langsung, aspek overhaed pabrik, aspek pemasaran da untuk mengatasi musim hujan, sebaiknya pihak industri rumah tangga menginvestasikan oven listrik untuk pengeringan dendeng dan cool box yang berfungsi sebagai pengawet daging.

ABSTRACT
A research had conducted in maulafa village of kupang municipality on a smoked beef home industry named “Dian” within the period of April to August 2004. The research aimed studying the basic production cost of home industry, studying the profit of the home industry management in determining the basic production price.
Home industry “Dian” was chosen because its production were always sold out despite and collected data were primary and secondary data were obtained from relevant institution.
The result oof the research are : 1). The basic production cost at “Dian” smoked beef home industry in 2003 was Rp. 145.733.986,5,-; 2). Profit obtained in 2003 was Rp. 35.768.053,23,-; 3). Decision making strategy in determinig basic production cost has to be based on cereful considertion of different aspects namely raw material, manpower aspects i term of skills, overhead aspect,marketing aspect in terms of product, price, promotin and distribution channel. To overcome problem with rao material and rainy season, it is suggested that the home industry invest o electric for draying beef and cool box for preserving beef.

PENDAHULUAN
Pembangunan sektor pertanian tidak hanya ditujukan untuk menetapkan swasembada beras dan palawija tatgapi juga mencakup usaha-usaha peningkatan produksi pangan lainnya yang berasal dari hortikultura, perkebunan, peternaka dan perikanan.
Agroindustri merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang megolah bahan baku yang berasal dari tanaman dan hewan dengan berbagai bentuk. Agroindustri dapat berkembang jika pertanian sebagai pemasok (supply) bahan baku memenuhi persyaratan seperti tepat waktu, tepat bentuk, jumlah dan harga.
Dendeng sapi merupakan salah satu tekmik pengolahan daging sapi tersebut dan merupakan produk unggulan hasil olahan kota kupang. Pembuatan dendeng ini membutuhkan bahan baku daging sapi, tenaga kerja langsung, dan biaya tidak langsung (overhead factory cost).
Di Kota Kupang berkembang tujuh unit industri rumah tangga dendeng sapi (Depridag 2002). Salah satunya adalah industri rumah tangga dendeg “Dian” di Kecamatan Maulafa Kota Kupang.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang diangkat dan diangkat dan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Berapakah besar harga pokok produksi dendeng pada industri rumah tangga dendeng sapi “Dian” pada tahun 2003 ?
2. Berapakah besar laba yang diperoleh industri rumah tangga dendeng sapi “Dian”pada tahun 2003?
3. Bagaimana strategi pengambilan keputusan oleh manajemen industri rumah tangga dendeng “Dian” dalam penentuan harga pokok produksi dendeng pada tahun 2003?


TUJUAN

Tujuan yang diingikan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui besarnya harga pokok produksi dendeng sapi pada industri rumah tangga dendeng “Dian” pada tahun 2003
2. Mengetahui besarnya laba yang diperoleh industri rumah tangga dendeng “Dian” pada tahun 2003
3. Untuk mendiskripsikan strategi pengambilan keputusan oleh menajemen industri rumah tangga dendeng “Dian” dalam penentuan harga pokok produksi dendeng pada tahun 2003.

KEGUNAAN

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
1. Bahan informasi bagi industri rumah tangga dendeng “Dian” dalam menentukan strategi untuk menetapkan harga pokok produksi dan pemasaran produknya.
2. Bahan informasi bagi pemerintah daerah dalam hal perumusan kebijakan yang berkaitan dengan pemasaran dendeng sapi di Kota Kupang.
3. Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan masalah dendeng sapi.

METODE PENELITIAN
Kerangka Berpikir
Industri rumah tangga dendeg “Dian” merupakan salah satu industri rumah tangga pengolahan dendeng sapi di Kota kupang dan bersifat komersial, sehingga untuk mencapai tujuan usahanya pihak menajemen perlu megusahakan strategi produksi dan strategi pemasaran produksi dan strategi pemasaran.
Dalam pemasaran produknya, industri ini berhadapan dengan pesaing lain yang mengusahakan produk sejenis pangan demikian industri rumah tangga ini memerlukan pengambilan keputusan untuk produksi dan pemasaran produkya yang dapat ditetapkan dalam suatu strategi yang tepat.
Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april-agustus 2004 pada industri rumah tangga dendeng “Dian” di kelurahan Maulafa, Kecamatan Kota Kupang.
Metode Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi penelitian dengan meggunakan metode studi kasus yaitu pada industri rumah tangga dendeng sapi “Dian” penentuan responden dilakukan adalah unsur pimpinan industri rumah tangga (1 orang) dan tenaga kerja yang bekerja pada industri rumah tangga tersebut (3 orang) sehingga jumlah respondennya 4 orang.

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei (wawancara). Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dinas – dinas yang berkaitan dengan penelitian ini.
Model Dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan ditabulasi kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut :
1. Untuk meghitung besarnya harga pokok produksi sebagai tujuan satu dihitug dengan menggunakan formulasi umum menurut Cashin dan R.S. Polimeni (1986) sebagai berikut :
Bahan baku xxx
Buruh langsung xxx
Biaya overhead xxx
Total biaya yang dimasukkan dalam proses produksi xxx
Barang dalam proses pada periode awal xxx +
Barang yang siap dijual xxx
Persedian barang jadi akhir xxx -

Harga pokok produksi xxx

2. Sedangkan untuk mencapai tujuan kedua yaitu untuk mengetahui besarnya laba yang diperoleh, maka dilakukan analisis laporan rujgi – laba dengan menggunakan format variabel costing sebagai tujuan kedua sebagai berikut :

Hasil penjualan xxx
Biaya variabel :
Persediaan awal xxx
Biaya produksi :
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja xxx
Biaya overhead pabrik xxx +

Harga pokok produk siap dijual xxx
Persediaan akhir xxx +
Harga pokok produksi xxx
Harga pokok penjualan sebelum
Adjustment biaya Overhead xxx
Pembebanan kurang (lebih) biaya overhead pabrik xxx +

Harga pokok penjualan sesungguhnya xxx -

Manufacturing Margin xxx

Biaya Administrasi Dan Umum Variabel xxx
Contributiom Margin xxx +
Biaya Tetap :
Biaya overhead pabrik tetap xxx
Biaya administrasi dan umum tetap xxx
Biaya pemasara tatap xxx +

Total Biaya tatap xxx -
Laba sebelum pajak xxx
Pajak xxx -
Laba bersih setelah pajak xxx

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Industri Rumah Tangga Dendeng “Dian”
Deskripsi Industri Rumah Tangga Dendeng “Dian” merupakan salah satu industri rumah tangga di Kota Kupang dan berlokasi di Jalan Raya Maulafa RT 01 Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota Kupang. Pemilik industri rumah tangga ini adalah bapak Bernadus Ne’a yang berusia 36 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir adakah SLTP.
Industry rumah tangga ini telah beroperasi sejak 11 november 1992 dan sudah memiliki badan hukam yaitu : SITU NO. 365/EK/1993 tertanggal 20 juli 1993 dan SIUP NO. 31/24 – 12/PK/II/1994 tertanggal 23 februari 1994.
Gagasan untuk mendirikan industry pengolahan dendeng sapi ini berawal dari pengalaman kerja menjadi karyawan pada usaha sejenis sehingga muncuk ide untuk mengusakankannya sendiri. Tujuan utama mendirikan industry rumah tangga ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dan membantu biaya hidup keluarga.
Dalam menjalankan usahanya beliau harus berhadapan pesaing-pesaing produk sejenis oleh karena itu perusahan menyikapi dengan meningkatkan pelayanan penjualan kepada pengecer tetap dengan menjaga hubungan kerjasama dengan pengecer sebagai perantara pihak pihak perusahaan dengan konsumen.
Struktur Organisasi
Industri rumah tangga dendeng “Dian” belum memiliki struktur organisasi yang jelas. Hal ini dapat dilihat dari pembagian tugas yang jelas untuk masing-masing bidang, artinya semua dilakukan secara bersama-sama.


Modal Usaha
Dalam menjalankan suatu usaha modal merupakan suatu hal yang paling vital yang harus dimiliki oleh perusahaan karena modal sebagai sumber daya yang mampu mengerakkan aktivitas perusahaan. Modal yang dimasukkan disini adalah modal uang tunai dan modal harta (aktiva) tetap berupa peralatan dan modal awalnya pada tahun 1992 yaitu 500.000,- . Pada tahun 1995, industri rumah tangga ini mendapat pinjaman dari PLN sebesar 2.500.000,-. Dan modal tersebut dikembalikan satu tahun kemudian sejak taun 1996 sampai saat ini dalam menjalankan usahanya industri rumah tangga dendeng “Dian menggunakan modal sendiri.
Proses Produksi
Proses produksi merupakan cara dan teknik yang dilakukan dalam suatu usaha untuk menambah suatu barang atau jasa dengan melibatkan tenaga kerja, mesin dan peralatan, bahan dan biaya yang dimiliki.
Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu analisis harga pokok produksi, rugi laba dan strategi pengambilan keputusan pada industry rumah tangga dendeng “Dian”.
Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan suatu hal yang sangat penting didalam menentukan besarnya laba yang diinginkan. Harga pokok produksi merupakan jumlah keseluruhan yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang sejak barang itu masuk dalam proses sampai menjadi barang jadi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk selesai atau bahan yang diolah menjadi bahan jadi. Pengadaan bahan baku dilakukan dengan cara pembelian tunai dari pedagang di RPH Oeba dan ada juga yang dibeli secara kredit dari langganan yang diantar langsung dari ketempat produksi.
Total bahan baku yang dibutuhkan oleh industry rumah tangga dendeng “Dian” selama tahun 2003 sebanyak 5964,5 kg dengan rata-rata harga beli perkilogram sebesar rp 20.000,- jadi total bahan baku yang dikeluarkan oleh pihak industry rumah tangga selama selama tahun 2003 adalah Rp 119.290.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Berkaiatan dengan kegiatan produksi, industry rumah tangga dendeng “Dian” mempekerjakan 3 orang tenaga kerja langsung yang berasal dari dalam keluarga. Tenaga kerja ini diberi upah oleh perusahaan sebesar Rp 250,- perkilogram daging sapi segar. Jadi biaya yang dikeluarkan pada tahun 2003 adalah Rp. 1.491.125,- dan biaya ini dikatakan sebagai biaya riil.
BIAYA TIDAK LANGSUNG (overhead) pabrik
Biaya overhead pabrik adalah semua produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dan dalam hubungannya dengan produksi industry rumah tangga dendeng “Dian” maka biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi biaya overhead tetap selama tahun 2003 sebesar Rp 228.337,- dan biaya overhead pabrik veriabel pada tahun 2003 adalah sebesar Rp.15.603.75,5,-
Analisis Strategi Pengambilan Keputusan
Sebuah badan usaha yang inngin eksis dalam usahanya dimasa yang akan dating, harus memiliki dan menetapkan tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian ini strategi pengambilan keputusan ditetapkan setelah analisis harga pokok produksi rugi laba.
Industry rumah tangga dendeng “Dian” mempunyai tujuan yaitu memaksimumkan keutunga. Selama ini pihak menajemen belum dapat mengoptimalkan laba yang diperoleh, hal ini terjadi karena kurangnya perhatian pihak menajemen terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan keberlangsungan usaha.
Perencanaan strategi yang akan dibuat dalam penelitian ini yaitu menyangkut harga pokok produksi yang terdiri aspek bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik serta pemasaran yang terkait dengan peluang pasar dari produk dendeng sehingga untuk memngembangkan usahanya maka harus memperhitungkan kekuatan dan kelemahan serta mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dimilik.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bedasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Harga pokok produksi yang dikeluarkan oleh industry rumah tangga dendeng “Dian” sebesar Rp.145.733.986,5,-
2. Laba bersih yang diperoleh pihak industry rumah tangga dendeng “Dian” dari hasil penelitian sebesar Rp.35.768.053,23,- pada tahun 2003.
3. Strategi yang dapat diambl oleh pihak menajemen industry rumah tangga dendeng “Dian” dalam penentuan harga pokok produksi meliputi berbagai aspek : 1). Bahan baku terkait penggunaan bahan baku; 2). Tenaga kerja langsung terkait dengan keterampilan; 3). Overhead pabrik terkait dengan pengguanaan bahan penolong dan peralatan produksi; 4). Pemasaran terkait dengan produk,harga,promosi dan saluran distribusi dendeng.



SARAN
Bertolak dari kesimpulan tersebut maka disarankan :
1. Perlu dilakukan pembenahan terhadap proses perhitungan harga pokok produksi dengan memasukan biaya-biaya secara lengkap yaitu : biaya bahan penolong, biaya penyusutan, tenaga kerja langsung dan biaya listrik.
2. Laba yang diperoleh dapat ditingkatkan lagi dengan [engadaan bahan baku, tenaga kerja yang terampil, teknologi produksi yang digunakan dan staregi pemasaran yang terkait dengan penjualan.
3. Startegi yang ditempuh oleh pihak industry rumah tangga didalam mengembangkan usaha khususnya untuk penentuan harga pokok produksi dengan menginvestasikan teknologi produksi seperti cool box, memeberikan kesempatan kepada tenaga kerja untuk mengikuti pelatihan dan kursus yang terkait. Meningkatkan volume produksi,melakukan promosi dengan memanfaatkan media informasi yang ada seperti Koran dan radio.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Industri. Badan Pusat Statitik. Jakarta.

Cashin A.J. dan R.S. Polimeni. 1986. Akuntansi Biaya jilid I. Erlangga. Jakarta



KAJIAN EKONOMI PRODUK KECAP PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “LESTARI” KELURAHAN FATULULI KEC. OEBOBO KOTA KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI FEBRINA JUNIA ADU)
OLEH
DEWI APRIANI SUSANTY PELLOKILA
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta -Undana

Abstrak
Suatu penelian tentang kajian ekonomi produk tentang kecap pada industri rumah tangga “Lestari” di Kelurahan Fatululi Kota Kupang telah dilaksanakan sejak bulan september 2004 hingga pada bulan maret 2005
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan keuntungan relatif yang diperoleh industri rumah tangga lestari pada tahun 1999-2003.
Pengumpulan data menggunakan metode survei, data primer di peroleh dari hasil wawncara dengan responden sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait.
Pendapatan industri rumah tangga “lestari” di peroleh dari selisi antar total penerimaan dan total biaya sedangkan keuntungan relatif industri rumah tangga “Lestari” di hitung berdasrkan anlisis R/S rasio.
Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa pendapatan yang di peroleh industri rumah tangga “Lestari” tahun 1999 sebesar Rp. 67.094.767, tahun 2000 sebesar Rp. 72.309.967, tahun 2001 sebesar Rp. 108.417.334, tahun 2002 sebesar Rp. 109.999.434, dan tahun 2003 sebesar Rp. 107.850.934 sedangkan dari segi ekonomi kegiatan pengolahan kecap yang di usahakan menguntungkan dengan R/C rasio tiap tahunya masing-masing sebesar 1.915, 1.629, 1.628, 1.416, dan 1.404

ABSTARK

A research on the economic study on soy sauce product of the home industry of Lestari“ in the village of fatululi of the city of kupang was conducted from September 2004 to march 2005
The research amied at fiding out the income relative provit earned by the home industry of “Lestari” during the period of 1999 to 2003
Data was collected using a survey method. Primary data was collected from institutions related to this study
The income of the home industry of “Lestari” is aresult of subtracting the total cost from the total income,whilw the relative profit of the home industry of “Lestari” was calculated using analisis of R/C ratio
The rselt of the stuy showed that the income earned by the home industry of “Lestari” in 1999,2000,2001,2002, and 2003 was Rp 67.094.767 , Rp 72.309.967, Rp. 108.417.334
Rp. 109.999.434, and 107.850.934 respectively. Economically, business of processing soy sauce is profitable with the R/C ratio of 1.915, 1.629, 1.628, 1.416, dan 1.404 in 1999,2000,2001,2002, and 2003
PENDAHULUAN

Industri rumah tangga merupakan satu – satunya dari 486 industri rumah tangga yang beroprasi di koata kupang (Desperindag Kota Kupang, 2002) yang berupaya mengelola gula merah mnejadi kecap sejak tahun 1998. Industri tersebut memiliki prospek yang baik untuk di kembangkan , hal ini dapat dilihat dari hasil produksinya yang terus meningkat setiap tahun.
Yang menjadi kendala dalam pengadaan bahan baku yaitu gula merah dimana diketahui bahwa potensi tanaman lontar di NTT cukup besar namun kurangnya pengelolan secara berkelanjutan dari tanaman ini sehingga berdampak pada produksinya yang tidak kontinyu setiap waktu dan juga harga gula merah yang relatif mahal maka pihak industri “Lestari” mendatangkan bahan baku dari luar daerah seperti jawa dan juga bahan baku penolong kacang kedelai hitam yang didatangkan dari luar NTT yang walaupun tidak dibutuhkan begitu banyak hal ini di akibatakan oleh kurang stabilnya pasaran kacang kedelai yang beredar di pasaran.
Oleh sebab iu pihak industri harus melihat aspek ekonomi seperti pendapatan dan keuntungan yang diterima selama ini dengan terlebih dahulu memperhatiakn aspek pengolaan terhadap suatu usaha, karena untuk memperoleh suatu pendapatan dan keuntungan tergantung dari usaha yang dikelola dengan baik.


PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan pada latar belakang diatas maka yang menjadi masalah penelitan ini adalah:
1. Bagaiman pengolahan usaha kecap pada industri rumah tangga “Lestari”?
2. Berapa besar pendapatan yang di peroleh pihak industri rumah tangga “Lestari” pada tahun 1998-2003?
3. Berapa besar keuntungan relatif yang di peroleh pihak industri rumah tangga “Lestari” tahun 1998-2003?






TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaiman pengelolaan usaha kecap pada industri rumah tangga Lestari
2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang di peroleh pihak industri rumah tangga Lestari pada tahun 1998-2003.
3. Untuk mengetahui besar keuntungan relatif yang di peroleh pihak industri rumah tangga Lestari tahun 1998-2003.

KONTRIBUSI
Penelitian ini di harapka dapat bermaanfat bagi:
1. Bahan masukan bagi industri rumah tangga “Lestari” dalam mengembangkan usaha khususnya dalam peningkatan pendapatan
2. Bahan informasi bagi pemerintah agar dapat merangsang petani dalam hal penyediaan bahan baku untuk pembuatan kecap
3. Bahan refrensi bagi penelitian selanjunya yang relevan

METODE PENELITAIN
Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada industri rumah tangga “Lestari” di Kelurahan Fatululi Kecamatan Oebobo Kota Kupang pada bualn September 2004- Maret 2005

Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah survei dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh dari hasil wawancara langsung dengan pemilik maupun pekerja yang ada meliputi identitas responden, sejarah home industri, proses produksi, komponen biaya yang dikeluarkan. sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dengan judul penelitian seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang dan Badan Pusat Statistik Propinsi NTT.
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh di mana semua responden di jadikan sampel

