1.1 Latar Belakang
Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Pohon Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora identitas provinsi Sulawesi Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis gula merah).
Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm.
Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an butir. Buahnya bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit berwarna hitam kecoklatan. Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang berwarna kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras.
1.2 Tujuan Praktik
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk membuat dan mengenal jenis kerajinan tangan tradisional dari tanaman lontar
1.3 Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan merupakan metode survey, informasi dikumpulkan melalui wawancara dan observasi
Pembahasan
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae;
Divisi: Angiospermae;
Kelas: Monocotyledoneae;
Ordo: Arecales;
Famili: Arecaceae (sinonim: Palmae);
Genus: Borassus.
Spesies: Borassus flabellifer
Kegunaan
Produksi
Di Sri Lanka dari area seluas 25.000 ha diperkirakan ada 10.000.000 pohon. Sedangkan di India dari luas yang sama terdapat 60.000.000 pohon. Di Myanmar ada 2.500.000 pohon dan di Kamboja pada area tersebut tercatat 1.800.000 pohon. Pada tahun 1968 produksi gula lontar di Kamboja sekitar 10.000 ton per tahun. Di Indonesia sendiri dari luas penanaman sekitar 15.000 ha yang terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura hanya ditemukan 500.000 pohon. Selain itu ada juga perkebunan lontar di Sulawesi, kepulauan Sunda Kecil, Maluku dan Irian Jaya, tapi tidak diketahui jumlahnya.
Kandungan kimia
Nira mengandung 17-2011/o bahan kering, pH 6,7-6,9. Setiap liter mengandung protein dan asam amino (360 mg N), sukrosa 13-18%, P. 110 mg, K 1900 mg, Ca 60 mg, Mg 3 0 mg, vitamin B 3,9 TU vitamin C 132 mg, dan abu 4-5 g. Buah segar beratnya sekitar 2790 g (100%) terdiri atas kelopak bunga 175 g (6,3%), sabut 120 g (4,3%), tempurung 66 g (2,4%), daging buah 1425 g (51,0%) dan 3 buah biji beratnya 1004 g (36,0%).
Ekologi
Beradaptasi di daerah kering, curah hujan 500-900 mm per tahun, juga tumbuh di daerah dengan curah hujan per tahun sampai 5000 mm. Tumbuh liar di tanah berpasir, juga tanah yang kaya bahan organik.
Perbanyakan dan pertumbuhan
Perbanyakan dengan biji. Biji Yang besar dan sehat ditanam pada kedalaman 10 cm dan jarak tanam 3-6 m. Biji berkecambah 45-60 hari setelah tanam. Daun payung pertama muncul setelah 9-12 bulan. Pada umur 4-6 tahun, tumbuh roset. Pertumbuhan batang sekitar 30 cm per tahun. Pertumbuhan daun yang optimal mencapai 14 lembar per tahun, sehingga tajuk dibentuk oleh sekitar 60 daun. Bila lingkugan tidak menguntungkan tajuk hanya memiliki 30 daun. Pohon lontar berbunga dan berbuah setelah 12-20 tahun, pada musim kemarau. Umur pohon lontar mencapai 150 tahun, yang memiliki nilai ekonomi hanya sampai 80 tahun.
Hama dan penyakit
Hama yang banyak menyerang lontar adalah kumbang Orycctes dan Rhynchophorus. Penyakit yang paling berbahaya adalah busuk upih dari jamur Phytophthora palmifora. Gejalanya bercak-bercak pada belaian daun yang menjalar sampai ke tunas. Kemudian tunas akar membusuk. Pohon yang terserang harus segera dimusnahkan dan dibakar untuk menghindari penularan pada pohon yang lainnya.
Daun
• Daun menyirip ganjil yang tersusun melingkar 25 – 40 helai berbentuk kipas.
• Helai bewarna hijau agak kelabu
• Lebar 1 m sampai 1,5 m.
• Panjang tangkai daun tampak berkayu dengan warna coklat atau hitam.
Daun ini juga yang diambil penulis untuk membuat sebuah prouk olahan dari tanaman lontar berupa sarung parang. Pembuatan sarung parang yang berasal dari tanaman lontar memang tidak cukup sulit untuk dikerjakan ketika hanya melihat orang lain bekerja tapi sesungguhnya ini memerlukan keterampilan yang cukup untuk menyelesaikannya dimana dalam proses pembuatannya diperlukan kesabaran, ketenangan, dan beberapa hal penting lainnya
Pemilihan daun lontar sebagai suatu produk olahahan didasari karena keunikan daun tanaman ini, dilihat dari ketebalannya, warnanya yang cuup menari dan budaya NTT khususnya Masyrakat di Pulau Timor yang sering menggunakan sarung parang yang berasal dari anyaman daun tanaman lontar.Daun-daun lontar ini juga dapat digunakan sebagai alat tulis dan masih dibuat sampai sekarang.
gambar a. daun lontar sedang dijemur.