Model Dan Anlisis Data
Data yang di peroleh di kumpulkan, di tabulasi dan dianalisis berdasarkan tujuan penelitian. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengetahui sejauh mana pengolaan usaha kecap pada industri rumah tangga “Lestari” dilakukan anlisis secara deskriptif dengan meliha alat produksi yang digunakan struktur organisasi dan proses produksi yang dijalankan oleh industri rumah tangga “Lestari”
Untuk menjawa b tujuan kedua yaitu mengetahui besarnya pendapatan industri rumah tangga Lestari dilakukan anlisis sbb:
n = TR – TC
TR = P x q
TC = VC + FC
Keterangan
n : pendapatan
TR : total penerimaaan
VC : biaya variabel
FC : biaya tetap
P : harga satuan out put
q : total produksi botol
sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mengetahui basrnya keuntungan relatif yang di peroleh industri rumah tangga Lestari digunakan anlisis R/C ratio sesuai dengan petunjuk
R/C Ratio =
Dengan criteria
R/C ratio>1 : Kegitan industri rumah tangga “Lestari” menguntungkan secara ekonomi
R/C ratio = 1 :Kegiatan industri rumah tangga “Lestari” tidak menguntungkan dan merugikan industri rumah tangga secara ekonomi
R?C ratio<1 : Kegiatan industri rumah tangga “Lestari” tidak menguntungkan secar ekonomi DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Sejarah Industri Rumah Tangga Kecap “Lestari” Industri rumah tangga kecap “Lestari” merupakan salah satu industri rumah tangga penghasil kecap yang ada di Kota Kupang, industri ini di dirikan pada tahun 1998 oleh Bapak H.Masa’at (45 tahun) pendidkan terakir sekolah dasar dan telah mengikuti berbagai kegiatan non formal yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti Dinas Kesehetan,, Disperindag, dan LIPI Bandung . Industri rumah tangga yang berlokasi di Jl. Wolter Mongonsidi Fatululi Kota Kupaang terlah terdaftar sebagai industri kecil dan menengah di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang dengan No Perndag KK. 530/535/43/IX/2002 serta nomor registrasi kesehatan Dari Depkes dengan nomor SP.845/188/45.503/1998. Industri ini juga telah dilengkapi dengan lebel produk nama Raja Sapi. Bidang Usaha Bidang usah yang dijalankan oleh industri rumah tangga kecap “Lestari” berupa pengolaan gula merah menjadi kecap yang di pasarkan dalam kemasan berlebel yang dilengkapi dengan nama industry rumah tangga, No Depkes, dan komposisi sedangkan alamat, nomor ijin usaha, komposisi gizi dan waktu expayet belum di lengkapi. Modal Usaha Modal usaha yang di gunakn oleh industri rumah tangga kecap “Lestari” adalah modal uang tunai sebagai modal awal tahun 1998 sebesar Rp. 5.000.000,00 yang merupakan modal sendiri Pengolaan Usaha Kecap Pada Industri Rumah Tangga “Lestari" Alat yang Digunakan Dalam Proses Produksi Dalam menjalankan proses produksi alat- alat produksi yang digunakan dari tahun 1998 sampai pada tahun 2003 menggunakan alat produksi yang sedrhana atau mudah di temukan dan murah seperti nyiru,mesin giling bumbu, saringan,wajan, pengaduk kayu, kompor, derom, corong alumunium, dan dacing timbang. Struktur Organisasi Dalam industry rumah tangga kecap “Lesatari” belum memiliki struktur organisasi semuanya di kendalikan oleh pemilik industri rumah tangga tresebut baik pengolaan manejemen keuangan maupun pengambil kebijakan. Dalam industri rumah tangga kecap “Lestari” mempekerjakan 2 orang tenaga kerja yang semuanya adalah pria yang tidak ada pembagian tugas yang jelas. Industri tersebut tidak memiliki pola strktur sehingga dapat berakibat pada kegiatan produksi yang tidak efektif dan efesien. Proses Ptroduksi Industri rumah tangga kecap “Lestari” menjalankan kegiatan produksi secara kontyu dan 6 hari dalam semnggu (8 jam kerja di luar kegiatan pembotolan). Sebelum melakukan kegiatn proses produksi terlebih dahulu mempersiapkan bahan – bahan yaitu bahan baku dan bahan penolong yang telah di ukur sesuai dengan takarannya. Serta peralatan dan fasilitas agar proses produksi berjalan lancar. Secara garis besar pengoalan kecap pada industry rumah tangga “Lestari ” adalah Pertama kedelai di bersikan setelah di bersikandirebus dengan air bersih ±2 jam atau kedelai menjadi lumak (volume air 2,5 kedelai volume kedelai atau biji kedelai terendam), Kedua setelah di rebus air rebusan dipisahkan dari apas kacang kedelai dengan menggunakan penyaring (30 menit), Ketiga setelah itu masukan gula merah dan bumbu- bumbu penyedap kedalam air rebusan seperti bawang putih halus, ketumbar halus, garam serai, dan daun jeruk tambahkan air bersih dan di rebus (lama rebusan 4 jam), kelima , proses perebusan dapat di hentikan apabila sudah tidak terbentuk buih-buih lagi dan warna kecap sudah menjadi hitam dan saring dalam bak penampung kecap agar memperoleh kecap yang bersih dan biarkan sampai dingin (1 malam), Keenam masukan dalam wadah botol kemudian masukan lebel, produk siap di pasarkan. Analisis Pendapatan Dan Keuntungan Biaya Produksi Dalam menjalakan usahanya mengelola bahan baku menjadi barang jadi mengorbankan sember –sumber ekonomi yang lazimnya disebut biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overheand pabrik. Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku yang di datangkan dari Surabaya pada tahun 2000 mengalami peningkatan dari 21.600 kg pada tahun 1999 menjadi 28.800 kg terjadi peningkatan sebesar 7.200 kg atau sekitar 33.33%, pada tahun berikutnya juga terjadi peningkatan sebesaar 14.400 kg atau sekitar 50% dari tahun sebelumnya. Untuk tahun 2002 juga terjadi peningkatan jumlah bahan baku sebesar 14.400 kg atau sekitar 33,33% dari tahun 2001 yang harganya per kg setiap tahun berfariasi atau mengalami peningkatan dari tahun ketahun antara lain tahun 1999 dengan harga Rp.2000,-per kg, tahun 2000-2001 meningakat menjadi Rp. 2500,- per kg, pada tahun 2002-2003 menjadi Rp.3000 per kg. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja langsung yang di berikan kepada tenaga kerja yang telibat dalam proses produksi kecap. Tenaga kerja berjumlah 2 orang semuanya adalah pria. System upah didasarkan pada proses produksi tetapi sistem upahnya di tetapkan oleh pemilik industi sendiri rumah tangga kecap “Lestari”. Upah tersebut masih di bawah standar upah minimum regional atau berkisar di bawah Rp. 350.000/bulan per tenaga kerja dari tahun 1999- 2003. Biaya Overheand Pabrik Besarnya bahan penolong tergantung dari dari bahan baku yang di gunakan. Semakin besar bahan baku yang di gunakan maka semakin besar pula bahan penolong yang dibutuhkan sebalinya semakin kecil bahan baku yang di butuhkan maka semakin kecil pula bahan penolong. Untuk menghasilkan satu botol kecap di butuhkan bahan baku gula merah sebanya 0,5 kg membutuhkan bahan penolong sebesar Rp. 2034. Pengadaan baghan penolong dapat di temukan di pasar Oebobo sedangkan bahan bakunya di datangkan dari Surabaya. Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Untuk mendukung proses produksinya maka industri rumah tangga “Lestari” menggunakan berbagai jenis peralatan yang dinamakan aktiva tetap dengan berlalunya waktu maka aktiva tetap mengalami penyusutan dengan demikian di perlukan perhitungan terhadap biaya penyusutan sehingga badan usaha dapat mengantikan nilai aktva tetap yang susut tersebut. Biaya penyusutan di hitung menggunakan metode garis lurus yang di rumuskan YV = Keterangan ER : Nilai sisa sama dengan nol YV : nilai penyusutan CV : harga beli aktiva P : umur ekonomis Biaya Lain-Lain Pada industri rumah tangga kecap Lestari biaya lain- lain seperti air, pajak, listrik, minyak tanah, dan biaya tarnsportasi tidak di hitung karena jarak antar industry rumah tangga kecap Lestari dengan pasar Oebobo hanya 100 m sehingga dapat di jangkau dengan jalan kaki. Biaya Usaha Biaya usaha adalah biaya- biaya selain produksi yang di keluarkan rutin untuk memperlancar produksi hingga produk tersebut di pasarkan kepada konsumen. Biaya usaha pada industri rumah tangga kecap “Lestari” adalah biaya pemasaran. Jenis biay yang rutin di keluarkan adalah tarnsportasi untuk mengantarkan produk kecap kepad para konsumen, biaya yang di keluarkan oleh industri runah tangga kecap “Lestari” selam tahun 1999- 2003 mengalami peningkatan hal ini terjadi jumlah langganan bertambah sehinnga biaya yang berdampak pada biaya usaha meningkat. Penerimaan Penerimaan industri rumah tangga “Lestari merupakan nilai produk total yaitu produksi kecap dikalikan dengan harga kecap perbotolnya. Tinggi rendahnya penerimaan penjualan kecapa di tentukan oleh besar kecilnya produksi yang di hasilkan serta harga jual kecap yang ditentukan. Penerimaan industri rumah tangga “Lestari” dari tahun 1999-2003 mengalami peningkatan, tinggi rendahnya pendapatan tergantung dari besar kecilnya nilai produksi yang di hasilkan. Persentase yang di terima pada tahun 2001 sebesar 50% di pengaruhi volume produksi kecapmeningkat 50%, pada tahun 2002 sama dengan penerimaaan pada tahun 2003 di sebabkan harga jual tahun 2002 dan 2003 sama . Hal ini menujukan haraga jual kecap hasil produksi industri rumah tangga “Lestari” tidak mengal;ami peningkatan dan belum mampu bersaing dengan pasar secara wajar karena harga jual kecap merek lain berkisar Rp. 3000- Rp. 10.000/ botol sedangkan harga jual kecap produk industri ruma tangga “Lestari” lebih rendah dari kecap manis hal ini di sebabkan cara pengolahan formula bumbu yang berbeda. Pendapatan Industri rumah tangga “Lestari” memperoleh pendapatan yang meningkat dari tahun 1999-2003 karena volume produksinya meningkat dengan jumlah bahn baku yang meningkat pula. Semakin banyak bahan baku yang dipakai maka semakin tinggi hasil produksi yang dihasilkan. Padas tahun 2000 pendapatan yang di peroleh sebesar Rp.5215.200 atau7,75% dari tahun 1999, selanjutnya tahun 2001 industri rumah tangga memperoleh pendapatan yang meningkat tajam dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 36.107,367 atau sekitar 50% di pengaruhi oleh sedikit peningkatan pada volume produksi yang berdampak pada penerimaan dan juga total biaya mengalami sedikit peningkat, untuk tahun 2003 pendapatan yang di peroleh industri rumah tangga “Lestari menurun menjadi Rp.107.850934 jika dibandingkan tahun 2002 sebesar Rp. 109.999.434 sebagi akibat dari ffulktuasi harga-harga sehingga mempengaruhi biaya yang di keluarkan. Sehingga perlu di tetapkan harga jual yang di tetapkan agar dapat mengantispasi fluktuasi biaya. Secara keseluruhan pendapatan industri rumah tangga “Lestari” dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang di pengaruhi oleh peningkatan volume produksi, harga jual yamg rendah, dan di pengaruhi kemitraan atau relasi pengusaha itu sendiri. Analisis R/C Ratio Dapat di ketahui bahwa nilai R/C ratio di terima selama tahun 1999-2003 adalah pada tahun 1999 yaitu 1,915 artinya setiap Rp.1 yang di keluarkan oleh pihak industri rumah tangga “Lestari” akan di peroleh penerimaan sebesar Rp. 1,915 atau setiap Rp.100 pengeluaran maka di peroleh penerimaan Rp191,5 sebagai manfaat. pada tahun tersebut besarnya harga R/C ratio belum menggunakan tenaga kerja dan bahan bakunya lebih rendah dari tahun-tahun berikutntya sehingga total biayanya kecil. Sedangkan total nilai R/C ratio terkecil adalah tahun 2003 yaitu sebesar 1,404 artinya setiap Rp.1 yang di keluarkan oleh industri rumah tangga “Lestari” di peroleh penerimaan sebesar Rp140,4 atau setaip Rp1000 pengeluaran akan di peroleh penerimaaan sebagai manfaat. Oleh sebab itu pihak pengusaha harus menaikan harga jual karena harga-harga terus mengalami peningkatan atau fluktuasi sehingga suatu ketika usaha industri kecap rumah tangga “Lestari” akan mengalami kerugian. Secara keseluruhan , Nilai R/C ratio dari tahun 1999-2003>1 maka dapat di simpulkan bahwa ekonomi industri Rumah Tangga “Lestari” secara ekonomi menguntungkan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan analisis pembahasan maka dapat di tarik kesimpulan antara lain
1. Pengolaan usaha kecap pada industri rumah tangga “Lestari” sejauh ini masih sederhana. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan peralatan produksi yang masih sederhana, struktur organisasi yang belum jelas pembagian tugas untuk setiap tenaga kerja dan juga proses produksi kecap yang masih dilakukan secara manual oleh tenaga kerja
2. Pendapatan industri rumah tangga “Lestari” selama tahun 1999-2003 selalu mengalami peningkatan namun relative kecil yaitu tahun 1999 sebesar Rp67.094.767; tahun 2001 sebesar Rp 108.417.334, tahun 2002 sebesar Rp. 109.999.434, dan tahun 2003 sebesarRp. 107.850.934
3. Kegiatan pengolahan kecap yang dilakukan oleh industri rumah tangga “Lestari dari tahun 1999-2003 secara ekonomi adalah menguntungkan , namun cenderung menurun hal ini di tunjukan oleh R/C ratio yang di peroleh yaitu tahun 1999 sebesar 1,915; tahun 2000 sebesar 1,629; tahun 2001 sebesar 1,628; tahun 2002 sebesar 1,416 dan tahun 2003 1,404


Rekomendasi
Berdasrkan kesimpulan maka dapat di berikan rekomendasi sebagai berikut
1. Untuk meningkatkan pendapatan, industri rumah tangga “Lestari” dapat memanfaatkan ampas kedelai sebagai produk sampingan yang dapat di jual sebagai pakan ternak
2. R/C ratio yang di peroleh industri rumah tangga “Lestari” cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun akibat dari fluktuasi harga –harga sehingga berpengaruh terhadap total biaya yang dikeluarkan. Dalam mengantisipasinya, industri rumah tangga “Lestari” perlu menaikan harga jual dengan memperhatikan kualitas produk kecap yang dihasilkan dan juga adanya sarana produksi yang lebih modern sebagai penujang kegiatan produksi.
3. Pihak produksi rumah tangga “Lestari” perlu membenahi struktur organisasi yang ada sehingga kegiatan pengolaan kecap dapat lebih berjalan dengan efektif dan efesien karena setiap tenaga kerja dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya dengan pasti.


DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 1980. Manajemen Produksi. Alumni LPEE Universitas Indonesia. Jakarta
Badan Puast Statistik NTT. 19997 Indikator Industri
Bambang, S dan G, Kartaspoerta. 1992. Kalkulasi Dan Pengendalian Biaya Produksi. Rienke Cipta, jakrta
Enitasari , 2004. Pola Kegiatan Home Industri Tahu Di Kelurahan Oebufu Kota Kupang Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana
Latubara ,A. 1993. Prospek Pembangunan Agroindustri Tahu Di Kabupaten Kupang
Karya, Ilmiah Fakultas Pertanian Universiatas Nusa Cendana Kupang
Leki Silverius. 1994. Pengantar Agribisnis Kerja. Sama IAEUP-LIPIU Universiats Nusa Cendan Kupang
Partadiredja A.C, 1997 Perhitungan Pendapatan Nasional LP3ES Jakarta
Samuelson, Paul ,A ,dan Nordahaus, Wiliam ,D. 1996 .Ekonomi Erlangga Jakarta


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PETANI
JAMBU METE DI KECAMATAN TALIBURA KABUPATEN SIKKA

( KAJIAN SKRIPSI RODE SUSANA MALKO )
Oleh :
ANJELIANA TOKAN
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta -Undana

ABSTRAK
Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengaetahu besarnya pendapatan petani dari tanaman jambu mete, untuk mengetahui kontirbusi dari tanaman jambu meteterhadap total pendapatan rumah tangga petani jambu mete dan untuk mengetahui factor-faktor seperti produksi, luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah pohon produksi, umur tanaman dan harga produksi yang berpengaruh terhadap pendapatan petani dari tanman jambu mete dan besarnya pengaruh factor-faktor tersebut. Penelitian dilaksankan di kecamatan atalibura ( desa Tuabao dan Desa Ilin Medo ) kabupaten sikka , selama bulan juli sampai agustus 2006.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan rata-rata petani dan tanaman jambu mete per srata adalah : strata I ( 3,00-8,99) Rp. 920.300,00, per responden /tahun; Strata II (9,00-14,99) Rp. 1. 395.737,50 per responden/tahun; Strata III (>15) Rp. 2.231.464, 29 per responden/tahun dan gabungan dari ketiga strata adalah 1.488.899,90 per responden/tahun.

ABSTRACT
This research were to study the income of farmers derived from cashew plantation , the contribution of cashew to the total income of farmers, and study the kind of factors in cashew farm with contribute to the farmers income and the amount of contribution of each factors. This study was carried in two villages i.e Tuabao dan Ilin Medo of kecamatan Talibura, kabupaten sikka during juli and august 2006.
Result show that the average annual income of each farmer of strata I , II dan III were Rp. 920.300,00 Rp. 1.395.944,90 and Rp. 2.231.464,29, respectively. Whereas the overall average annual income of each farmers from cashew was calculated to be Rp. 1.488.944,90.

PENDAHULUAN
Jambu mete ( anacardium occidentale L ) termasuk salah satu tanaman perkebunan yang hidup didaerah tropis dan sub tropis yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dengan syarat tumbuh sederhana.
Produksi jambu mete di NTT pada tahun 2004 adalah 27.679,35 ton dengan luas lahan yang sudah menghasilkan sebesar 53.023,3 Ha dan luas lahan potensial 359,726,51 Ha ( Dinas Perkebunan NTT , 2004) ( Lampiran I ).
Di kecamatan Talibura Kab Sikka merupakn salah satu daerah penghasil jambu mete pada tahun 2003 sebesar 246,90 ton dan luas areal penanaman sebesar 198,31 ha. Untuk meningkatkan produktivitas hasil sekaligus meningkatkan penerimaan dari usahatani jambu mete,. Mengidentifikasi factor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan petani.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah :
1) Berapa besar pendapatan yang diperoleh oleh petani?
2) Berapa besar kontribusi usahatanni jambu mete terhadap pendapatan petani jambu mete?
3) Factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jambu mete dan berapa besar pengaruh factor?

TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Mengetahui besarnya pendapatan petani.
2) Mengetahui kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan petani jambu mete.
3) Mengetahui berapa besar factor-faktor berpengaruh terhadap pendapatan petani jambu mete.


TINJAUAN PUSTAKA

Rujukan penelitian terdahulu.
Hasil penelitian terdahulu terjadi di bebrapa tempat antar lain Flores Timur, TTU, menunjukan produksi jambu mete sekitar 12,113 kg saat tanaman berumur 11 tahun pada lahan sekitar 36 hektar

Gambaran umum tanaman jambu mete
Tekink budidaya terdiri dari pembiakan, syrat tumbuh, persiapan lahan dan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pasca panen.
Konsep produksi
Produksi adalah proses menggunakan sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa atau menghasilkan barang dengan beberapa cara.
Konsep penerimaan
Secara sistematis yaitu :
TR = Y . PY
Konsep biaya
Biaya adalah pegeluaran yang dinyatakan dengan uang atau pengorbanan yang dicurahkan pada proses produksi.
Konsep pendapatan
Secara sistematis “
PD = TR – TC
Konsep kontribusi
Secara sistematis :
X = pedapatan dari tanaman jambu mete dibagi total pendapatan rumah tangga petani jambu mete dikalikan 100 %
Fungsi produksi
Secara sistematis :
Y = f ( X1, X2, X3, ….. Xn )
Factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
Antara lain : jumlah produksi, luas lahan garapan tenaga kerja, jumlah pohon produktif, umur tanaman dan harga produksi.

METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu pengumpulan data
Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka. Pengumpulan data telah berlangsung di bulan Juli – agustus 2006.

Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey. Data yang dikumpulkan melalui data primer dan ata sekunder. Data primer melalui wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang disipkan dan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait denagn judul penelitian.
Konsep pengukuran
Hal –hal yang diukur dalam penelitian ini adalah : identitas responden, lahan, status lahan, jumlah pohon jambu mete, umur tanaman,, produksi, tingkat penggunaan input, biaya produksi, harga jual, penerimaan, pendapatan dari tnaman jambu mete dan tanaman non jambu mete, pendapatn usaha ternak, pendapatan non usaha tani, pendapatan petani jambu mete.
Model analisis data
Untuk mengetahui besarnya pendapatan petani jambu mete menggunakan analisi penerimaan- pengeluaran sebagai berikut ;
PD = PQ.Q – ( Pxi.Xi + Px2. X2 …. + … Pxn.Xn )

Keterangan :
PD = pendapatan petani jambu mete ( Rp )
PQ = harga pokok jambu mete ( Rp / kg )
Q = produksi jambu mete
PXi = harga benih
Px2 = upah tenaga kerja
Xi = benih
X2 = tenaga kerja.





HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan talibura merupakan salah satu kecamatan di kabupaten sikks terdiri atas 18 desa dengan luas 404,47 km2. Penduduk Kecamatan Talibura pada tahun 2204 berjumlah 24.940 jiwa terdiri atas 1111.875 jiwa penduduk laki-laki dan 13.605 jiwa penduduk perempuan.
Dari lahan yang ada sebagian lahan digunakan sebagai lahan pertanian terutama untuk komoditi jagung dan sebagiaannya digunakan sebagai tanaman pangan lainnya.

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Desa-desa penelitian
Desa tuabao dengan luas wilayah 19,13 km2 yang terdiri dari 3 dusun 6 RW dan 12 RT. Desa Ilin Medo dengan luas wilayah 16,15 km2 yang terdiri atas 3 dusun, 5 RW dan 12 RT.
Karakteristik responden.
1. Umur Responden
Golongan umur didaerah penelitian berdasarkan strata ( umur jambu mete ) pada strata I ( 3,00- 8,99) tercatat 14 dari 15 orang responden 93,33 %. Pada strata II ( 9,00 – 14 , 99 ) tercatat 17 dari 20 orang responden 85 %. Pada strata III( >15 ) tercatat 7 dari 14 responden ( 50 %). Berdasarkan rata-rata umur responden maka responden yang ada didaerah penelitian tergolong tenaga kerja usia produktif.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan petani didaerah penelitian bervariasi dari yang tidak sekolah sampai dengan SLTA. Pada Strata I ( 3,00-8,99) jumlah buta huruf 5 orang, SD 6 orang, SLTP 2 orang dan SLTA 2 orang. Pada Strata II ( 9,00 – 14,99 ) jumlah responden buta huruf 5 orang, SD 13 orang, SLTP 1 orang dan SLTA 1 orang. Pada Strata 3 ( > 15 ) jumlah responden buta huruf 8 orang, SD 5 orang dan SLTA 1 orang
3. Tanggungan Keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga, yang terdiri atas responden itu sendiri sebagai kepala keluarga, isteri, anak-anak dan tanggung jawab lainnya yang tinggal seatap.
4. Pengalaman berusahatani jambu mete.
Pengalaman usatani responden pada strata I 66,67 % dan 33,33 %. Strata II 60 % dan 40 % dan strata II 0 % dan 100 %. Petani sudah mengenal jmabu mete sejak tahun 1983 namun pada saat itu jambu mete belum banyak dibudidayakan seperti saat ini.

Deskripsi tanaman jambu mete.

Persiapan lahan dan penanaman jambu mete.
Lahan yang digunakan untuk penanaman jambu mete sebelumnya dibersihkan dari rumput, setelah itu benih yang telah disediakan langsung ditanam tanpa disemaikan dulu dan tidak dibuat lubang tanaman. Jarak tanaman 2 – 6 meter. Luas lahan didaerah penelitian perstrata I luas lahan seluruh adalah 26,50 ha, strata II luas lahannya 40 ha dan strata II 34 ha. Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyulaman dan pengendalian hama penyakit.
Panen dan pasca panen
Panen dimulai bulan Agustus dan berakhir pada bulan Januari namun produksi banyak pada bulan Agustus- November. Setelah pemanenan tanaman jambu mete dilakukan penanganan pasca panen dilakukan langkah – langkah : pemisahan gelondong jambu mete dari buah semu, penegringan gelondong, pengenyakan.
Pemasaran
Petani didaerah penelitian cemderung menjual produk dalam bentuk gelondongan kepsara kabupaten yang jaraknya cukup jauh. Harga produksi jambu mete didaerah penelitian cukup bervariasi yaitu harga tertinggi Rp. 7.500,00 dan harga terendah adalah Rp. 2.500,00, variasi harga disebabkan oleh produksi yang dihasilkan pada masa panen. Rata-rata harga tanaman per Strata adalah Strata I Rp. 5.733,33 / Kg/ responden, Strata II Rp 5.512 / Kg / responden dan Strata III Rp. 5.803,57 /Kg/ responden serta gabungan dari ketiga strata adalah Rp. 5188,78.
Analisis pendapatan petani jambu mete.
Hasil penerimaan total dari tanaman jmabu mete adalah sebesar Rp. 90.080.000 dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp. 1.838.376,30 per responden per tahun. Berdasarkan biaya produksi tanaman jambu mete dibagi atas biaya benih dengan rata-rata biaya benih Rp. 5.055,10 per responden / ha. Biaya tenaga kerja rata-rata biaya Rp. 307.566,33. biaya transport rata-rata adalah Rp. 33.876,35 . berdasarkan pendapatan dihitung totalnya adalah Rp. 804.214,30 per responden pertahun dengan total pendapatan Rp. 72.952.470, 00. total ketiga kontribusi adalah 41,65 % dengan rata-rata pendapatan Rp. 1.488.825,90 per responden / tahun.




KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. pendapatan rata-rata petani jambu mete adalah Rp. 1. 488.944,90 per responden/ tahun ( gabunagn dari 3 strata. )
2. kontribusi dari tanaman jmabu mete adalah gabungan dari 3 strata Rp. 175.159,800,-
3. factor-faktor yang diidentifikasikan adalah factor nyata yang merupakan gabungan dari ketiga strata yaitu produksi, pohon produksi, harga produksi danumur tanaman.

Saran
Berdasarkan penfapatan petani jambu mete yang di peroleh maka disarankan pendapatan bias ditingkatkan dengan mengusahakan tanaman jmabu mete secara intensif memperluas lahan dan jumah tenaga kerja dapat memberikan nilai yang positif pada peningkatan pendapatan petani.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Propinsi NTT. 2004. Statistik Tanaman Perkebunan, Kupang
Hernanto, F . 1994. Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya. Jakarta
Mubiyanto. 1989 . Pengantar Ekonomi pertanian . LP3ES, Jakarta
Mujoharjo, M. 1990. Jambu mete dan Technology Pengolahannya. Liberti. Yogyakarta
Saragih, 1994. Budidaya Jambu Mete dan Pengupasan Gelondong, Kanisius. Yogyakarta
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani, Universitas Indonesia. Jakarta


ANALISIS USAHATANI BUDIDAYA RUMPUT LAUT
DI DESA LOBOHEDE KECAMATAN HAWU MEHARA

(KAJIAN SKRIPSI A.N. ANGELINA D. ALU)
Oleh :
RENALDI ALU
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta -Undana

ABSTRAK
Suatu penelitian tentang analisis usahatani budidaya rumput laut di Desa Lobohede Kecamatan Hawu Mehara Kabupaten Kupang yang telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2007. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tampilan teknik budidaya rumput laut di Desa Lobohede Kecamatan Hawu Mehara, mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani rumput laut, serta mengetahui kelayakan finansial dari usahatani rumput laut di Desa Lobohede Kecamatan Hawu Mehara.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Penentuan lokasi penelitian secara sengaja di Desa Lobohede. Penentuan petani contoh dilakukan secara acak sederhana dan yang terpilih sebanyak 35 petani contoh.
Dari hasil analisis diketahui bahwa teknik budidaya yang diamati di Desa Lobohede sesuai dengan teori yang benar yaitu meliputi pemilihan lokasi, persiapan lahan, pemilihan metode, penyediaan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pengawasan, pemanenan dan penjemuran. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani rumput laut adalah Rp. 8.259.557,14,-/tahun, dari usaha sadap lontar rata-rata sebesar Rp.328.500,- / tahun dan dari usaha tenun ikat rata-rata sebesar Rp. 411.666,7,-/tahun. Sedangkan dengan kriteria kelayakan usahatani rumput laut tersebut layak. Hal itu ditunjukkan oleh nilai Net Present Value (NPV) pada Social Discount Rate 18% sebesar Rp. 267.894.549,33 untuk total responden dan Rp. 747.640,5 untuk per luas lahan (are) dan nilai Gross B/C pada Social Discount Rate 18% lebih dari 1 (3,16).
ABSTRACT
The study was conducted in May until June 2007 in Lobohede Village located in the sub district of Hawu Mehara, Kupang District. The objectives of the study where to identify the performance of seaweed farms operated in the research location, investigate the level of income received by farmers from seaweed farming and financial feasibility of seaweed farming in location of research.
The study applied a survey method. The research location was determinate purposely. By using a simple random technique, was chosen 35 sample farmers.
The result of the analysis revealed that the performance of seaweed farms operated in the research location was appropriated by the corrected theory consists of choose the cultivation located, prepared farming area, chose the method was used by, prepared the seed, to care for the plants, harvested, dried in the sun. The result of in come analysis showed that the averaged income generated from seaweed farmer ape rated was Rp. 8.259.557,14/year, from Palmyra palm was Rp. 328.500/year and from woven cloth was Rp. 411.666,7/year. Further, with infestation criteria the seaweed farming was feasible. It showed by Net Present Value (NPV) on social discount rate 18% as much as Rp. 267.894.549,33 for all of respondent and Rp. 747.640,50/wide area (are). And gross B/C Ratio on social discount rate 18 % was bigger than one (3,16).
PENDAHULUAN
Kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut, yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati, dan lingkungannya potensial. Perairan Indonesia yang cukup luas dengan panjang pantainya kuarang dari 81.000 Km2, merupakn wilayah pantai yang subur dan dapa dimanfaatkan bagi kepentingan perikanan. Keadaan ini merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan di sektor perikanan. Upaya meningkatnya produksi perikanan dapat ditempuh melalui usaha budidaya baik di darat ataupun di Laut. Budidaya rumput laut merupakan salah satu jenis budidaya sektor perikanan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di wilayah perairan Indonesia.
Rumput laut (Seaweed) merupakan salah satu komoditas hasil perikanan yang merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginate, dan keraginan yang banyak digunakan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, tekstil, kertas, fotografi, semir sepatu, pasta dan pengalengan ikan/daging. Penggunaan ekstrak rumput laut untuk berbagai kepeluan tersebut telah memicu permintaan akan rumput laut yang terus meningkat. Dengan demikian, prospek rumput laut sebagai komoditas perdagangan yang semakin cerah, baik dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor luar neger. Tingginya peluang pasar tersebut (sekitar 72.000 ton) pada Tahun 2002 memberi peluang yang menjanjikan bagi petani rumput laut di Indonesia.
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki luas wilayah pantai potensial yang masing-masing 6.000 ha, dan merupakan daerah terluas budidaya rumput laut di Indonesia. Namun potensi yang ada belum dikelolah dan dimanfaatkan secara optimal hal ini juga dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan tingkat keterampilan serta modal usaha yang diliki oleh petani.



PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka persoalan yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karangan teknis usahatani rumput laut,
2. Seberapa besar pendapatan yang diterima oleh rumah tangga petani dari usahatani rumput laut,
3. Apakah secara finansial usaha tani rumput laut untuk diusahakan.

TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui tampilan tekhnik budidaya rumput laut.
2. Mengetahui besarnya pemdapatan yang diterima oleh petani dari uasaha tani rumput laut di Desa Lobohade Kecamatan Hawu Mahara.
3. Mengetahui kelayakan finansial dari usahatani rumput laut di Desa Lobohede Kecamatan Hawu Mahara.
KONTRIBUSI
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani setempat.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah agar dapat mengambil kebijakan dalam mendukung pengembangan usahatani yang memberikan niali ekonomi paling tinggi bagi petani.
3. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian lanjutan.

METODE PENELITIAN
Kerangka pemikiran
Untuk mengetahui apakah kegiatan Usahatani yang dijalankan menguntungkan atau tidak, maka perluh dilakukan analisis pendapatan Usahatani dan kelayakan Usahatani yang menyebabkan masyarakat setempat beralih usaha ke budidaya rumput laut. Selanjutnya pendapatan Usahatani rumput laut diperbandingkan dengan pendapatan dari masing-masing cabang usaha rumah tangga yang lain yakni usaha sadap lontar, usaha tenun ikat dan usaha bercocok tanam kacang hijau.
Kelayakan finansial dari investasi usaha tani rumput laut diketahui dengan melakukan analisis dari berbagai ukuran berdasarkan manfaat proyek yakni Net Present Value(NPV, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Berdasarkan analisis-analisis tersebut, para petani dapat mengevaluasi kegiatan usaha tani yang dilakukannya dan kemudian mempertimbangkan untuk dilaksanakan kembali di waktu yang akan datang.
Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian telah dilakukan di Desa Lobohede Kecamatan Mehara Kabupaten Kupang. Pengambialan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2007.
Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan dengan metode Surrvei. Dari hasil Survei pendahuluan diketahui bahwa populasi petani rumput laut di Desa Lobohede adalah seanyak 350 petani. Penentuan respnden dilakukan secara acak sederhana yakni diambil 10% dari 350 petani rumput laut di Desa Lobohede Kecamatan Haumehara sehingga diperoleh sebanyak 35 responden.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara langsung dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dari lembaga dan instansi yang terkait dengan penelitian yang dilkukan.
Model dan Analisis Data
Untuk menguji hipotesis pertama mengenai kelayakan teknis budidaya rumput laut dilakukan analisis deskriptif aitu membandingkan teknik budidaya rumput laut yang dilakukan masyarakat dengan tekhnik budidaya yang benar sesuai teori, sedangkan pengujian hipotesis ke dua dengan cara membandingkan pendapatan yang diterima dari Usahatani rumput laut dengan usaha rumah tangga yang lain seperti tenun ikat, sadap lontar dan bercocok tanam kacang hijau.
Secara sistematis pendapatan dari masing-masing cabang usaha merupakan selisih antara total penerimaan dan total biaya.
Pdi = yi . Pyi -
Keterangan:
Pd = pendapatan usaha dalam rumah tangga (Rp)
Y = Output usaha (kg, lembar)
Py = harga Output (Rp/kg, Rp/lembar)
C = total biaya-biaya yang dikeluarkan usaha
I = usaha tani rumput laut, usaha sadap lontar dan tenun ikat
Pengujian hipotesis ke tiga, dilakukan dengan analisis kelayakan investasi dengan menggunakan indikator:
1. Net Present Value (NPV)
NPVt =
Sehingga jumlah NPV = NPVt =
Keterangan:
NPVt = Nilai sekarang dari pendapat bersih untuk tahun t
NPV = Jumlah nilai sekarang pendapatan bersih
Bt = Pendapatan ktor tahun t
Ct = Biaya kotor pada tahun t
i = Discount Rate
t = Tahun
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR = i’ +
Keterangan:
NPV’ = Nilai sekarang netto yang bertanda positif
NPV” = Nilai sekarang netto bertanda negatif
i’ = Tingkat Discount Rate yang menyebabkan NPV menjadi positif
i’’ = Tingkat Discoun Rate yang menyebabkan NPV menjadi negatif
IRR = Tingkat Rendemen atas investasi / pengembalian interval
3. Gross B/C
Gross B/C =
Atau
Gross B/C =

HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis dan Keadaan Fisik
Desa Lobohede Kecamatan Haumehara memiliki luas wilayah 4,83 km2 dengan kepadatan penduduk 259 perkm2. Keadaan topografi Desa Lobohede Kecamatan Haumehara merupakan dataran rendah sampai berbukit dengan ketinggian antara 0-350m permukiman laut, dengan kemiringan topografi menarah kebagian utara pulau. Secara klimatologis Desa Lobohede Kecamatan Hawu Mehara beriklim tropis yang terbagi dalam dua musim yaitu musim kemarau yang berlangsung dari bulan Juni hingga Nopember dan musim hujan yang berlangsung dari bulan desember hingga Mei. Hal ini juga didukung oleh keadaan flora dan fauna berupa hamparan padang rumput dengan pepohonan lontar yang tumbuh secara liar serta banyaknya kehidupan ternak yang sesuai dengan alam.
Keadaan Penduduk
Berdasrkan data yang diperoleh dari kantor Desa Lobohede bahwa jumlah penduduk Desa Lobohede sampai tahun 2006 tercatat sebanyak 1.863 Jiwa yang terdiri dari 881 Jiwa laki-laki dan 982 Jiwa perempuan.
Karakteristik Responden
Identitas responden ang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga dan pengalaman berusahatani.
Tingkat umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam melakukan setiap kegiatan yang baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani maupun kegiatan usaha lainnya. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh bagi petani dalam mengadopsi teknologi dan keterampilan manajeman untuk mengelolah usahataninya. Tanggungan keluarga adalah istri juga anak-anak termasuk mereka yang kehidupannya tergantung pada penghasilan usahatani dari keluarga tersebut. Pangalaman dalam suatu usahatani merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi berhasil tidaknya suatu usahatani yang dijalankan. Pengalaman dapat dijadikan patokan untuk memperbaiki cara berusaha tani yang baik.
Gambaran Umum Usahatani Rumput laut di Lokasi Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa luas lahan budidaya rumput laut di Desa Lobohede Kecamatan Hawumehara sebesar 35.832 m2 dengan rata-rata luas kepemilikan lahan setiap petani sebesar 1.023,77 m2.
Desa Lobohede memiliki daerah budidaya yang langsung berhadapan dengan laut lepas oleh karena itu dibuat petak berupa karang penghalang yang berfungsi melindungi tanaman dari arus ombak yang kuat. Petani menggunakan tali tunggal lepas dasar dengan pertimbangan bahwa keadaan perairan laut yang ombaknya kuat, pengawasan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah.
Bibit yang tersedia merupakan subsidi pemerintah dan hasil budidaya masyarakat. Sementara waktu yang paling baik adan melakukan penanaman yaitu pada saat cuaca teduh atau saat pasang surut ketika pagi atau sore hari, agar memudahkan petani memasang tali. Seminggu stelah dilakukannya penanaman, bibit yang ditanam harus selalu diperiksa dan dipelihara secara baik mrlalui pengawasan yang teratur. Pemanenan dapat dilakukan bilah tanaman telah berumur kurang lebih 45-60 hari atau 1,5-2 bulan stelah tanam.
Setelah dilakukan pemanenan maka harus segera dilakukan pengeringan melalui proses penjemuran. Prosesnya tergantung pada keadaan iklim dan media yang digunakan. Biasanya pengeringan rumput laut dilakukan selama 3-4 hari sampai rumput laut benar-benar kering.
Produksi Rumput Laut
Petani melakukankegiatan penanaman sebanyak 3 kali pertahun karena berada pada kondisi cuaca dan iklim yang baik. Dari hasil penelitian, pada musim tanam pertama produksi rumput laut adalah 29.276 kg dengan rata-rata produksi 836,46 kg/petani. Musim tanam kedua menghasilkan 26.615 kg dengan rata-rata sebesar 760,43 kg/petani. Pada musim tanam ketiga, rumput laut yang dihasilkan adalah 27.190 kg dengan rata-rata produksi sebesar 776,86 kg/petani. Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah atau total produksi yang dipanen pada tahun 2006.
Biaya produksi usaha tani rumput laut
Biaya produksi usaha tani rumput laut meliputi biaya bibit sebesar 36.450.000 dengan rata-rata per petani Rp. 1.041.429. biaya tali yang dibeli sebesar Rp. 6.184.500 dengan rata-rata Rp. 1.767.000 per petani. Biaya patok yang digunakan sebesar Rp. 4.775.000 dengan rata-rata tiap petani Rp. 136.428,57. Biaya karung adalah Rp. 2.271.500 dengan rata-rata Rp. 64.900 per petani. Biaya transportasi Rp. 1.615.000 dengan rata-rata tiap petani Rp. 46.142,86. Sedangkan biaya tenagakerja yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 126.320.500 dengan rata-rata biaya tenaga kerja sebesar Rp. 3.609.157,143.
Penerimaan Usaha Tani Rumput Laut
Penerimaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai total produk usahatani yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual. Total penerimaan dari usaha tani rumput laut adalah sebesar Rp. 415.405.000 dengan rata-rata penerimaan per petani sebesar Rp. 11.868.714,29.
Pemasaran Rumput Laut
Hasil produksi rumput laut di Desa Lobohede seluruhnya dijual kecuali sebagian kecil yang dijadikan bibit. Petani menjual kepada pedagang pengumpul kecamatan yang berada di Kota Seba yang datang secara langsung untuk membeli kepada petani produsen dan kemudian dijual lagi pedagang antar pulau.

Pendapatan Usahatani Rumput Laut
Total pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam jangka waktu tertentu. Total pendapatan dari usahatani rumput lautdi Desa Lobohede sebesar Rp. 289.084.500 dengan rata-rata pendapatan tiap petani sebesar Rp. 8.259.557,14 per tahun dan Rp.1.376.592,86 per musim, dengan harga jual yang berlaku yaitu Rp. 5.000/kg.
Analisis Finasial Usahatani Rumput Laut
Analisis Finansial Usahatani Rumput Laut yang dilakukan di Desa Lobohede dibagi menjadi 2 bagian yaitu meliputi analisis BCR untuk total responden dan analisis BCR perluas lahan (are). Penentuan kelayakan yaitu bila NPV positif (>0) pada tingkat suku bunga pinjaman komersial 18%.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan usahatani yang dilakukan terhadap usahatani rumput laut diperoleh data bahwa nilai sekarang pendapatan bersih (NPV) adalah sebesar Rp. 267.894,549.33 untuk total responden dan sebesar Rp. 747,640.51 per luas lahan (are) pada sosial discount Rate 18%.
Sementara nilai gross B/C Ratio penentuan kelayakan yaitu gross B/C Ratio >1, sebesar 3,16 yang dikatakan layak secara finansial untuk dikembangkan di masa datang.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Teknik budidaya rumput laut di Desa Lobohede Kecamatan Hawu Mehara sudah mengikuti dengan benar sesuai dengan teori tahapan produksi yang seharusnya diterapkan dalam pembudidayakan rumput laut.
2. Usahatani rumput laut dapat dinyatakan layak secara finansial berdasarkan kriteria NPV sebesar Rp. 267.894.549.33 untuk total responden dan sebesar Rp.747.640.51 per luas lahan (are) pada sosial discount rate 18% serta gross B/C Ratio sebesar 3,16 sehingga dapat dikatakan layak finansial.
3. Rata-rata pendapatan tjiap petani sebesar Rp. 8.259.557,14 pertahun dan sebesar Rp. 1.376.592,86 per musim dibandingkan dengan usahatani dan nontani lain seperti usaha sadar lontar dengan rata-rata perpetani sebesar Rp.328.500 pertahun dan tenun ikat dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 411.666,7 responden.


Rekomendasi
Adapun saran yang ingin disampaikan demi peningkatan pendapatan usahatani rumput laut di Desa Lobohede Kecamatan Hawu Mehara adalah :
1. Memperbaiki pol tanam dan teknik budidaya dari sistem tradisional ke usahatani yang lebih modern
2. Perlu dibentuk kelomok usaha atau koperasi untuk memperkuat posisi tawar petani dalam pemasaran dan produksi dengan mencari peluang pasar yang baik sehingga dapat meningkatkan harga jual dan petani tidak kesulitan dalam menawarkan produk rumput laut.