Pertama-tama daun-daun pohon siwalan dipetik dari pohon. Pemetikan biasa dilakukan pada bulan Maret/April atau September/Oktober karena daun-daun pada masa ini sudah tua. Kemudian daun-daun dipotong secara kasar dan dijemur menggunakan panas matahari. Proses ini membuat warna daun yang semula hijau menjadi kekuningan.
Setelah kering daun-daun lalu direbus dalam sebuah kuali besar dicampur dengan beberapa ramuan. Tujuannya ialah membersihkan daun-daun dari sisa kotoran dan melestarikan struktur daun supaya tetap bagus.
Setelah direbus selama kurang lebih 8 jam, daun-daun diangkat dan dijemur kembali di atas tanah. Lalu pada sore hari daun-daun diambil dan tanah di bawah dedaunan dibasahi dengan air kemudian daun-daun ditaruh kembali supaya lembab dan menjadi lurus. Lalu keesokan harinya diambil dan dibersihkan dengan sebuah lap.
Berikut adalah cara-cara pembuatan tanaman lontar:
gambar 1. Proses pengeringan daun
gambar disamping menunjukkan proses pengeringan daun dimana daun ini telah dipisahkandan dari pelepahnya. Proses pengeringan itu sendiri memakan waktu 6-7 hari. Tujuan dari pengeringan daun ini ialah untuk memperkuat serta mudah untuk dianyam.
gambar 2. Proses pemisahan lidi dari daun lontar
gambar disamping menunjukkan proses pemisahan daun dari lidinya, tapi tidak semua bagian lidinya dilepas hanya 2/3 bagian. Bagian yang tidak dilepas ini bertujuan untuk memperkuat atau berfungsi sebagai tulang sarung parang agar tidak mudah ilipat. Dalam proses pemisahan ini diperlukan keterampilan yang tinggi serta kesabaran. Proses pemisahan ini tampak sebilah pisau dikarenakan daun tanaman lontar sangat keras untuk dipisahkan.
gambar 3. Proses awal mengayam
gambar disamping merupakan proses awal atau anyaman awal dari pembuatan sarung parang. Langkah awal ini sangat menentukan hasil akhirnya karena itu diperlukan ketelitiaan yang cukup dalam menentukannya.
gambar 4. Model awal setelah diayam
gambar disamping menunjukkan cara-cara mengayam sarung parang, dibutuhkan keterampilan yang tinggi, ketelitian, dan kesabaran karena jika salah menentukan maka proses pembuatanyapun dimulai ari awalnya lagi yakni seperti pada gambar 3
gambar 5. Pengkuran panjang parang ke dalam sarung yang akan dibuat
gambar disamping menunjukkan proses pengukuran parang yang henak dibuat sarungnya. Biasanya sarung parang ini berukuran 25 – 30 cm. Biasanya pembuatan sarung parang ini hanya digunakan dalam pekerjaan tani di lahannya guna petani dapat terhindar dari kecelakaan.
gambar 6. Pengayaman terakhir sarung parang
gambar disamping menunjukkan proses terakhir dalm mengayam sarung parang. Pekerjaan ini biasanya dilakukan dalam tempo waktu berkisar antara 2-3 jam tergantung pada kondisi petani itu sendiri dalam proses pembuatannya.
gambar 7. Pemotongan bagian daun yang lebih
gambar merupakan proses pelepasan bagian daun yang lebih dari proses pengayaman sarung parang. Terlihat tangan dan sebilah pisau yang cukup tajam guna melepasakan bagian daun tersebut.
gambar 8. Hasil akhir proses pembuatan sarung parang.
Gambar disamping merupakan hasil akhir dari proses pembuatan sarung parang. Terlihat jelas bahwa pembuatan sarung parang ini dibutuhkan keterampilan dan kesabaran guna memperoleh hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bersama petani, beliau mengungkapkan bahwa pembuatan sarung paarang ini hanya ditujukan untuk keperluan sehari-hari petani dalam melindungi dirinya dari bahaya ketika bekerja pada lahan-lahan pertanian.
Penutup
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan data-data diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa proses pembuatan sarung parang dari aun tanaman lontar sangat membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi
Saran
Saran yang dapat diberikan ialah memberi solusi kepada petani untuk membuat dalam jumlah banyak serta menjualnya guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan pertolongan-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan produk olahan dari daun lontar ini dengan baik. makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Buidaya Tanaman Tahunan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari segala kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu dengan lapang dada penulis menerima saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan ini.
Akhirnya dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, diharapkan semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
1 komentar:
gambarnya mana.?
Posting Komentar