DAFTAR PUSTAKA

Aslan M, Laode. 1991. Budidaya Rumput Laut. Edisi Revisi Kanicius : Yogyakarta.
Afrianto Eddy dan Evi Liviati. 1989. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengelolaannya. Bharatara : Jakarta.
Haba Lay. 2004. Kajian Ekonomi Usahatani Rumput Laut di Kecamatan Sabu Barat Kabupaten Kupang. Skripsi Fakultas Pertanian Undana : Kupang.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian . Ghalia Indonesia : Jakarta.
S. Tantan.2007. Budidaya Laut dan Kemungkinan Perkembangannya di Propinsi NTT. www.deptan.co.id.
Soekartawi. 1987. Dasar-dasar Evaluasi Proyek dan Petunjuk Praktis Dalam Membuat Evaluasi. PT. Bina Ilmu : Surabaya.



ANALISIS FINANSIAL PENDAPATAN USAHATANI KOPI
DI KECAMATAN POCO RANAKA KABUPATEN MANGGARAI


(KAJIAN SKRIPSI HELFRICH ASBANU)

Oleh :

PRISCHA J. LULAN
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana



ABSTRAK
Suatu penelitian tentang analisis finansial pendapatan usahatani kopi di kecamatan poco ranaka kabupaten manggarai telah dilaksanakan pada bulan september 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani dari kegiatan uasahatani kopi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan usahatani kopi berdasarkan umur tanaman kopi yang diusahakan (1-5 tahun) berkisar antara Rp. 291.000-12.740.000.-/tahun dengan rata-rata pendapatan Rp.1.143.750,77/petani dan Rp. 24.250-1.061.666,67/bulan dengan rata-rata pendapatan Rp. 244.600,46/petani. Untuk kelompok umur tanaman (>5-9 tahun), pendapatan usahatani kopi berkisar antara Rp. 2.057.000-23.175.000.-/tahun dengan rata-rata pendapatan Rp. 2.928.005,49/petani dan Rp. 171.416,67-1.931.250/bulan dengan rata-rata pendapatan Rp. 244.600,46/petani. Dan untuk kelompok umur tanaman (>9 tahun), pendapatan usahatani kopi berkisar antara Rp. 1.236.500-25.825.300.-/tahun dengan rata-rata pendapatan Rp. 243.398,04.-/petani. Dengan demikian rata-rata pendapatan usahatani tanaman kopi dalam setahun di Kecamatan Poco Ranaka Rp. 6.992.532,75/petani dengan rata-rata pendapatan per bulannya sebesar Rp. 582.711,05/petani.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan agar petani di Kecamatan Poco Ranaka Kabupaten Manggarai dapat mengusahakan usahatani kopi kearah agribisnis karena walaupun harga jualnya relatif murah, namun apabila dibudayakan secara intensif akan memberikan keuntungan yang relatif cukup besar bagi petani. Dan juga perlu dibudidayakan secara ekspensif, dimana berdasarkan distribusi pemanfaatan lahan yang ada di Kecamatan Poco Ranaka, potensial lahan tidur yang belum terpakai sebesar 22,50%., bisa digunakan untuk perluasan budidaya tanaman kopi. Disamping itu juga perlu adanya diversifikasi.





ABSTRACT

A research about financial analysis of coffe agribussines income in Poco Ranaka sub district of Manggarai regency had been done on September 2007. The purpose of this research is to know the income received by farmers in coffe agribussines coffe.
The result of analysis income of coffe analysis shows that income of coffe which is planted (1-5 year), is range between Rp. 291.000-12.740.000.-/year with income average Rp.1.143.750,77/farmer and Rp. 24.250-1.061.666,67/month, with income average Rp. 244.600,46/farmer. For the group of plant age (>5-9 year), the income of coffe agribussines range between Rp. 2.057.000-23.175.000.-/year, with income average Rp.2.928.005,49/farmer and Rp. 171.416,67-1.931.250/month, with income average Rp. 244.600,46/farmer. And for the group plant (>9 tahun), the income of coffe agribussines range between Rp. 1.236.500-25.825.300.-/year, with income average Rp. 243.398,04.-/ farmer. Therefore income average in coffe agribussines in a year in Poco Ranaka sub district is Rp. 6.992.532,75/ farmer with income average each month is Rp. 582.711,05/ farmer.

PENDAHULUAN

Salah satu komoditi perkebunan yang sudah berkembang di NTT dan mempunyai prospek pasar yang baik adalah tanaman kopi. Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, karena merupakan komoditas perdaganagn sebagai penghasil devisa daerah yang cukup berarti dan banyak diusahakan oleh petani di NTT.
Luas areal kopi di NTT sebesar 67.189,82 ha, dengan produksi sebanyak 20.558,28 ton. Sampai saat ini komoditi tersebut masih lebih banyak dikembangkan di Kabupaten MAnggarai, dan merupakan kabupaten penghasil kopi terbanyak yakni sebanyak 8.169,05 ton, (BPS Propinsi NTT, 2005). Data tersebut memberikan gambaran bahwa usahatani kopi t5ermasuk usahatani yang diminati petani di Kabupaten Manggarai. Disamping itu juga menunjukkan bahwa jenis tanaman ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi rumah tangga masyarakat tani di Kabupaten Manggarai.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka yang menjadi masalah penelitian ini adalah berapa besar pendapatan yang diterima petani dari kegiatan usahatani kopi yang diusahakan petani di Kecamatan Poco Ranaka Kabupaten Manggarai?

TUJUAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani dari kegiatan usahatani kopi yang diusahakan petani di Kecamatan Poco Ranaka Kabupaten Manggarai.



KONTRIBUSI

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Sebagai bahan informasi dan dasar pertimbangan bagi petani dalam mengambil keputusan untuk mengelola usahatani kopi.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak pembuat kebijakan (pemerintah) yang ingin mengembangkan komoditi kopi yang lebih luas di NTT.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penelitian lanjutan.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Manggarai, pengumpulan data berlangsung dari bulan Agustus-September 2007.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode survey. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait.

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan contoh dilaksanakan dalam tiga tahap sebagai berikut :
1. Tahap pertama, penentuan sampel yaitu kecamatan Poco Ranaka yang dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling), dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan wilayah yang memilki luas areal dan produksi kopi tertinggi di Kabupaten Manggarai.
2. Tahap kedua, penentuan desa contoh yang juga dilakukan secara sengaja, yaitu Desa Golo Nderu, dan Desa Ulu Wae, dengan pertimbangan bahwa kedua desa tersebutr merupakan daerah pengembangan kopi yang cukup baik. (berdasarkan data produksi kopi tahun 2006 menurut kecamatan di Kabupaten Manggarai).
3. Tahap ketiga, penentuan responden dengan teknik Cluster Sampling (Siagian, Sugiarto, 2002) dengan dasar pengelompokan yaitu umur tanaman kopi yang diusahakan petani baik di Desa Golo Nderu maupun Desa Ulu Wae, adapun pembagian kelompok umur tanaman yaitu :
Kelompok I : umur tanaman kopi 1-5 tahun
Kelompok II : umur tanaman kopi >5-9 tahun
Kelompok III : umur tanaman kopi > 9 tahun

Dengan demikian maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 65 KK yang terdiri dari 32 KK di Desa Golo Nderu dan 33 KK di Desa Ulu Wae.

Model dan Analisis Data

Untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai, maka seperangkat alat analisis diterapkan terhadap data yang dikumpulkan. Pendapatan dari usahatani kopi dapat diketahui dengan menghitung selisih antara total penerimaan dan total biaya, yang secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

TR adalah harga produksi kopi dikalikan dengan produksi total, dan TC adalah biaya produksi total yang merupakan jumlah semua pengeluaran selama proses produksi. Maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :



Keterangan :

Pd = Pendapatan usahatani kopi (Rp) tahun 2006
Y = Output/ produk kopi (Kg)
Py = Harga Kopi (Rp/ Kg)
Ci = Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani kopi (Rp)

Untuk Ci (biaya) adalah pengeluaran yang terjadi dalam kegiatan usahatani pada tahun 2006. Jadi biaya yang dimaksudkan adalah biaya-biaya yang langsung untuk kegiatan usahatani kopi (biaya produksi), diantaranya biaya tenaga kerja, biaya pengangkutan, biaya pasca panen dan biaya peralatan tani.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Wilayah kecamatan Poco Ranaka merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Manggarai dengan jarak dari Kota Ruteng Ibukota Kabupaten Manggarai ke Mano Ibukota Kecamatan Poco Ranaka adalah 15 km. luas wilayah kecamatan Poco Ranaka 334,602 km2 (33.460,2 Ha), yang terdiri dari 26 desa dan 2 kelurahan.
Kecamatan Poco Ranaka mempunyai batas-batas wilayah administrasinya sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lamba Leda, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Borong, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sambi Rampas, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wae Ri’i.
Keadaan topografi dan geografi Kecamatan Poco Ranaka didominasi oleh pegunungan dan perbukitan, sedangkan dataran rendah atau landai hanya sebagian kecil saja. Suhu di Kecamatan Poco Ranaka relative sama yaitu suhu dingin (20-100C) dan ketinggian dari permukaan lautnya (Dpl > 700 meter).


DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Penguasaan dan Pengelolaan Usahatani Kopi

Produksi dan mutu suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh factor genetis dari tanaman dan factor lingkungan serta campur tangan petani terhadap tanaman yang bersangkutan. Menurut Najiati (1985) pada dasarnya keseluruhan kegiatan dalam usahatani kopi mencakup : (a) Pembibitan, (b) Persiapan Lahan dan Penanaman. (c) Pemeliharaan yang mencakup Penyulaman, Mendangir (Pencangkulan atau Penggemburan di sekitar pohon kopi), Pemupukan, Pemangkasan, Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma, (d) Pemanenan dan Pasca Panen, (e) Luas lahan penguasaan dan Produksi.

Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Kopi

Tenaga kerja dalam usahatani kopi menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Petani tidak menggunakan tenaga kerja upahan salah satunya karena ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga yang cukup. Berdasarkan hasil analisis distribusi penggunaan tenaga kerja dalam usahatani kopi yang diusahakan petani, rata-rata dari tiap jenis kegiatan, curahan tenaga kerja laki-laki mendominasi tiap pekerjaan. Sedangkan curahan tenaga kerja perempuan hanya dominan pada kegiatan paskah panen. Hal ini dikarenakan pekerjaan dalam kegiatan pasca panen merupakan kegiatan yang mudah dilakukan oleh tenaga kerja perempuan, sehingga tenaga kerja perempuan lebih banyak dicurahkan dalam kegiatan pasca panen.

Biaya Usahatani Kopi

Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani kopi adalah biaya tenaga kerja dan biaya transportasi. Untuk biaya tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang dipakai dala satu tahun adalah banyak 144,25 HOK atau rata-rata per responden sebesar 221,92 HOK dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 15.000,- per satu hari orang kerja (HOK) dan hanya menggunakan tenaga kerja dewasa. Dan untuk biaya transportasi, yang dikeluarkan dalam satu tahun adalah sebesar Rp.3.816.800,- atau rata-rata per responden sebesar Rp. 58.720,-.
Dengan demikian, total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani kopi selama satu tahun adalah sebesar Rp. 216.368.571,4,- atau rata-rata per responden sebesar Rp. 3.328.747,253,-.

Analisis Pendapatan Usahatani Kopi

Dari hasil analisis secara keseluruhan responden menunjukan bahwa hasil penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani kopi berkisar antara Rp. 1.200.000,- sampai Rp. 33.000.000,-. Dan rata-rata pendapatan usahatani tanaman kopi dalam setahun di Kecamatan Poco Ranaka Rp. 6.992.532,75,-/petani dengan rata-rata pendapatan per bulannya sebesar Rp. 582.711,05,-/petani.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Pendapatan uasahatani kopi berdasarkan umur tanaman kopi yang di usahakan (1-5 tahun) berkisar antara Rp. 291.000-12.740.000.-/tahun dengan rata-rata pendapatan Rp.1.143.750,77/petani dan Rp. 24.250-1.061.666,67/bulan dengan rata-rata pendapatan Rp. 244.600,46/petani. Untuk kelompok umur tanaman (>5-9 tahun), pendapatan usahatani kopi berkisar antara Rp. 2.057.000-23.175.000.-/tahun dengan rata-rata pendapatan Rp. 2.928.005,49/petani dan Rp. 171.416,67-1.931.250/bulan dengan rata-rata pendapatan Rp. 244.600,46/petani. Dan untuk kelompok umur tanaman (>9 tahun), pendapatan usahatani kopi berkisar antara Rp. 1.236.500-25.825.300.-/tahun dengan rata-rata pendapatan Rp. 243.398,04.-/petani.
Dengan demikian rata-rata pendapatan usahatani tanaman kopi dalam setahun di Kecamatan Poco Ranaka Rp. 6.992.532,75/petani dengan rata-rata pendapatan per bulannya sebesar Rp. 582.711,05/petani.


Rekomendasi

Mengingat prospek usahatani kopi yang sangat menguntungkan petani maka diharapkan agar petani di Kecamatan Poco Ranaka Kabupaten Manggarai dapat mengusahakan usahatani kopi kearah agribisnis karena walaupun harga jualnya relatif murah, namun apabila dibudayakan secara intensif akan memberikan keuntungan yang relatif cukup besar bagi petani. Dan juga perlu dibudidayakan secara ekspensif, dimana berdasarkan distribusi pemanfaatan lahan yang ada di Kecamatan Poco Ranaka, potensial lahan tidur yang belum terpakai sebesar 22,50%., bisa digunakan untuk perluasan budidaya tanaman kopi.
Disamping itu juga perlu adanya diversifikasi, sehingga pada saat tanaman kopi produksinya berkurang dan harganya pun tidak stabil atau dengan kata lain mengalami penurunan harga dapat diganti dengan tanaman umur panjang lain yang mempunyai nilai jual yang tinggi pada saat harga kopi mengalami penurunan.








DAFTAR PUSTAKA


AKSI Agraris Kanisius, 1992. Bercocok Tanam Kopi. Kanisius; Jogjakarta.

BPS Propinsi NTT, Statistik Pertanian Propinsi, 2005.

Gujarati Damodar, 1999. Ekonomitrika Dasar. Erlangga; Jakarta.

Hernanto, F., 1989. Ilmu Usahatani. Penebar swadaya; Jakarta.

Jubersi N. Malelak, 1995. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi pada Proyek Peremajaan Rehabilitasi dan Perluasan tanaman Ekspor (PRPTE) di Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende. Skripsi Faperta Undana.

Kadariah, Lien Karlina, Clive Gray, 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES; Jakarta.

Siagian. D dan Sugiarto, 2002. Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi. PT.Gramedia; Yogyakarta.

Sri Nadjiati, Danarty, 1985. kopi; Penangana Lepas Panen. Seri Pertanian.



KAJIAN EKONOMI USAHATANI JERUK KEPROK
(Citrus Nobilis var Retikulata)
DI KECAMATAN MOLLO UTARA
KABUPATEN TIMUR TENGAH SELATAN

(KAJIAN SKRIPSI MARSELINA WILLA DO)
OLEH
MARIA .Y. PUU HEU POLI
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana



ASBTRAK
Suatu penelitian tentang kajian ekonomi usaha tani Jeruk Keprok di kecamatan Mollo Utara yang dilaksanakan sejak bulan Februari tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1) Besarnya pendapatan yang diterima oleh petani dari usaha tani Jeruk keprok
2) Besarnya kontribusi pendapatan usaha tani jeruk keprok terhadap pendapatan rumah tangga petani.
3) Kelayakan financial dan usaha tani jeruk keprok
4) Kapan yang dilakukandengan perubahan.
Pendapatan usaha tani jeruk keprok diperoleh dengan melakukan metode survey, dimana data wawancara langsung dengan petani dan sekunder dengan menggunakan analisis fungsi pangkat yang dilakukan dengan perubahan.
ABSTRAST
A research entitles Economic study on farm Enterprises of Tangenne plants has been held in North Mollo district since februari 2006. this aims at knowing :
1) The amount of income which are earned by the formes of the farm enterprises of Tangerine.
2) The amount of income’s contribution for the householdeng income of the farmers
3) Financial worthiness of farm enterprises ot Tangerine
4) When the rejuvenation with new stocks is held on.
Contribution for the Tangerine plants investigation employs survey method, in which primary data is taken from direct interview with the farmes and secondary data is taken from related institutions of the analysis grade’s function by pruning.
PENDAHULUAN
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan tanaman hortikultura, baik sayur-sayuran maupun buah-buahan. Tanaman hortikultura telah banyak diusahankan oleh masyarakat NTT sehingga dapat diupayakan untuk pengembangan komoditas unggulan local yang sangat potensial. Salah satu komoditi hortikultura yang sudah dikembangkan di NTT adalah jeruk keprok SOE. Jeruk Keprok Soe merupakan salah satu komoditas local yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani dan sangat cocok ditanam karena dilihat dari ketinggian tempat, topografi dan tingkat kesuburan lahan.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang diangkat dan dikaji dalam penelitian yaitu :
1) Berapa besar pendapatan yang diterima oleh petani dari usaha tani Jeruk keprok di kecamatan Mollo Utara?
2) Berapa bersih kontribusi pendapatan usaha tani Jeruk Keprok terhadap pendapatan rumah tangga petani?
3) Bagaimana kelayakan finasial dari usaha tani Jeruk Keprok?
4) Kapan harus dilakukan peremajaan tanaman?

TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani Jeruk Keprok di kecamatan Mollo Utara
2) Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usaha tani Jeruk Keprok terhadap pendapatan rumah tangga
3) Untuk mengetahui kelayakan finasial dari usaha tani Jeruk Keprok
4) Untuk mengetahui kapan dilakukan peremajaan tanaman.

KONTRIBUSI
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam pengembangan usaha tani jeruk keprok, sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan sehubungan dengan pengembangan usaha tani Jeruk keprok, dan juga dapat menjadi bahan informasi bagi penelitian lanjutan.


METODE PENELITIAN

Kerangka pemikiran
Jeruk merupakan salah satu komoditi andalan di NTT khususnya Kabupaten Timor Tengah Selatan dalam wilayah pulau timor. Dalam menghasilkan jeruk bukan sebagai usaha yang menambah pendapatan melainkan dapat memberikan sejumlah produksi atau hasil.
Untuk itu maka perlu dilakukan pengkajian terhadap aspek ekonomi yang meliputi pendapatan, kontribusi dan kelayakan financial pada rumah tangga petani.
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah selatan pada bulan februari 2006.
Metode Penelitian lokasi
Metode pengambilan lokasim dilakukan dengan 2 tahap yaitu :
 Penetuan lokasi sampe dilakukan secara sengaja dengan memilih 2 desa yaitu di desa tutem dan desa Tobu. Penentuan ini didasarkan pada tingkat produksi Jeruk Keprok SOE yang tertinggi dibandingkan dengan desa yang lain di kecamatan Mollo Utara.

Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode survey. Data dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani berdasarkan pada daftar pertanyaan yang telah disediakan sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.
Model dan Analisa Data
Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk menjawab besarnya pendapatan petani maka dihitung selisih antaratotal penerimaan dengan total biaya yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut : Pd = TR – TC
dimana :
Pd : Pendapatan Usahatani
TR : Total revebue (Total Penerimaan)
TC : Total Cost (Total Biaya)
2. Untuk mengetahui besarnya kontibusi pendapatan usahatani Jeruk keprok SOE terhadap rumah tangga petani maka dihitung dengan rumus :

Dimana : X = kontribusi pendapatan dari suatu cabang usahatani terhadap total pendapatan rumah tangga petani yang diukur dalam satuan persen (%).
3. Untuk menghitung keuntungan dari setiap usahatani jeruk keprok maka digunakan analisis financial yaitu dengan menggunakan krioteria investasi sesuai dengan petunjuk dari Crey et al yaitu sebagai berikut :
a.
n = Umur ekonomis
Bt = Benefit social kotor pada tahun t
Ct = Biaya kotor pada tahun t
i = Sosial Opportunity Cost of Capital, yang ditujukan sebagai Discount Rate.
b. IRR= i +
I’ = Nilai percobaan pertama untuk discount rate
I’’ = Nilai percobaab kedua untuk discount rate
NPV’ = Nilai percobaan pertama untuk NPV
NPV’’ = Nilai percobaan kedua untuk NPV
c. Net B/C =
Atau Net B/C =
4. Untuk mengidentifikasi tingkat produksi tananman (khusunya tanamana umur panjang), maka dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan matematis fungsi pangkat (Soekartawi, 1990) sebagai berikut :
Y = a + bx1 + cx12
Dimana :
Y = Produksi tanaman pepohonan
X = Umur tanaman
X2 = Kudrat umur tanaman
a,b,c = Parameter dugaan.

Analisis Biaya
Biaya pada usahatani jeruk keprok terdiri atas biaya investasi dan biaya produksi. Biaya-biaya investasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah biaya tanah, biaya bibit, biaya pupuk dan biaya tenaga kerja untuk persiapan tanam dan biaya pemeliharaan tanaman.
Biaya pengolahan lainnya dianggap tidakada karena nilainya relatif kecil sehingga tidak diperhitungkan. Biaya tersebut antara lain biaya penyusutan alat-alat bantu seperti parang, linggis, pacul dan lain-lain dan untuk mengantisipasi nilai dari biaya-biaya tersebut maka dimaksukkan biaya overhead
Analisis Pendapatan
Pendapatan kotor diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produksi dengan harga jeruk keprok, sehingga dibuat prediksi perkembangan harga jeruk. Untuk menghitung perkembangan harga jeruk diperlukan rata-rata harga produk selama 4 tahun terakhir seperti pada tabel berikut ini
Perkembangan Harga Jeruk Keprok di Tingkat Petani
Tahun Dasar 2002
Sumber : Data Primer, 2006
Berdasarkan pada perkembangan harga selama empat tahun tersebut kemudian dihitung trend harga jeruk keprok sehingga diperoleh persamaan :
Y = 4.238,11 + 1.807,28x
Dimana : Y = harga X = tahun
Analisis Kelayakan
Pada bagian kajian ekonomi, akan dilakukan analisis kelayakan usaha setiap jenis usahatani yang direkomendasikan berdasarkan analisis Net Benefit, Benefit/Cost ratio, analisis Net Present Value (NPV) dan analisis Internal Rate of Return (IRR). Suatu usaha dikatakan layak secara finansial apabila Net B/C > 1; NPV > 0 dan IRR > sosial discount ratenya (Benu, dkk, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Usahatani Jeruk Keprok di Kecamatan Mollo Utara, TTS
Jeruk keprok SOE merupakan salah satu komoditas local yang potensial dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani dan sangat cocok ditanam karena dilihat dari ketinggian tempat, topografi dan tingkat kesuburan lahan. Usahatani tersebut dikembangkan tanaman Jeruk oleh Bapak Benu, dkk pada tahun 2002 dengan tingkat pendidikan normal terakhir Sekolah Dasar dan telah mengikuti berbagai kegiatan non formal berupa pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh berbagai Industri Usahatani yang berlokasi di desa Tobu yang terdiri dari 4 dusun, 8 RW dan 27 RT, di desa Tutem yang terdiri dari 4 dusun, 16 RT dan 6 RW. Modal merupakan modal dari pinjaman (koperasi, BANK) dan instansi terkait lainnya.
Analisis Pendapatan dan keuntungan relatif
Analisis Biaya Produksi
Produksi Jeruk Keprok sangat bervariasi, tergantung dari factor umur tanaman, cara pemeliharaan dan tempat tumbuh tanaman yang erat kaitannya dengan kesuburan tanah. dalam analisis produksi ini, variabel yang sangat berpengaruh adalah variabel umur tanaman. Bertambahnya umur tanaman maka produksi akan bertambah pula, namun pada tingkat umur tertentu produksi mulai menurun.
Untuk melihat sebaran produksi menurut umur tanaman, maka dari seluruh data produksi diestimasi dengan menggunakan pendekatan fungsi pangkat adalah sebagai berikut ; Y = a + bx + cx2
Dimana Y merupakan produksi tanaman perpohon, X merupakan umur tanaman X2 merupakan kuadrat dari umur tanaman, e merupakan bilangan natural (2,716) dan a, b, c merupakan parameter.
1. Bt = Benefit social kotor pada tahun t
Ct = Biaya kotor pada tahun t
i = Social Opportunity Cost of Capital, yang ditujukan sebagai Sosial Discount Rate
2.
i’ = Nilai percobaan pertama untuk discount rate
i” = Nilai percobaan kedua untuk discount rate
NPV’ = Nilai percobaan pertama untuk NPV
NPV” = Nilai percobaan kedua untuk NPV
3.

Atau Net B/C =
Analisis Kelayakan Finansial
Kelayakan dari suatu usahatani ditentukan berdasarkan arus manfaat kotor dan arus biaya kotor melalui beberapa lriteria investigasi.
Dalam analisis ini dipakai tiga criteria investasi yang dibahas yaitu nilai kini dari pemdapatan bersoh (NPV), perbandingan pendapatan bersih dan biaya bersih (Net B/C) dan nilai Internal Rate of Return (IRR). Alas an pemakaian ketiga criteria ini dikarenakan ketiganya lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu.
Nilai kini pendapatan bersih (NPV) diperoleh melalui pendapatan atau makfaat dikalikan dengan nilai social discount ratenya. Hal yang menguntungkan dari penggunaan criteria ini adalah karena tidak mempersalahkan sama sekali dalam hal apa perhitungan dilakukan serta merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah usaha atau kegiatan itu menguntungkan atau tidak. Tapi kelemahan dari criteria imi adalah aanya keharusan dalam menentukan suku bunga yang tepatr dan benar sebelum cara ini dilakukan. Lriteria Net B/C diperoleh dengan membagi nilai sekarang yang positif dengan nilai sekarang yang negative. Salah satu keuntungan dari penggunaan criteria ini adalah penggunaannya tidak terpengaruh oleh skala proyek. Criteria ketiga yang digunakan adalah Internal rate of Return (IRR). IRR diperoleh dengan cara mencari tingkat diskonto yang dapat membuat NPV sama dengan nol.
Analisis Pemasaran dan Harga
Pemanenan buah jeruk keprok dilakukan secara bertahap yakni pada saat buah matang yaitu dengan cara memanjat pohon lalu dipetik. Namun ada juga petani yang melakukan pemanenan sekali saja sepanjang musim cara ini dilakukan bila ada yang membeli dengan system borongan.
Pemasaran hasil jeruk keprok ada yang dilakukan langsung ke pasar ada juga pembeli dating langsung ke petani penghasil jeruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran jeruk keprok di Kabupaten TTS mengikuti 4 saluran yakni :
1) Petani Produsen → petani pengumpul → petani pengecer→ komsumen akhir
2) Petani produsen → petani pengumpul→ konsumen akhir
3) Petani produsen → petani pengecer → konsumen akhir
4) Petani produsen →konsumen akhir.







KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Besarnya pendapatan petani jeruk keprok di Kecamatan Mollo Utara adalah sebesar Rp. 6.849.395,43 artinya bila dibandingkan dengan biaya yang dilekuarkan dalam usahatani tersebut petani mendapatkan keuntungan yang relatif lebih besar. Jadi dengan kata lain usahatani jeruk keprok di Kecamatan Mollo Utara menguntungkan bagi petani.
2. Besar kontribusi usahatani jeruk keprok terhadap total pendapatan rumah tangga petani contoh di Lecamatan Mollo Utara adalah sebesar 50,78%, artinya bila dibandingkan dengan komoditi lainnya, maka usahatani jeruk keprok merupakan komoditi unggulan sehingga menjadi alternative usahatani yang sangat menjanjikan atau 50% dari total kebutuhan ekonomi dapat dipenuhi dari usahatani jeruk keprok.
3. Dengan melihat nilai dari ketiga investasi NPV > 0 (34.396.233,30) artinya usahatani tersebut layak untuk dilanjutkan, Net B/C > 1 (23,40) artinya dengan criteria Net B/C maka usahatani jeruk keprok di daerah penelitian layak untuk dilanjutkan karena setiap cost sebesar Rp.1,- memberikan benefit sebesar Rp.23,40 sedangkan IRR lebih besar dari social discount rate (58,96%) maka usahatani tersebut layak untuk dilanjutkan, sehingga secara financial pengusahaan tanaman jeruk keprok oleh petani di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.
4. Produksi jeruk keprok menunjukkan bahwa pada tanaman berumur 19 tahun masih mengalami peningkatan tetapi setelah melewati umur tersebut produksi sudah mulai menurun sehingga petani mulai melakukan peremajaan. Jadi pada umur 19 tahun tanaman petani jeruk keprok mulai melakukan peremajaan yakni dengan cara dipangkas secara bertahap.



Saran
1. Agar usahatani jeruk keprok bisa terus memberikan keuntungan, mala petani perlu memperhatikan dan menjaga kontinuitas produksi dengan terus memperhatikan dan menjaga teknik budidaya yang baik dan benar karena usahatani jeruk keprok sangat memberikan kontribusi maka perlu diperhatikan kesinambungan produksi lewat peremajaan pada tanaman jeruk tersebut.
2. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah setempat dengan Dinas Pertanian untuk mengadakan penyuluhan mengenai teknik budidaya yang baik dan benar serta perlu adanya penyuluhan mengenai pemasaran yang baik sehingga petani dapat memperoleh keuntungan yang besar.
3. Bagi petani perlu adanya peremajaan tanaman yakni pada saat produksi tanaman sudah mulai menurun yakni dengan cara dipangkas secara bertahap yakni dengan cara tekhnik budidaya yang baik.


DAFTAR PUSTAKA





STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM MANAJEMEN INDUSTRI RUMAH TANGGA “TENG – TENG KACANG”
DI KELURAHAN MAULAFA KOTA KUPANG
(STUDI KASUS PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “TENG – TENG KACANG TIBERS”)


(KAJIAN SKRIPSI GRACIETA A.R SEPTORY)

Oleh :

UMBU JOKA
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana



RINGKASAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada industri rumah tangga “Tibers” di Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota Kupang sejak bulan April sampai dengan bulan Oktober 2009. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Besarnya biaya produksi “Teng – Teng Kacang Tibers” (2) laba yang diperoleh industry rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” (3) strategi pengambilan keputusan oleh manajemen industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers ”.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Studi Kasus. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian pada industry rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” adalh : 1) Biaya produksi Teng – Teng Kacang pada industry rumah tangga “Tibers” untuk Bulan juli 2008 – juni 2009 adalah Rp. 30.897.191,6 ; 2) Laba yang diperoleh sebesar Rp. 27.985.330,4 ; 3) Strategi pengembangan industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” dapat dilakukan dengan berbagai aspek : Proses produksi melalui pengembangan usahanya yaitu mempertahankan kualitas produk, kepercayaan konsumen, meningkatkan diversifikasi produk, penambahan rasa keju, susu, coklat dan selei, dan mengadakan peralatan produksi yang lebih modern; pemasaran melalui promosi dengan teknologi informasi dan kerjasama bisnis dengan supermarket di Kota Kupang; organisasi manajemen melalui pembagian tugas yang teratur dan pelatihan khusus tenaga kerja sesuai tugas masing – masing; pembukuan melalui pencatatan dan perhitungan secaratepat biaya – biaya yang dikeluarkan dan pembuatan laporan keuangan per periodic (neraca, laporan rugi laba) sehingga dapat dibuat perencanaan usaha secara tepat



SUMMARY
This research has been conducted on Home Industry “Tibers” in Maulafa Village District Maulafa Kupang from April to October 2009. The purpose of this study to determine (1) The amount of production cost “Teng – Teng Kacang Tibers” , (2) income derived household industries “Teng – Teg Kacang Tibers” , (3) strategic decision making by the management of household industries “ Teng – Teng Kacang Tibers”
Data collection is done by case study method. The data collected consists of primary data and secondary data.
Results of research on Home industry “Teng – Teng Kacang Tibers” are : 1) Cost of Production Teng – teng on home industry “ Tibers” for the month July 2008 - June 2009 is Rp. 30.897.191,6 ; 2) Income earned home industry ladder “Teng – Teng Kacang Tibers ”, to the month in July 2008 – June 2009 as much Rp. 27. 985.330,4; 3) home industry strategy household “Teng – Teng Kacang Tibers” can be done in various aspects : production process with developing of this labor that is, defended the product quality, consumen trusted, increase diversifikasi product feast who are modern; marketingwith marketing related to fulfillment of consumer demand will “Teng – Teng Kacang” with promote increase on supermarket in Kupang City; organization related management wiyh distribution of tasks in order and special romanozation employee agree with their tasks; related accounting records and accurately calculate the cost incurred and make a finances account per period (balance of payments, account of profit and loss) until can make a accurately bussines planning.

PENDAHULUAN
Agribisnis mencakup subsistem sarana produksi atau bahan baku dihulu, proses produksi biologis di tingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transformasi berbagai fungsi bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan), dan tempat (pergudangan), pemasaran dan perdagangan serta subsistem pendukung lainnya seperti jasa, permodalan, perbankan dan sebagainya (Arifin,2004). Agroindustri merupakan salah satu subsistem agribisnis yang mengolah bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan dengan berbagai bentuk dan perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengawasan, sampai pemasaran yang berdampak langsung pada peningkatan nilai tambah, kualitas hasil, penciptaan lapangan tenaga kerja, peningkatan produksi dan peningkatan nilai tambah yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan (Leki,2000)
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi yang mayoritas penduduknya hidup dari sektor pertanian. Beberapa komoditas andalan NTT yang mendukung pengembangan agroindustri antara lain tanaman perkebunan, hortikultura, kacang – kacangan, peternakan, dan perikanan (Pemda Tingkat I NTT,1995). Corak agroindustri yang cocok untuk dikembangkan di NTT adalah agroindustri rumah tangga dalam hubungannya dengan usaha yang menyatu ataupun terpisah, di rumah tinggal, tempat tinggal, tetapi masih satu pekarangan dalam bahan baku yang dapat dibeli di pasar dan menggunakan tenaga kerja keluarga ini dilakukan oleh industri rumah tangga (Hayuni dalam Lofa,2006)
Industri rumah tangga di wilayah Kota Kupang baik formal maupun nonformal berjumlah 185 unit. Industri rumah tangga merupakan bagian dari industri kecil yaitu industri yang diusahakan untuk menambah pendapatan keluarga. Pengembangan industri rumah tangga merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam memajukan proses perubahan di sektor pertanian, dan juga bisa mendapatkan nilai tambah ekonomis yang cukup tinggi. Industri rumah tangga yang memanfaatkan hasil – hasil pertanian tumbuh sangat cepat baik di perkotaan,maupun di pedesaan. Industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” merupakan salah satu industri rumah tangga yang berkembang di Kota Kupang (Disperindag 2008)
Oleh karena itu manajemen industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers”perlu menetapkan strategi melalui proses pengambilan keputusan sebagai arah untuk menetapkan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aspek – aspek tersebut yaitu dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dimiliki industri rumah tangga serta mempertimbangkan aspek kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam rangka mempertahankan keberlangsungan usaha dan ekspansi usaha ke depan.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang ada maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Berapakah besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” pada tahun 2008?
2. Berapakah laba yang diperoleh industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” pada tahun 2008?
3. Bagaimanakah strategi pengambilan keputusan oleh manajemen industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” pada tahun 2008?

TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya biaya produksi “Teng – Teng Kacang” yang dikeluarkan oleh industri rumah tangga “Tibers” pada tahun 2008?
2. Menghitung besarnya laba yang diperoleh industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang” “Tibers” pada tahun 2008?
3. Mengetahui strategi pengambilan keputusan berdasarkan proses pengambilan keputusan manajemen industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” pada tahun 2008?

KONTRIBUSI
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :
1. Pengusaha sebagai masukan dan informasi dalam pengembangan industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” di kelurahan Maulafa Kota Kupang yang terkait dengan proses produksi, organisasi manajemen, pemasaran dan pembukuan.
2. Pemerintah daerah setempat sebagai bahan informasi dalam merumuskan kebijakan – kebijakan bagi pembinaan industri kecil khususnya industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers”.
3. Penelitian selanjutnya yang dapat dijadikan bahan kajian yang relevan dengan judul penelitian.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” di Kelurahan Maulafa Kota Kupang, pengambilan data di lapangan telah dilaksanakan pada bulan April – Oktober 2009.
Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Studi Kasus, dalam hal ini akan dilakukan pengamatan dan pengkajian secara mendalam tentang aspek produksi, pemasaran, organisasi manajemen dan pembukuan pada industri “Teng – Teng Kacang Tibers”. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan yakni pimpinan industri dan karyawan berupa karakteristik industri rumah tangga, sejarah industri rumah tangga, komponen biaya – biaya yang terjadi dan strategi pengambilan keputusan. Adapun data sekunder diperoleh dari instansi – instansi terkait berupa laporan tahunan maupun jurnal penelitian tentang industri rumah tangga yang terkait dengan judul penelitian.
Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan dan pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja, yaitu pada industri rumah tangga “Teng –Teng Kacang Tibers” dengan dasar pertimbangan bahwa industri rumah tangga tersebut sudah berproduksi selama 12 tahun dan sudah terdaftar pada Dinas Perindustrian Dan Perdagangan selama 6 tahun yang lalu. Disamping itu dari aspek produksinya bahwa produk yang dihasilkan selalu habis terjual di pasaran walaupun terdapat produk saingan sejenis dan produk ini merupakan oleh – oleh khas Kota Kupang.
Metode dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan ditabulasi dan dianalisis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu menghitung besar biaya produksi (Bambang dan Kartasapoetra 1992). Dihitung sebagai berikut :
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik xxx (+)
Biaya produksi xxx

Berkaitan dengan tujuan kedua tentang perhitungan keuntungan, maka digunakan laporan rugi laba dengan format variable costing (Bambang dan Kartasapoetra 1992) sebagai berikut :
Perhitungan rugi laba berdasarkan biaya variable :
Hasil Penjualan Rp.xxx
Biaya variable :
Biaya bahan baku Rp.xxx
Tenaga kerja langsung Rp.xxx
Biaya overhead Rp.xxx
Biaya administrasi dan umum Rp.xxx
Biaya pemasaran Rp.xxx +
Total biaya variable Rp.xxx -
Margin kontribusi Rp.xxx

Biaya tetap :
Overhead pabrik tetap Rp.xxx
Biaya administrasi dan umum tetap Rp.xxx
Biaya pemasaran tetap Rp.xxx +
Total biaya tetap Rp.xxx +
Laba sebelum pajak Rp.xxx
Pajak (10%) Rp.xxx -
Laba bersih setelah pajak Rp.xxx
Adapun untuk tujuan ketiga yaitu analisis strategi pengambilan keputusan oleh manajemen digunakan analisis SWOT (Fredy Rangkuti 2003) yaitu : Strength/ Kekuatan (S), Weakness/ Kelemahan (W), Opportunities/ Peluang (O) dan Threats/ Ancaman (T) meliputi aspek proses produksi menyangkut peralatan dan teknologi yang belum memadai, aspek pemasaran terkait dengan peluang pasar dari produk tersebut aspek organisasi manajemen yaitu terbatasnya tenaga kerja terampil serta dari aspek pembukuan yang dilakukan masih sederhana karena dilihat dari sistim akutansi belum perhitungkan secara tepat biaya – biaya yang seharusnya diperhitungkan. Secara sistimatis yang dipaparkan pada gambar 4 Diagram Matrix SWOT untuk merumuskan strategi perusahaan sebagai berikut :
Diagram Matrix SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal Strength (S)
Kekuatan Weakness (W)
Kelemahan
Oppurtunities (O)
Peluang Strategi SO Strategi WO
Threats (T)
Ancaman Strategi ST Strategi WT

HASIL DAN PEMBAHASAN
Industri rumah tangga “Tibers” merupakan salah satu dari industri pengolahan kacang tanah menjadi Teng – Teng Kacang di Kota Kupang yang mampu berproduksi setiap bulannya 235 kg dimana menghasilkan 560 dos mika. Industri rumah tangga ini berlokasi di jalan Womitra RT 22/RW 9 Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota Kupang. Industri rumah tangga tersebut telah beroperasi sejak tanggal 3 februari 1995 dan terdaftar dengan Surat permohonan Pendaftaran perusahaan dengan nomor usaha 157/M/SK/4/1982, Surat Tanda Daftar Industri Kecil dengan No:70/kanwil 26/03/ik.1/IV/90, dan Sertifikat Layak Usaha sehat dari Dinkes dengan No:SP.30/L4.08/95
Industri rumah tangga Teng – Teng Kacang Tibers merupakan usaha perorangan yang belum menerapkan sistim pembukuan secara teratur, hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya catatan atas transaksi – transaksi keuangan, apalagi membuat laporan rugi laba
Industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” belum memiliki struktur organisasi yang jelas. Hal ini dapat dilihat dari tugas pemimpin juga merangkap sebagai pelaksana. Organisasi usaha tersebut melibatkan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga yang berjumlah tiga orang tanpa ada pembagian tugas yang jelas untuk masing – masing bidang, artinya semua dilakukan secara bersama – sama.
Alat – alat yang digunakan dalam proses produksi Teng – Teng Kacang ini, seperti kompor,tacu,sutel,pisau, mister pemotong, cetakan, botol, dulang, gelas, mok, nyiru, lampu pelita, kain/serbet, hekter, cap/stempel, gunting. Indusri rumah tangga ini hingga saat ini tidak menggunakan modal dari luar yakni berupa pinjaman, hal ini dikarenakan pemilik dapat membiayai seluruh biaya produksi yang terjadi.

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” dalam menjalankan usahanya diperlukan pengorbanan sumber – sumber ekonomi yang lazim di sebut sebagai biaya produksi. Biaya produksi yang dimaksud adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah harga pokok dari bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk. Dengan kata lain biaya bahan baku adalah sejumlah biaya yang dipakai untuk membeli bahan baku. Pada industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” bahan baku utama adalah kacang tanah yang diperoleh dengan membeli secara tunai dari pedagang di pasar.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Dalam rangka melakukan kegiatan produksi industri rumah tangga”Teng – Teng Kacang Tibers” mempekerjakan 2 orang wanita dan 1 orang pria yang berasal dari dalam keluarga.
Biaya Overhead
Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Biaya produksi
Menurut perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik maka diperoleh biaya produksi yang dikeluarkan industry rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers”. Berdasrkan hasil perhitungan maka diketahui besarnya biaya produksi pada industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” selama bulan Juli 2008 – Juni 2009 adalah sebesar Rp.30.897.191,6.
Kinerja finansial
Kinerja finansial industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” selama bulan Juli 2008 – Juni 2009, hasil penjualan Teng – Teng Kacang pada triwulan I,II, dan III sebesar Rp. 15.625.000, sedangkan pada triwulan IV sebesar Rp. 15.120.000 hal ini berarti hasil penjualan Teng – Teng Kacang di triwulan I,II,dan III lebih besar dari hasil penjualan pada triwulan IV. Hal ini disebabkan karena pada triwulan I,II, dan III permintaan Teng – Teng Kacang meningkat karena adanya hari raya besar keagamaan.
Rugi Laba
Berdasarkan perhitungan rugi laba yang dilakukan diketahui industry rumah tangga mengalami laba sebesar Rp. 27.985.330,4; selama Bulan Juli 2008 – Juni 2009. Dalam perhitungan untuk mengetahui laba sesudah pajak dilakukan pendekatan persentase (10%) dari total labasebelum pajak. Laba yang dikenakan sebelum pajak Rp. 31.094.808,4; pada Bulan Juli 2008 – Juni 2009.
Analisi strategi pengambilan keputusan
Sejauh ini pihak industri Rumah Tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” sudah memiliki strategi yaitu dari aspek proses produksi yakni sudah memiliki ciri khas Teng – Teng Kacang yang gurih dan manis dan satu – satunya industri rumah tangga yang menggunakan wijen, dari aspek pemasaran yaitu sudah memiliki pangsa pasar di Kota Kupang.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Biaya produksi Teng – Teng Kacang pada industri rumah tangga “Tibers” untuk bula Juli 2008 - Juni 2009 adalah Rp. 30.897.191, 6.
2. Laba yang diperoleh industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” untuk bulan Juli 2008 – Juni 2009 sebesar Rp. 27.985.330,4.
3. Strategi pengembangan industri rumah tangga “Teng – Teng Kacang Tibers” dapat dilakukan dengan berbagai aspek : 1) Proses produksi melalui pengembangan usahanya yaitu mempertahankan kualitas produk, kepercayaan konsumen, meningkatkan diversifikasi produk, penambahan rasa keju, susu, coklat, dan selei, dan mengadakan peralatan produksi yang lebih modern; 2). Pemasaran melalui pemenuhan permintaan konsumen akan Teng – Teng Kacang yaitu meningkatkan promosi dengan teknologi informasi dan kerjasama bisnis dengan supermarket di Kota Kupang; 3). Organisasi Manajemen melalui pembagian tugas yang teratur dan pelatihan khusus tenaga kerja sesuai tugas masing – masing; 4). Pembukuan melalui pencatatan dan perhitungan secara tepat biaya – biaya yang dikeluarkan dan pembuatan laporan keuangan per periodic (neraca, laporan rugi laba) sehingga dapat dibuat perencanaan usaha secara tepat.
Saran
1. Perhitungan biaya produksi yang belum tepat mempengaruhi penetapan harga jual yang akhirnya berdampak pula pada laba yang diperoleh. Pihak industri rumah tangga dalam perhitungan biaya produksi belum tepat secara akutansi, maka hendaknya memperbaiki cara yang digunakan dalam perhitungan biaya produksi dengan adanya peningkatan permintaan.
2. Dalam upaya meningkatkan laba maka industry rumah tangga perlu meningkatkan volume produksi dan volume penjualan. Angka perolehan laba masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan pengelolaan usaha dan pelaksanaan perencanaan secara tepat.
3. Strategi yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen industri rumah tangga “Tibers” dalam upaya memaksimalkan laba dengan :
- Strategi jangka pendek yaitu dengan meningkatkan volume penjualan seiring dengan kenaikan permintaan tergantung pada pesanan dari konsumen terhadap produk “Teng – Teng Kacang” , disamping itu perlu memperhatikan ciri khas yang manis dan gurih dengan penambahan bahan makanan lain seperti susu, keju, coklat dan selei. Pengadaan peralatan dengan kapasitas yang lebih besar untuk dapat memenuhi permintaan konsumen dengan cepat, pembagian kerja yang teratur dan pembenahan pembukuan dengan sistim pelaporan keuangan per periodic
- Strategi jangka panjang dalam hal ini pengadaan peralatan yang lebih modern seperti alat pencetakan dan pengemasan “Teng – Teng Kacang”, industri rumah tangga perlu memeperluas usaha produksi dan luas usaha, mempromosikan produk keluar kota kupang dan juga investasi dengan melakukan diversifikasi bahan baku kacang menjadi berbagai jenis olahan produk seperti kacang gula, kacang bawang, kacang telur, bumbu pecel dan jenis cemilan lain yang menggunakan bahan baku kacang, organisasi manajemen yang sehat dan membuat sistim pelaporan keuangan per periodic sesuai sistim akuntansi.






DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B.,2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta
Bambang, S dan Ginanja, K., 1992. Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi. Rineka Cipta. Jakarta.
Dinas perindustrian dan perdagangan., 2008. Daftar potensi Industri Kota Kupang Tahun 2008 Kelompok Industri Pangan.
Dinas perindustrian dan perdagangan.,2005. Kabupaten Kupang Dalam Angka. Pemda Tingkat I NTT.
Leki, S., 2000. Pengantar Agribisnis. Kerjasama IAEUP – LPIU Undana dengan IAEUP – LPIU IPB. Bogor.
Lofa. F.,2006. Kajian Ekonomi Daging Sei Sebagai Hasil Pangan Olahan Tradisional Di Kota Kupang. Skripsi pada Faperta Undana. Kupang.
Rangkuti, F., 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta



KERAGAAN USAHATANI KACANG TANAH DI KECAMATAN KUPANG BARAT KABUPATEN KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI SHERLY N TELNONI)
Oleh:
FRINCE MARSANCI LAURENS
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana


ABSTRAK
Penelitian yang telah dilaksanakan, pengumpulan data sejak Juni hingga Juli 2009. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaan, pendapatan menurut pola tanam, kontribusi pendapatan terhadap total pendapatan usahatani tanamn pangan dan keuntungan relative yang diterima petani dari usahatani kacang tanah.
Metode yang digunakan yaitu metode survey dan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, penentuan desa contoh secara sengaja dan tahap kedua, penentuan responden dengan menggunakan cara acak sederhana dan diperoleh 72 dari 262 rumah tangga petani di Desa Oematnunu dan Desa Oenaek. Data primer diperoleh melalui wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan.
Pendapatan rata-rata menurut pola tanam yang diterima selama musim tahun 2088/2009 yaitu pada pola tanam monokultur sebesar Rp. 4.108.208,48,- per responden dan pada [pola tanam tumpang sari sebesar Rp. 1.280.438,97,- per responden. Kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total pendapatan petani dari usahatani tanaman pangan adalah sebesar 81,38% sedangkan besarnya keuntungan relative yang diperoleh petani dari usahatani kacang tanah adalah 3,7.
ABSTRAC
Research has been executed, data collecting is done by June until July 2009. Intention this research is to know variaties, earnings of peanut farming according to crroping pattern, contribution of earnings to earnings farm operation corps and relative advantage received by farmer from peanut farming.
Method applied in this research and survey method and sampling is done gradually. First phase, determination of village sample by purposive method and second phase is determination of responden by using simple random design and obtained through interview which questionary guidance.
Earning of average according to cropping pattern received by peanut farmer during planting season the year 200/2009 at monoculture cropping pattern equal to Rp. 4.108.208,48,- per responden and intercopping cropping pattern equal Rp. 1.280.436,97,- per responden. Contribution of earnings of peanut farming to earnings total of farmer from farm operation field crop is equal to 81,38% while level of relative advantage obtained by farmer from peanut farmer is 3,7
PENDAHULUAN
Pembangunan NTT dititikberatkan pada bidang pertanian. Hal ini disebabkan karena sector pertanian memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan nasional, khususnya NTT. Kacang tanah merupakan salah satu yang diusahakan di NTT. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah luas areal panen kacang di Indonesia pada tahun 2008 adalah 643.675 Ha dengantotal produksi 771.538 dan untuk NTT luas areal 22.127 dan total produksi 25,855 ton.
Kabupaten Kupang Barat salah satu produsen dengan data pada BPS (2008) menunjukkan pada tahun (2007) produksi sebesar 5.545 ton dengan luas panen 4.619 Ha (2007) dan luas 5.545 ton (2007).
Oleh karena itu perlu mengetahui pendapatan petani menurut pola tanam dan untuk mengetahui keadaan teknis dan ekonomi usahatani di Kecamatan Kupang Barat.
PERUMUSAN MASALAH
Dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Berapa keragaan usahatani di Kecamatan Kupang Barat :
 Berapa besar luas lahan kacang tanah?
 Bagaimana proses produksi?
 Berapa besar pendapatan yang diperoleh petani?
2. Berapa besar pendapatan menurut pola tanam dan cara pengolahan tanah yang ditetapkan?
3. Berapa besar sumbangan pendapatan terhadap total pendapatan?
4. Berapa besar keuntungan relatif yang diterima?
TUJUAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keragaan usahatani meliputi : luas lahan, produksi dan pendapatan.
2. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan menurut pola tanam dan cara pengolahan yang telah ditetapkan.
3. Untuk mengetahui besar sumbangan pendapatan terhadap total pendapatan.
4. Untuk mengetahui keuntungan relatif.
KONTRIBUSI

Hasil penelitian ini dapt berguna :
1. Bahan informasi petani dalam melaksanakan dan memperbaiki kegiatan usahanya.
2. Bahan informasi bagi instansi terkait dalam pengembangan komoditi kacang tanah untuk meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan petani.
3. Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Keragaan usahatani merupakan tampilan secara menyeluruh mengenia aspek pengolahan atau aspek teknis dan aspek ekonomi dari usahatani tersebut.
Besar kecilnya penerimaan yang diperoleh akan sangat memperoleh keberlanjutan dari kegiatan usahatani kacang tanah tersebut. Oleh karena itu petani dalam berusahatani biasanya memperkirakan berapa besarnya biaya yang dikeluarkan dan berapa besarnha penerimaan yang diperoleh selama berlangsungnya proses produksi. Besarnya pendapatan dari usahatani akan didapatkan dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan adalah nilai semua output, baik yang dikonsumsi, dijual, diberikan kepada orang lain sebagai imbalan jasa maupun yang disimpan sebagai bibit di musim tanam berikutnya.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Pengumpulan data dilaksanakan selama bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpilan data dilakukan dengan metode survei. Data yang dikumpulkan berupa dat primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mewawancarai langsung dengan responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS provinsi NTT dalam angka yang bersumber dari hasil penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan Sampel
Tahap pertama, penentuan daerah contoh yang dilakukan dengan cara sengaja (purposive sampling) di Desa Oematnunu dan Desa Oenaek.
Tahap kedua, penentuan sampel sebagai wakil dari populasi ditentukan melalui metode penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling).
Model dan Analisis Data
 Untuk mengetahui keragaan usahatani kacang tanah dilakukan analisis deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui keragaan usahatani kacang tanah secara ekonomois dilakukan analisis pendapatan yang secara sistematis (Soekartiwi, 1995) dapat ditulis sebagai berikut :






Dimana :
I : pendapatan usahatani kacang tanah yang diperoleh dalam satu tahun.
TR : harga produk × produk total usahatani kacang tanah.
TC : biaya produksi total yang merupakan jumlah pengeluaran selama proses produksi.

Persamaan diatas dapat juga di tulis sebagai berikut:




Dimana :
I : pendapatan usahatani kacang tanah (Rp.).
Y : output/ produksi kacang tanah (Kg).
Ci : biaya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi usahatani kacang tanah.

 Untuk menghitung besarnya sumbangan pendapatan usaha tani kacang tanah terhadap total pendapatan uasaha tani tanaman pangan dapat dirumuskan sebagai berikut :



 Untuk menghitung keuntungan relatif dari usaha tani kacang diperoleh melalui analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio), menurut Hernanto (1995) dapat dirumuskan sebagai berikut:



Kriteria yang digunakan untuk menghitung R/C ratio suatu usaha tani adalah :
Jika R/C ratio < 1 : secara ekonomis kegiatan usaha tani tersebut tidak menguntungkan. Jika R/C ratio = 1 : secara ekonomis kegiatan usaha tani tersebut tidak merugikan dan tidak menguntungkan. Jika R/C ratio > 1 : secara ekonomis kegiatan usaha tani tersebut menguntungkan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Kupang Barat merupakan salah satu kecamatan di 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Kupang yang beribukota Batakte dengan luas wilayah 149,72 Km2. Topografi dari kecamatan kupang adalah datar sampai berbukit bukit dengan ketinggian ± 250m dpl. Secara klimatologis beriklim tropis yang terbagi dalam 2 musim yaitu kemarau berlangsung dari bulan April – November dan musim hujan dari bulan Desember – Maret.
Penduduk kecamatan Kupang Barat sampai akhir tahun 2008 berjumlah 14.342 jiwa yang terdiri dari 7.512 jiwa laki-laki dan 6.380 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk 96 jiwa/km2. Sebagaian besar bermata pencaharian sebagai petani.
Desa Oematnunu dengan luas 20,89 Ha atau 15,26% dari luas wilayah kecamatan Kupang Barat dan jumlah penduduk sebanyak 1.612 jiwa. Desa Oenaek dengan luas 15,4 Ha memiliki jumlah penduduk sebanyak 543 jiwa. Sistim pertanian kedua Desa ini pada umumnya lahan kering dimana hanya mengharapkan curah hujan.
Karekteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur petani contoh yang melakukan kegiatan usaha tani kacang tanah berkisar antara 23-59 tahun dengan rata-rata umur 38 tahun. Tingkat pendidikan petani contoh di dominasi petani tidak tamat SD sebanyak 21 orang ( 29,16%), tamat SD sebanyak 24 orang ( 33,34% ), tidak tamat SMP sebanyak 9 orang ( 12,5% ), tamat SMP sebanyak 6 orang ( 8,34% ), tidak tamat SMA sebanyak 7 orang ( 9,73% ), tamat SMA 5 orang ( 6,95% ). Kondisi non formal menunjukkan yang mengikuti penyuluhan/penelitian 30 orang ( 41,67% ) dan 42 orang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal ( 958,34% ). Rata-rata jumlah anggota keluarga petani contoh adalah 3 orang, dengan kisaran 1-8 orang setiap keluarga. Usahatani kacang tanah merupakan salah satu jenis usahatani tanaman pangan yang telah dikembangkan oleh masyarakat petani selama beberapa generasi kurang lebih 70 tahun yang lalu.
Keragaan Ekonomi Usahatani Kacang Tanah
Luas Lahan Usahatani kacang Tanah
Luas lahan yang dimiliki petani kacang tanah yaitu 77,76 Ha dengan rata-rata kepemilikan 1,08 Ha disbanding tahun 2007 dengan luas lahan yang diusahakan 275 Ha. Dengan demikian pengurangan lahan sebesar 197,24 Ha dikarenakan pengurangan tersebut akibat petani mengusahakan jenis tanaman pangan lainnya.
Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan nilai dari semua factor produksi yang digunakan selama proses produksi berlangsung, baik dalam bentuk benda maupun jasa. Jenis-jenis biaya yang diukur dan diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya benih sebesar Rp. 18.095.000,- atau rata-rata per responden Rp. 251.319,44,-. Biaya hebrisida adalah sebesar Rp. 772.500,- dengan rata-rata tiap responden Rp. 960.000, -/responden. Biaya tenaga kerja berkisar antara Rp. 6000,-/ orang per hari sampai Rp. 10.000,-/orang per hari. Biaya pestisida sebesar Rp. 24.000 dengan rata-rata responden sebesar Rp. 12.000,-.
Produksi
Rata-rata produksi pada usahatani kacang tanah di kecamatan Kupang Barat tahun 2008/2009 adalah sebanyak 45,527 Kg polong kering dengan rata-rata produksi tiap responden adalah 623,3 Kg/ luas lahan atau rata-rata tiap hektar 0,58 ton/Ha.
Total produksi pada pola tanam monokultur sebesar 37.278 Kg polong kering dengan rata-rata per responden 955,84 Kg atau 702,82 Kg/ luas lahan garapan. Sedangkan pada pola tanam tumpang sari total produksi sebesar 8.249 Kg polong kering dengan rata-rata per responden 249/97 Kg atau 337,79 Kg/luas lahan.
Penerimaan
Menunjukkan produksi usahatani kacang tanah di desa Oenaek dan desa oematnunu pada musim 2008/2009 sebanyak 45,527 Kg biji kacang tanah dengan harga jual berkisar antara Rp. 5000,-/Kg sampai Rp. 6000,-/Kg. hal ini berlaku pada saat sesudah panen, sehingga total penerimaan adalah Rp. 250.394.000,- dengan rata-rata penerimaan tiap responden Rp. 3.477.694,45,- atau sebesar Rp. 3.220.087,45,-/Ha.
Pendapatan usahatani menurut pola tanam monokultur, total penerimaan sebesar Rp. 207.600.971,- dengan rata-rata per responden sebesar Rp. 4.108.208,48,- atau Rp. 3.020.741,51,-/Ha dan untuk pola tanam tumpang sari, total pendapatan sebesar Rp. 42.254.420,- dengan rata-rata per responden Rp. 1.280.436,97,- atau Rp. 1.730.320,22,-/Ha.
Pendapatan
Jumlah pendapatan responden dari usahatani kacang tanah di Kecamatan Kupang Barat adalah sebesar Rp. 182.997.051,- dengan rata-rata tiap responden Rp. 2.541.625,71,- atau Rp. 2.353.357,13,-/Ha.
Pendapatan usahatani menurut pola tanam monokultur sebesar Rp. 2.541.625,71,- atau Rp. 160.220.131,- dengan rata-rata per responden Rp. 4.108.208,48,- atau Rp. 3.020.741,51,-/Ha dan untuk pola tanam tumpang sari, total pendapatan sebesar Rp. 42.254.420,- dengan rata-rata per responden Rp. 1.280.436,97,- atau Rp. 1.730.320,22,-/ Ha.



Analisis R/C ratio
Pada usahatani kacang tanah adalah sebesar 3,7. Nilai R/C ratio yang dicapai › 1, maka secara ekonomis usahatani kacang tanah menguntungkan. Dengan demikian berarti setiap Rp. 100,00,- biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani kacang tanah diperoleh penerimaan sebesar Rp. 370,- sebagai manfaat.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Dari hasil penelitian, diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Keragaan teknis usahatani kacang tanah di kecamatan Kupang Barat adalah sebagai berikut :
a) Luas lahan 77,76 Ha dengan rata-rata kepemilikan tanah 1,08 Ha.
b) Produksi kacang tanah yang diperoleh petani di Kecamatan Kupang Barat adalah sebanyak 45,527 Kg dengan rata-rata produksi 632,3 Kg/ responden.
c) Pendapatan sebesar Rp. 182,977,- dengan rata-rata pendapatan tiap responden Rp. 2.541.625,71,- atau Rp. 2.353.357,13,-/ha.
Menurut pola tanam monokultur sebesar Rp. 160.220.131,- dengan rata-rata per responden Rp. 4.108.208,48,- atau Rp. 3.020.741,53,-/ha dan menurut pola tanam tumpang sari sebesar Rp. 42.254.240,- dengan rata-rata/responden Rp. 1.280.436,97,- atau Rp. 1.730.320,22,-/ha.
2. Pada usahatani kacang tanah adalah sebesar 3,7. Nilai R/C ratio yang dicapai › 1, maka secara ekonomis usahatani kacang tanah menguntungkan. Dengan demikian berarti setiap Rp. 100,00,- biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani kacang tanah diperoleh penerimaan sebesar Rp. 370,- sebagai manfaat.

Rekomendasi

Petani kacang tanah di Kecamatan Kupang Barat agar tetap berusaha meningkatkan produksi dengan menanam benih kacang tanah yang unggul dan perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan tentang teknik budidaya kacang tanah sesuai kondisi setempat.
Bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian dapat berbagi pengetahuan di bangku kuliah dengan para petani.





DAFTAR PUSTAKA

Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Social Ekonomi Pertanian. PT Bumi Angkasa : Jakarta

Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. Penerbit Swadaya : Jakarta

Marten, F. 1996. Keragaan Usahatani Kacang-Kacangan dan Pendapatan Petani di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana : Kupang

Noldi, E. 2003. Kajian Ekonomi Usahatani Kacang Tanah di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana : Kupang

Soekartiwi. 1989. Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press : Jakarta

Tokan, Y. J. 1996. Analisis Keuntungan Pada Usahatani Kacang Tanah di Perwakilan Kecamatan Adonara Timur Ile Boelang Kabupaten Flores Timur. Skripsi Faperta Un


KONTRIBUSI UASAHATANI TOMAT TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI
DI DESA TESBATAN KECAMATAN AMARASI KABUATEN KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI NILTON J.R. BOAVIDA)
Oleh
MARIA M.PUKAN
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan juli-bulan agustus 2006 di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan dari usahatani tomat, kontribusi usahatani tomat terhadap pendapatan usahatani, keuntungan relative dari usahatani tomat, factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani tomat.
Penelitian ini menggunakan metode survey. Penentuan petani contoh dilakukan secara acak sederhana yakni sampel sebanyak 10 persen dari 220 petani tomat sehingga diperoleh petani sebanyak 22 petani.
Hasil analisis usahatani tomat di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi menunjukan bahwa rata-tara pendapatan petan iusahatani Rp 860.159,09, dengan pendapatan usahatani lain sebesar 52,01 persen sementara itu dari segi ekonomi usahatani tomat yang diusahakan menguntungkan petani dengan R/C Rasio sebesar 2,23. Sedangkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penerimaan usahatani tomat adakah luas lahan, produksi, harga, dan investasi.
ABSTRACK
A reseaarcgh has been conductor farm juli until agust 2006 at tesbatan village of amarasi district in kupang regency. The aims of this research are to know. Amount of tomato”s farm enterpriceincome,the contribution of tomato”s farm enterprice its income, the of relative profit of tomato”s farm enterprise, factors which influence tomato”s farm enterprice income.
This research employed survey method farmer samples determination is done by simple random technique, that is about 10 persen of 220 farers so it is researched about 22 farmers.
Result shows of the study that average income of tomato farmer enterprise was Rp 860 159,09 and the average income per acre was 52,01 persen. While economically this farm enterprise is beneficial for the farmers with R/C Ratio of 2,23. While the factors that considered to influence farmer income are land size, production cost and investment.
PENDAHULUAN
Kebijakan dibidan pertanian ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani melalui peningkatan produktifitas uasatani.
Salah satu sektor yang menjadi perhatian dalam pembangunan enomi dinegara kita dalah perani. Pengembangan merupakan salah satu bagian dari bidang pertanian yang mendapat perhatian cukup serius dan terus dikembangkan sampai saat ini.
Tomat merupakan salah satu komoditi hiltikultura yang banyak di konsumsi oleh masyarakat dan telah lama diusahakan oleh petani. Desa tesbatan merupakan salah satu daerah penghasil tomatdi kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang denhan jumlah produksi tomat di desa Tesbatan sebesar 20 ton/Ha(kec amarasi 2004).
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa besar pndapatan petan idari usahatan itomat di Desa Tesbatan.
2. Berapa besar kontribusi usahatani tomat terhadap pendapatan usahatani.
3. Berapa besar keuntungan relative yang di terima dari usahatani tomat Desac tesbatan.
4. Faktor-faktor yang pempengaruhi penerimaan usahatani tomat di Desa Tesbatan.
5.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian adalah untuk:
1. Pendapatan petani dari usahatani tomat Desa Tesbatan.
2. Kontribusi usahatani tomat terhadap pendapatan usahatani Desa Tesbatan.
3. Keuntungan relative yang diterima dari usahatan itomat di Desa Tesbatan.
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani tomat di Desa Tesbatan.
KEGUNAAN
1. Petani sebagai bahan informasi dalam mengusahakan usahtani tomat.
2. Pemerintah dalam membuatkebijakan yang menyangkut kegiatan usahatani tomat(harga jual)
3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian lanjutan tentang usahatani tomat.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di kecamatan Amarasi Desa Tesbatan Propinsi Nusa Tenggara Timur.Pengumpulan data pada bulan juli-agustus 2006.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei.Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani contoh pada daftar pertanyaan sedangkan data sekunder diperoleh dari instasi-instasi yang terkait dengan penelitian seperti pustaka yag terdapat dari Kantor BPS.

Metode Pengambil Sampel
Penelitian telah dilaksanaan di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang. Dipilh Desa Tesbatan dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki produksi tomat yang paling tinggi Kecamatan AmarasiPengambilan data telah dilaksanakan pada bulan julu-agustus 2006
Model dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan di tabulasi atau di analisis sesuai tujuan yang ingin dicapai:
1 Untuk menjawab tujuan pertama dilakukan perhitungan pendapatan usahatani tomat dengan rumus:
Pd=TR-TC
Dimana:
Pd=Pendapatan uahatani tomat
TR=Total Peerimaan
TC=Total biaya
2 Perhitungan kontribusi usahatani tomat terhadap pedapatan petani dengan rumus:

X=kontribusi pendapatan dari suatu cabang usahatani terhadap total pendapatan yang di ukur dalam persen.
3 Perhitungan keuntungan relative yang diperoleh dari usahatani tomat dengan rumus:

Dengan criteria
Jika R/C Rasio <1: secara eonomi kegiatan usahatani tidak menguntungkan Jika R/C Rasio=1: Secara ekonomi kegiatan usahatani tersebut tidak merugian dan tidak menguntungkan Jika R/C Rasio>1:Secara ekonomi kegiatan usahatani tersebut menguntungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Pertanian
Secara admnistratif Desa Tesbatan masuk dalam wilayah Kecamatan Amarasi,terdiri dari Desa Fatuenutu, Desa Nemese, Desa Ponain, Desa Oenoni.
Prasarana transportasi yang dimiliki adalah jalan yang menghubungkan desa Tesbatan dengan ibukota kecamatan sedangkan terdiri dari jalan pengerasan atau berbatu dan lainnya berupa jalan setapak.

Aspek Budidaya Wortel
Usahatani tomat dilakukan oleh petani karena petani mempunyai pengelaman berusaha tomat 5 – 10 sedangkan pengelaman yang paling rendah berkisar pada tahun 21-25 tahun. Oleh karena bagi petani usaha tani tomat bukan merupakan hal yang baru lagi.
Deskripsi Usahatani Tomat Di Daerah Penelitian
Aktifitas usahatani tomat di Desa Tesbatan dilakukan di lahan sawah dan kebun. Namun sebagian besar usaha dilakukan di lahan sawah. Hasil penelitian menunjukan bahwa luas lahan yang digunakkan untuk usahatani tomat selama 2005 bekisar antara 7 – 65 are.
Panen Dan Pemasaran
Panen tomat dilakukan setelah 3 bulan masa tanam. Yaitu pada saat tomat suda berwarna kuning kemerahan dan biasanya dilakukan pada soreh hari sengga menjelang subuh petani sudah dapat membawa hasil tomat ke pasar. System penjualan yang dilakukan oleh petani di Desa Tesbatan adalah dijual ditempat (borongan) dan dijual ke pasar. Jika dibeli langsung di tempat system pembelian per ember berkisar Rp 4000 – 20.000, sedangkan jika dijual langsung ke langganan di pasar dengan harga Rp 5000 – 25.000 per ember (5 kg). namun kebanyakan petani memilih untuk mejualnya ke pasar walaupun harus mengeluarkan biaya transportasi.
Produksi Tomat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa produksi total usahatani tomat pada musim panen 2005 sebesar 10.743 kg dengan rata-rata produksi sebesar 488,31.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Rata – rata pendapatan usahatani tomat di desa tesbatan Kecamatan Amarasi pada tahun 2005 sebesar Rp 860.159,09. Rata-rata per Are sebesar Rp 51.916,32 per responden.
2. Besarnya kontri busi usahatani tomat di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi pada tahun 2005 adalah sebasar 52,01 %. Hal ini berarti usahatani tomat menduduki urutan pertama dalam kontribusinya terhadap pendapatan usahatani.
3. Secara ekonomi usahatani tomat di desa Tesbatan Kecamatan Amarasi pada tahun 2005 menguntungkan dengan Nilai R/C Rasio > 1 sebesar 2,23.
Saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan penelitian usahatani tomat, yakni sebagai berikut :
1. Kecilnya luas lahan yang digunakkan untuk mengusahakan tanaman tomat dharapkan adanya pengembangan usahatani tomat dengan memperluas areal usaha.
2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata responden tidak pernah mengikuti pendidikan informal yang berkaitan dengan usahatani sehingga diharapakan adanya penyuluhan yang berkelanjutan mengenai pengelolahan usahatani tomat serta usahatani lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Benu. F.L, DKK,2002. Rancang Bangun Pengembangan kawasan Agribisnis Terpadu di daerah Pedesaan NTT. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian Undana. Kupang

Bere. A. 2001. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Produksi usahatani Tomat di Kecamatan Amarasi kabupaten Kupang, SKRIPSI. FAPERTA UNDANA KUPANG.





DAMPAK ADOPSI INOVASI PERTANIAN ORGANIK TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI DESA PUKDALE KECAMATAN KUPANG TIMUR

(KAJIAN SKRIPSI TRIHANI TULLE)
OLEH :
YAKOBUS Y. FOEH
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana

ABSTRAK
Penelitian ini telah di laksanakan sejak bulan februari sampai maret 2009. tujuan dari penelitian ini adalah : 1 tikat adopsi inovasi pertanian oleh petani padi sawah, 2 besarnya pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah mengadopsi inovasi pertanian organik dan 3 dampak dari adopsi inovasi pertanian organik terhadap pendapatan petani padi sawah di desa Pukdale kecamatan kupang timur.
Metode yang di gunakan yaitu metode survei. Penentuan desa penelitian di lakukan secara sengaja sedangkan petani contoh di ambil secara sensus. Semua petani yang menerapkan pertanian organik di desa pukdale kecamatan kupang timur di ambil untuk petani responden (petani contoh).

ABSTRACT
This research had been conducted since february until march 2009 the objectives of this research were to identify: `1) the level of adoption of the organic farming practicetd by the wet rice field farmers, 2) the rate of senerated by the farmers before and after adopting the innovation of organic farming practise, and 3) the impatep of the innovation adoption of the organic farming practice on the income of wet rice field at pukdale village fof East kupang subdistrict.
The ma0thod uset in this research way at survey method. The village research was purposively determinet, while respondents were determined by saturated sampling sechque from farmers who. All farmer who had applyed organic farmer prctice at pukdale village of East kupang sub-district.

PENDAHULUAN
Nusa tenggara timur memiliki sumberdaya alam yang cukup potensial untuk mendukung usaha pertanian, khususnya padi sawah, meskipun dengan iklim yang kering. Namun demikian produktifitas padi sawah di wilayah NTT masih tergolong rendah (BPS propinsi NTT, 2007) rendahnya produktifitas komoniti padi sawah di antaranya karena: 1) faktor dpetani yang belum terlalu menguasai teknik intersifikasi padi sawah, 2) adanya penggunaan bahan kimia sintensif yang terlalu lama, ayang menyebapkan menurunnaya produktifitas lahan.
PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas maka masalah yang dikali dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :
1. sejauh manakah tingkat adopsi inovasi pertanian organik di desa pukdale, kecamatan kupang timur?
2. berapa besar pendapatan petani padi sawah di desa pukdale, kecamatan kupang timur sebelum dan sesudah kegunaan inovasi pertanian organik
3. apa penerapan inovasi pertanian organik mempunyai dampak terhadap pendapatan petani

TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah :
1. untuk merngetahui tingkat adopsi inovasi pertanian organik oleh petani padi sawah di desa pukdale, kecamatan kupang timur.
2. untuk mengeetahui besarnya pendapatan petani di desa pukdale, kecamatam kupang timur sebelum dan sesudah kegunaan inovasi pertanian organik
3. unruk mengetahui dampak penerapan inovasi pertanian pertanian organik terhadap pertanian petani padi sawah di desa epukdale, kecamatan kuapang timur.

KONTRIBUSI
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Pemerimtah dan pihak swasta sebagain bahan pertimbangan dalam membuat dan memutuskan ekebijakan yang ada kaitanya dengan uapaya epengebangan pertanian organik
2. petani sebagai pengelola usaha tani agar dapat dmengevaluasi dperkembangan usahanya.
3. iformasi ilmiah bagi lembaga pendidikan dalam upaya perkembangan ilmu.
4. sebagai reverensi bagi pihak lain ayang ingin mengadakan epenelitia sejenis.

METODE PENELITIAN
Waktu Dan Tempat Penelitian
Untuk menjawab tujuan petani pertama, kedua, dan ketiga tentu cara penerapan inofasi pertanian organik terhadap pendapatan dpetani padi sawah, data danalisis. Menggunakan analisis teks ranking bertanda wilcoxon untuk data berpasangan.





Dimana A:
NI = net In come (pendapatan bersih)
TR = total rrevenue (total penerimaan) yang di peroleh hasil kali antara harga persatuan komoniti dengan total produksi, baik yang di jual maupun yang tidak di jual
TC = total cost (total biaya) yang jumlah tetap dan biaya variabel

Dimana :
T = Rangking bertandah positif (-) dari beda Yi - Xi
Yi = pendapatan setelah menerapkan pertanian organik
Xi = pendapatan setelah menggunakan pertanian organik


HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa pukdale terletak si wilanyah kecamatan kupang timur kabupaten kupang dengan jarak ke ibukota kecamatan terdekat sejauh 7 km. desa pukdale terletaknya cukup stregis dan mudah di jangkau dengan kendaraan bermotor dalam jangka waktu 1 jam 30 menit dari kota kupang.
Dari aspek klimatologis, desa pekdale memiliki iklim kering, di mana dalah setahun hanya mengalami 4 bulan musim hujan. Sebagai daerah beriklim tropis, rata-rata suhu harian desa pukdale adalah berkisar antara 26-31o C(arsip kasntor desa pukdale, 2009).

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Tingkat umum berpengaruh terhadap kemampuan fisi petani dalam melakukan usahanya, semakin tua umur petani, biasanya kemampuan fisik untuk berkerja semakin menurun, sehingga produktivitas juga ikut menurun. Umum non produktif menurut soerharjo dan patong (1977) adalah mereka yang berumur <15tahun dan >55 tahun.



JUMLAH POPULASI TANAMAN PADI
Benih yang di gunakan untuk budidaya pertanian organik adalah benih yang tidak mendapat diperlukan rekayasan genetika. Enih padi organik di peroleh petani dari pemerintah. Hal ini karena sistem dpertanian organik adalah prokgram dari pemerintah yang sedang di kembangkan di desa pukdale. Kabupaten benih bervariasi, tetapi rata-rata untuk 1Ha adazlah 60 Kg sebelum ditanam beneh disamaikan terlebih dahulu selama kurang lebih 2 minggu laluh benih siap ditanam
Di desa pukdale, petani responen jarang dmelakukan sistem tumpangsari atuapun pergiliran tanam karena pertimbangan, ketersediaan air yang kurang. Jarak tanam yang di gunakan juga bervariasi antara 5X5m; 10X10m; dan 10X15m.

PANEN
Prinsip dalam panen padi organik adalah menjaga sandar mutu untuk memanen tempat waktu sesuai kezmatangan. Cara pemanenan juga perlu barhati-hati sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan kehilangan hasil yang lebih besar.
Usia tanaman padi yang sudah siap di panen adalah 120 hari untuk jenis IR adalah 120 hari dan 130 hari untuk jenis membamo. Petani melakukan pemanenan dengan cara, padi dipotong lalu dikumpulkan dan di rontokkan.

PEMASARAN
Beras yang sudah dikemas dalam kurang kemudian dipasarkan. Petani yang menjual hasil pertanian orgasniknya di bawah sendiri kepasar untuk dijual. Harga beras organik perkilo relatif murah yairu sebesar Rp. 5.500, - hal ini di karenakan belum adanya sertifikat atau pelabelan produk.

BIAYA USAHA TANAMAN PADI SAWAH
Rata petai mempuyai sikap adopsi yang sedang terhadap pertanian forgsnik. Hal ini dikarenakan dpetani masih bersikap ragu-ragu terhadap inovasi pertanian organic.

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANAMAM PADI SAWAH
Berdasarkan hasil analisis, rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dmenerapkan inovasi pertanian organik adalah Rp. 5.213.675 (lampiran 5) sedangkan rata pendapatan petani padi sawah setelah menerapkan inovasi pertanian organik adalah Rp 11.044.923 (Lampiran 6).



KESIMPULAN
Berdasarakan Hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di simpulkan bahwa:
1. Tingkat adopsi inovsi pertanian organik di desa pukdale kecamatan kupang tumur tergolong sedang dengan skor rata-rata adalah 57,76%hasil ini di karenakan petani responden belum sepenuhnya menerapkan cara-cara berusahatani organik dan bersikap ragu-ragu.
2. secara Umum pendapatan petani apadi sawah organik di desa pukdale kecamatan kupang timur sebelum menerapkan sistem pertanian organik (SPO) adalah Rp. 5.203.675,5 dan pendapatan wsesudah penerapan SPO adalah sebesar 11.044.923 setiap satu kali misim panen
3. Adopsi inovasi pertanian organik mempunyai dampak terhadap peningkatan pendapatan petani pasi sawah di desa pukdale kecamatan kupang timur, karena biaya usaha taninya dapat di hemat dan produksi padi sawah lebih tinggi


DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoerta a.g. 1994 tekologi penyuluhan peertanian. Bumi aksara jakarta.
Mubyarto 1995 pengartar ekonimi pertanian. LP3ES. Jakarta
Patradiredja. 1977. perhitungan pendapatan nasional LP3ES. Jakarta.
praitno. 1985. pembangunan ekonomi pedesaan. Liberti. Jakarta



KAJIAN PROSES PRODUKSI DAN PEMASARAN DENDENNG SAPI
STUDI KASUS PADA INDUSTRY RUMAH TANGGA DENDENG SAPI
“YUDISTIRA”
DI KELURAHAN KUANINO KOTA KUPANG

(KAJIAN SKRIPSI MARDATILLAH SAMBAH )
Oleh:
DANIEL A. OUMAARA
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuanino Kota Kupang selama bulan (September – Desember 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses produksi, pemasaran serta menghitung besarnya pendapatan yang diperoleh industri rumah tangga dendeng sapi “ Yudistira”.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam kegiatan proses produksi, industri rumah tangga dendeng sapi ‘Yudistira” masih menggunakan teknik-teknik yang sederhana dan peralatan yang kurang baik sehingga perusahaan tidak mampu menyediakan produk daging sapi secara kontinu dalam menjawab permintaan pasar. Pemasaran dilakukan oleh pihak industri rumah tangga ini adalah pemasaran melalui satu macam saluran pemasaran dengan harga jual sebesar Rp. 33.000 (2001), Rp. 38.500 (2002), Rp. 38.500 (2003), Rp. 55.000 (2004), dan Rp. 71.500 (2005). Sedangkan sistem pemasaran yang digunakan oleh rumah tanggga ini adalah sistem pemasaran modern karena banyaknya pesaing dan faktor perantara yang dapat mempengaruhi. Pendapatan yang diperoleh industri rumah tangga ini sejak tahun 2001 sampai 2005 sering berfluktuasi akibat pengaruh harga dan biaya produksi. Pendapatan dendeng sapi terendah pada tahun 2001 yakni sebesar Rp. 13.695.500, dan pendapatan tertinggi pada tahun 2004 yakni sebesar Rp. 41.896.850, dengan rata-rata pendapatan per tahun sebesar Rp 29.267.110.
ABSTRACT
This research was conducted in kelurahan kuanino for four months (September – desember 2005). The objective of this research is to know the production marketing process and to count income of “Yudistra”.
The result or the analysis shows us that “Yudistra” still using simple method and in processing of production and sufficient utensils so make this home industry unable to meet market demand. It use only one marketing channel and it set their product prices Rp. 33.000 (2001), Rp. 38.500 (2002), Rp. 38.500 (2003), Rp. 55.000 (2004), and Rp. 71.500 (2005). To anticipate external factors and competitors, it applies modern marketing system. Income is fluctuate caused by price and cost of production. The lowest income was Rp. 13.695.500 (2001), the highest Rp. 41.896.850 (2004). Average income per year is Rp. 29.267.110.

PENDAHULUAN
Dendeng umumnya terbuat dari bahan hewani seperti daging atau ikan dan merupakan salah satu komoditi olahan yang banyak mengandung gizi hewani terutama protein dan lemak. Dendeng juga merupakan produk olahan asal kota kupang yang dapat meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu, sistem pemasaran perlu diperhatikan.
Di kota kupang terdapat 7 unit industri rumah tangga dendeng sapi dan salah satunya di Kelurahan Kuanino yang bernama “Yudistira”. Suatu industri rumah tangga umumnya berusaha untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial, salah satunya adalah Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistra”. Tujuan ekonominya adalah mempertahankan keberlangsungan usaha dan memperoleh keuntungan yang maksimum, sedangkan tujuannya secara sosial adalah memberikan kesempatan kerja dan membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimana proses produksi daging sapi pada Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira” ?
2. Bagaimana sistem pemasaran dendeng sapi pada Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira” ?
3. Bagaimana saluran pemasaran dendeng sapi pada Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira” ?
4. Bagaimana tingkat pendapatan yang diperoleh Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira” ?

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan proses produksi dendeng sapi pada Industri Dendeng Sapi “Yudistira”.
2. Mendeskripsikan sistem pemasaran dendeng sapi yang dilakukan industri rumah tangga tersebut.
3. Mendeskripsikan saluran pemasaran dendeng sapi yang dilakuakan industri rumah tangga dendeng tersebut.
4. Mengetahui tingkat pedapatan yang diperoleh industri rumah tangga dendeng sapi tersebut.

KONTRIBUSI
Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Bagi perusahaan dalam kaitanynya dengan pengembangan usaha di masa mendatang dan peningkatan produksi dendeng yang berkualitas.
2. Sebagaii informasi ilmiah bagi penelitian lanjutan yang relevan dengan penelitian ini.
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira” di Kelurahan Kuanino Kabupaten Kupang. Pengambilan datanya dimulai pada bulan September hingga Desember 2005.
Metode pengambilan sampel
Penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan metode studi kasus dan non- random sampling, dengan dasar pertimbangan bahwa industri ini merupakan salah satu produsen dendeng di Kota Kupang, sudah berjalan 20 tahun, proses produksi kontinu dan produk habis terjual walaupun banyak industri yang memproduksi produk terebut. Responden pada penelitian ini sejumlah 7 orang, yaitu 1 orang pemilik dan 6 orang tenaga kerja pada Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira”.
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Data primer diperolah dari wawancara langsung dengan pemilik dan pekerja yang menjadi responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang dan Badan Pusat Statistik NTT.
Metode analisis data
Data yang diperoleh di lapangan diedit, di tabulasi kemudian di analisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
Untuk menjawab tujuan pertama, kedua dan ketiga digunakan analisis deskriptif kualitatif, yang didasarkan pada informasi yang diperoleh dari hasil analisis data.
Untuk menjawab tujuan keempat yaitu menghitung besarnya pendapatan yang diterima perusahaan menurut Wibowo (1979) untuk mengetahui pendapatan pengusaha industri rumah tangga tersebut adalah :
I = TR-TC
TR = P . Q
TC = FC + VC
Dimana :
I = Pendapatan TR = Penerimaan total
TC = Biaya total P = Harga
Q = Jumlah produk FC = Biaya tetap
VC = biaya variabel

HASIL DAN PEMBAHASAN
Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira” merupakan industri pengolahan daging sapi yang berskala kecil yang hanya mampu memproduksi dendeng sapi hasil olahan dengan jumlah yang relatif sedikit setiap bulan. Industri yang berlokasi pada Kelurahan Kuanino Kota Kupang mulai beroperasi pada tahun 1968, dengan modalnya yaitu modal sendiri sebesar Rp. 500.000.
Pendirian industri rumah tangga ini karena ketertarikan pemiliknya ketika bekerja pada instansi pemerintah yaitu DEPERINDAG. Selain ketertarikan juga, pendirian industri ini karena industri pengolahan daging sapi masih jarang dan keberadaannya untuk masa mendantang sangat baik.

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Proses produksi dendeng sapi
Proses produksi industri dendeng daging sapi melibatkan berbagai faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, peralatan, bahan baku, serta ketrampilan. Faktor- faktor diatas yang menentukan baik tidaknya produk olahan tersebut.
Rata-rata kegiatan yang dilakukan sejak tahun 2001 hingga 2005 setiap tahunnya adalah 250 kali sehingga dalam kurun waktu 5 tahun proses produksi sebanyak 1.250 kali. Total bahan baku berturut-turut dari tahun 2001 hingga 2005 adalah 2.400 kg ; 3.600 kkg ; 4.320 kg ; 4.320 kg ; 5.400 kg daging sapi segar. Dengan tenaga kerja yang digunakan sebanyak 6 orang yaitu 4 orang tenaga kerja dari luar keluarga dan 2 orang tenaga kerja berasal dari dalam keluarga.
Bahan penolong yang digunakan pada proses produksi ini adalah bawang merah, bawang putih, jintan, lada, ketumbar, lengkuas, garam, gula pasir, plastik kemasan dan label produk. Pengeluaran terbesarnya adalah Rp. 26.424.000 untuk pembelian gula pasir, sedangkan pengeluaran terkecil yaitu Rp. 101.900 untuk pembelian lengkuas.
Saluran Pemasaran
Produk olahan dendeng sapi ini, sejak tahun 2001 hingga 2005 dipasarkan melalui satu macam saluran saja. Saluran tersebut yaitu supermarket di Kota Kupang.
Penetapan Harga Jual
Metode penetapan harga yang dilakukan oleh industri ini yaitu metode penetapan harga berdasarkan biaya plus dengan cara mark up dalam menentukan harga jual produknya.
Biaya usaha dendeng sapi
Hasil analisis menunjukan total biaya bahan baku yang dibutuhkan berturut-turut dari tahun 2001 hingga 2005 yaitu Rp. 30.000.000 ; Rp. 48.600.000 ; Rp. 64.800.000 ; Rp. 86.400.000 dan Rp. 151.200.000.
Untuk tenaga kerja dari luar keluarga diberi upah sebesar Rp. 250.000 per bulan. Biaya makan minum yang dikeluarkan per harinya adalah sebesar Rp 45.000 (6 x Rp. 7.500). Total biaya berturut-turut dari tahun 2001 hingga 2005 adalah Rp. 2.383.000; Rp. 3.859.000; Rp. 5.145.000; Rp. 6,861.000; Rp. 30.255.000.
Biaya overhead tetap yang dikeluarkan oleh industri ini yaitu dalam membayar biaya listrik, pajak, air dan penyusutan alat. Total biaya ini beturut—turut dari tahun 2001 hingga 2005 adalah sebesar Rp. 1.022.600; Rp. 1.776.100; Rp. 2.134.900; Rp. 3.042.050; Rp. 9.947.150.
Biaya variabel yang dikeluarkan berturut-turut dari tahun 2001-2005 yaitu Rp. 2.349.800; Rp. 4.396.550; Rp. 7.805.000; Rp. 10.082.600; Rp. 15.816.200. Pengeluaran terbesar adalah untuk pembelian gula pasir sebesar Rp. 26.424.000 dan pengeluaran terkecil yaitu untuk pembelian lengkuas sebesar Rp. 101.900. Pengeluaran terbesar di atas terjadi agar menambah cita rasa yang lebih manis dan enak.
Biaya Penjualan Dan Administrasi Umum
Biaya yang dimaksud diatas adalah biaya transportasi penjualan. Biaya tersebut dikeluarkan berturut-turut dari tahun 2001 hingga 2005 adalah sebesar Rp. 49.000; Rp. 84.000; Rp. 112.500; Rp. 217.500; Rp. 213.000.
Analisis Pendapatan Usaha Dendeng Sapi
Hasil analisis menunjukan bahwa total penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga dendeng sapi sejak tahun 2001 hingga 2005 adalah Rp. 629.887.500 dan biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 483.551.950. Sehingga dapat diketahui pendapatan yang diperoleh dari hasil penerimaan dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh adalah Rp. 146.335.550.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Proses produksi dendeng sapi pada Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira”, masih menggunakan teknik dan peralatan yang kurang memadai sehingga perusahaan tidak mampu untuk menyediakan dendeng sapi secara kontinu dalam menjawab permintaan pasar.
2. Produk dendeng sapi yang dihasilkan oleh Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira”, dipasarkan melalui satu macam saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang dimaksud adalah perusahaan memasarkan produk dendeng sapi melalui toko-toko atau supermarket yang berada di Kota Kupang atau antara lain perusahaan telah menggunakan sistem pemasaran modern, dimana ada faktor perantara serta terdapatnya pesaing.
3. Pendapatan yang dipeoleh pihak Industri Rumah Tangga Dendeng Sapi “Yudistira” sejak tahun 2001 s/d 2005 selalu berfluktuasi akibat pengaruh harga dan biaya produksi. Pendapatan dendeng sapi terendah pada tahun 2001 yakni sebesar Rp. 13.695.600, dan pendapatan tertinggi pada tahun 2004 yakni sebesar Rp. 41.896.850. Dengan rata-rata pendapatan per tahun sebesar Rp. 29.267.110.

Rekomendasi
Dalam kaitannya dengan pemasaran produk dendeng tersebut maka perlu dilakukan kegiatan promosi dan perluasan wilayah pemasaran sehingga dapat memacu perusahaan dalam meningkatkan volume produksi dan perlu dilakukan penyempurnaan terhadap proses produksi dendeng sapi yang didukung dengan perbaikan dan pengadaan terhadap peralatan pendukung yang sudah tidak layak digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 1980. Manejemen Produksi. Alumni LPEE UI, Jakarta.
Bambang, S dan G. Kartasapoetra. 1992. Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Chandra, G. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Chandra, S. 2004. Strategi Pengambilan Keputusan Manejemen Industri Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Dendeng Sapi Di Kelurahan Maulafa Kota Kupang ( Studi Kasus Home Industri Dendeng Sapi “Dian”). Skripsi Faperta Undana, Kupang.
Daris , I. M. 2001. Analisis Biaya Produksi Pengolahan Abon Pada Agroindustri “ Abon Jaya” Di Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang.
Daniel, M. 2001. Metode Penilitian Sosial Ekonomi. PT; Bumi Aksara, Jakarta.
Kotler, P. 1999. Marketing jilid I dan II. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kotler, P. 1992. Manejemen Pemasaran Jilid II. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Leki, S. 1994. Pengantar Agribisnis. Kerjasama IAEUP-LPIU Undana dengan IAEUP-LPIU IPB, Bogor.
Maatope, H. A. 1990. Studi Tentang Managemen Produksi Abon Jaya Di Desa Naibonat Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Skripsi Fisip Undana, Kupang.



KAJIAN EKONOMI PRODUKSI SAMBAL LU’AT
(PADA AGROINDUSTRI RUMAH TANGGA SUDI MAMPIR DI KELURAHAN KUANINO KECAMATAN OEBOBO KOTA KUPANG)

(KAJIAN SKRIPSI THIENTO WIO)
Oleh :
MERLINA A. LALANG
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta – Undana

ABSTRAK
Suatu penelitian tentang Kajian Ekonomi Produksi sambal lu’at pada Agroindustri Rumah Tangga Sudi Mampir di Kelurahan Kuanino Kecamatan Oebobo Kota Kupang telah dilakukan sejak bulan april – mei 2009.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) sistem produksi sambal lu’at yang meliputi, proses pembuatan, kebutuhan bahan baku, perkembangan harga dan skala usaha. (2) berapa besar pendapatan yang diperoleh di usaha sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga sudi mampir. (3) kelayakan sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga sudi mampir. (4) pola pemasaran sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga sudi mampir.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan bahan baku dalam satu bulan produksi pada periode November – April adalah 96 kg sementara pada periode Mei – Oktober terjadi peningkatan sebesar 25% atau 24 Kg. pendapatan yang diperoleh pada periode November – April adalah Rp.7.729,505 dan pada periode Mei – Oktober karena volume produksinya meningkat dengan jumlah bahan baku yang meningkat pula sehingga, pendapatan yang diperoleh industri rumah tangga Sudi Mampir meningkat sebesar 13,55% dari pendapatan pada periode bulan November – April. Nilai rata – rata R/C ratio yang diperoleh 2,53 lebih besar dari 1, maka dapat disimpulkan bahwa secara ekonomi kegiatan indusrti rumah tangga Sudi Mampir layak untuk dikembangkan dalam skala yang lebih besar. Produk sambal lu’at yang dihasilkan dipasarkan secara khusus di Toko Sudi Mampir dengan satu saluran yaitu dimana pihak industri rumah tangga langsung menjual produknya pada konsumen.
ABSTRAK
A research about the economics study of sambal lu’at production on domestic agroindustry of Sudi Mampir in kuanino, District of Oebobo Kupang City has been performed since April – Mei 2009.
The aim of this research are to know (1) the production sistem of sambal lu’at includes raw material of demands, pice fluctuated and business scale. (2) how much the income gained from the domestic industry of Sudi Mampir. (3) Validity of domestic industry Sudi Mampir. (4) Marketing system of sambal lu’at production.
Research result shows that total raw in the period of November – April which is used 96 Kg while in May – Oktober there is increasing as much as 25% or 24 Kg. income gained during November – April period is 7.729.505 Rupias and during May – Oktober, since there is increasing in production volume as well raw volume, total income which is garned by domestic industry Sudi Mampir increase 13,55% from total income of November – April period since mean of R/C Ratio which is garned 2,53 is higher than 1 it can be summarized that economically domestic industry Sudi Mampir activity is deserve to be developed to a large scale. Sambal lu’at product of result using spesial maket in Sudi Mampir shop was applied with one chanel marketing, where household industry sale the product directly to consumer.
PENDAHULUAN
Kota Kupang sebagai ibu kota provinsi memiliki potensi untuk pengembangan industri rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari data potensi industri Kota kupang tahun 2008, kelompok industri telah mencapai 171 industri yang terdiri dari 93 industri formal dan sisanya non- formal ( Deperindag, 2008).
Agroindustri rumah tangga Sudi Mampir di Kelurahan Kuanino merupakan salah satu industri rumah tangga di Kota Kupang yang memproduksi sambal lu’at. Sambal lu’at merupakan salah satu hasil produk olahan cabai dengan beberapa bahan penolong seperti jeruk nipis, bawang dan lain – lain, serta bahan penolong yang khas NTT, khususnya pulau timor seperti sipa dan tao.
Produksi sambal lu’at sangat tergantung pada ketersediaan cabai. Menurut data BPS (2007), produksi cabai di Kupang mencapai 102 ton pada tahun 2006 dan mengalami penurunan sebesar 2 ton pada tahun 2007. daerah sentra produksi cabai di Kota Kupang hanya di Kecamatan Alak dan Maulafa ( BPS Kota Kupang, 2008). Apabila produksi abai mengalami penurunan, maka akan mengakibatkan kenaikan harga. Karena kontinuitas indistri yang terkait terhambat akibat bahan baku yang menurun dan distribusi bahan baku yang tidak merata.

PERUMUSAN MASALAH

Dari latarbelakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dan diteliti adalah :
1. Bagaimana sistem produksi sambal lu’at yang meliputi, proses pembuatan, kebutuhan bahan baku, perkembangan harga dan skala usaha?
2. Berapa besar pendapatan yang diperoleh di usaha sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir?
3. Bagaimana kelayakan usaha sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir?
4. Bagaimana pola pemasaran sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir?





TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sistem produksi sambal lu’at yang meliputi, proses pembuatan, kebutuhan bahan baku, perkembangan harga dan skala usaha.
2. Untuk mengetahui Berapa besar pendapatan yang diperoleh di usaha sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir.
3. Untuk mengetahui kelayakan usaha sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir.
4. Untuk mengetahui pola pemasaran sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir.

KONTRIBUSI
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Pengusaha sebagai bahan informasi yang dapat membantu dalam usaha pengembangan kegiatan agroindistri rumah tangga khususnya dalam peningkatan pendapatan.
2. Pemerintah sebagai bahan informasi dalam menyusun kebijakan bagi pengembangan dan pembinaan industri rumah tangga.
3. Informasi bagi penelitian lanjutan yang relevan.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir, yang ada di Kelurahan Kuanino Kota Kupang. Pengumpulan data telah dilakukan pada bulan April – Mei 2009.

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan pemilik dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini, serta berasal dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Propinsi NTT, Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang dan publikasi atau laporan lainnya yang terkait dengan judul penelitian.

Model dan Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan, ditabilasi, kemudian dianalisis sesuai dengan penelitian ini yaitu :
1. Untuk menjawab tujuan pertama mengenai sistem produksi yang meliputi poses pembuatan, kebutuhan bahan baku, pekembangan harga dan skala usaha dan tujuan keempat mengenai pola pemasaran digunakan analisis deskriptif.
2. Untuk menjawab tujuan kedua mengenai besarnya pendapatan agroindustri rumah tangga Sudi Mampir digunakan rumus pendapatan sebagai berikut :
I = TR – TC
TR = P X Q
TC = VC + FC
Keterangan :
I = pendapatan pengusaha (Rp)
TR = total penerimaan ( Rp)
TC = biaya total (Rp)
VC = biaya variabel (Rp)
FC = biaya tetap (Rp)
P = harga satuan output (Rp)
Q total produksi ( Rp)
3. Sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mengenai kelayakan usaha agroindustri rumah tangga Sudi Mampir digunakan rumus :
R/C Ratio = Jumlah Total Penerimaan
Jumlah Total Pengeluaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Kupang sebagai ibu kota propinsi Nusa Tenggara Timur secara geografis terletak 10 36’14” Lintang Selatan dan 123 32’23” – 123 37’01” Bujur Timur, dengan luas wilayah 180,27 km2. kota Kupang terdiri dari empat kecamatan, 49 kelurahan. Adapun batas wilayah administratif kota kupang yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Teluk kupang, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat dan Kupang Tengah dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah.
Keadaan demografi penduduk Kota Kupang tahun 2008 tercatat sebanyak 282.035 jiwa. Mata pencarian yang dimiliki oleh penduduk Kota Kupang di wikayah perkotaan relatif merata diantara sektor ekonomi. Masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan banyak menekuni sektor industri, jasa dan sektor informal lainnya.sedangkan untuk wilayah pedesaan pinggiran kota, sektor pertanian masih menjadi tumpuan hidup.




DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Sejarah Agroindustri Rumah Tangga Sambal Lu’at Sudi Mampir
Agroindustri rumah tangga sambal lu’at Sudi Mampir merupakan salah satu agroindustri rumah tangga penghasil sambal lu’at yang ada di Kota Kupang. Agroindustri rumah tangga ini didirikan pada tahun 2000.
Agroindustri rumah tangga ini didirikan karena sambal lu’at merupakan salah satu cita rasa makanan khas orang Timor dan juga karena adanya peluang usaha untuk melakukan pengolahan sambal lu’at.
Bidang Usaha
Bidang usaha yang dijalankan oleh agroindustri rumah tangga Sudi Mampir berupa pengolahan cabai menjadi sambal lu’at yang di pasarkan dalam kemasan berlabel yang dilengkapi dengan nomor Depkes. Sudi Mampir sendiri juga bergerak di bidang usaha lain yaitu rumah makan, dan toko makanan tradisional di NTT.
Modal Usaha
Modal yang digunakan oleh industri rumah tangga sambal lu’at adalah modal uang tunai dan modal harta ( aktiva tetap ) berupa peralatan.
Pengolahan Usaha Sambal Lu’at Pada Agroindustri Rumah Tangga Sudi Mampir
Untuk mengetahui bagaimana pengolahan usaha sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek peralatan produksi, dan sistem produksi yang dijalankan dapat dilihat dari jumlah input yang digunakan yaitu jumlah bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja langsung untuk agroindustri rumah tangga serta jumlah outputyang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu dan proses produksi.
Analisis Pendapatan Agroindustri Rumah Tangga Sambal Lu’at Sudi Mampir
Hasil analisis menunjukan bahwa total penerimaan pertahun agroindustri rumah tangga Sudi Mampir selama tahun 2008 adalah sebesar Rp. 165.600.000 dengan rata – rata perbulan sebesar Rp.13.800.000,-. Dengan demikian maka pendapatan yang diperoleh dalam usaha sambal lu’at pada agroindustri rumah tangga Sudi Mampir ini adalah hasil penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan; dimana rata – rata penerimaan sebesar Rp. 13.800.000 dikurangi dengan rata – rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.5.464.263 sehingga didapatkan pendapatan rata- rata perbulan sebesar Rp.8.335.738.




Analisis R/C Ratio
Nilai R/C terbesar selama tahun 2008 adalah bulan Mei – Oktober yaitu 2,668 dengan rata – rata R/C ratio agroindustri rumah tangga Sudi Mampir sebesar 2,53. nilai rata – rata ratio industri rumah tangga sudi mampir lebih besar dari 1 ( 1>2,53) maka dapat disimpulkan bahwa secara ekonomis kegiatan agroindustri rumah tangga Sudi Mampir menguntungkan.
Pola Pemasaran
Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh agroindustri rumah tangga Sudi Mampir yaitu, produk yang dipasarkan oleh agroindustri adalah sambal lu’at. Sasaran penjualan produk sambal lu’at adalah konsumen rumah makan di toko Sudi Mampir, serta masyarakat kota kupang dan sekitarnya.
Pemasaran yang dilakukan oleh pihak agroindustri rumah tangga Sudi Mampir yaitu pemasaran secara khusus di toko Sudi Mampir dengan satu saluran yaitu dimana pihak industri rumah tangga langsung menjual produknya pada konsumen.dengan demikian industri rumah tangga Sudi Mampir tidak ada biaya pemasaran.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1. Sistem produksi yang dijalankan oleh agroindistri rumah tangga dapat dilihat dari jumlah input yang digunakan yaitu jumlah bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja langsung dan Overhead agroindustri rumah tangga serta jumlah output yang dapat dihasilkan dalam jumlah waktu tertentu.
2. Rata- rata pendapatan perbulan yang diperoleh agroindustri rumah tangga Sudi Mampir sebesar Rp.8.335.738.
3. Dilihat dari rata – rata R/C Ratio yang diperoleh lebih besar dari 1 ( 1>2,53) maka dapat disimpulkan bahwa secara ekonomis kegiatan agroindustri rumah tangga Sudi Mampir layak untuk dikembangkan dalam skala yang lebih besar.
4. Pemasaran yang dilakukan oleh pihak agroindustri rumah tangga Sudi Mampir yaitu pemasaran secara khusus di Toko Sudi Mampir dengan satu saluran yaitu dimana pihak industri rumah tangga langsung menjual produknya pada konsumen.
Rekomendasi
Untuk meningkatkan pendapatan pola pemasaran jangan dikhususkan tetapi lebih diperluas dengan menjalin kemitraan dengan berbagai swalayan yang ada di Kota Kupang.






DAFTAR PUSTAKA

Assauri. 1987. Manajemen Pemasaran. Rajawali, Jakarta
............. . 2007. Kabupaten Kupang Dalam Angka. Kupang
Bambang, S dan G. Kartaspoetra. 1992. Kalkulasi Pengendalian Biaya Produksi. Bineka Cipta. Jakarta
Disperindag Kota Kupang. 2008. Data Potensi Industri Di Kota Kupang
Hermanto. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Limbong dan Sitoris. 1985. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu SOSEKTAN IPB. Bogor
Mulyadi. 2002. Akuntansi Biaya. Aditya Media Yokyakarta