Senin, 10 Oktober 2011
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BORU KEDANG KECAMATAN WULANGGITANG KABUPATEN FLORES TIMUR
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
TRY AMBESA
0804022597
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2010
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan dari sektor pertanian di antaranya adalah peningkatan produksi dan peningakatan peran petani sebagai produsen yang tangguh dan mampu untuk menyediaan cadangan pangan bagi konsumen secara berkelanjutan. Tujuan ini dapat terlaksana dan tercapai jika proses produksi serta penanganan panendan pasca panen dilakukan secara tepat dan baik oleh petani. Sektor pertanian mencakup enam sub sektor yaitu tanaman pangan, hertikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Sub sektor perkebunan memberikan peran tersendiri bagi perkembangan sektor pertanian di Indonesia. Secara spesifik tujuan pembangunan sektor perkebunan din Indonesia antara lain: (a) Untuk meningakatkan produksi komoditi pertanian baik dari segi kuantitas,kualitas,maupun kontinuitas penyediaannya dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, memenuhi kebutuhan bahan baku industri dalam negeri dan peningkatan ekspor non migas; (b) Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani; dan (c) Untuk meningkatkan kesempatan be kerja dan kesempatan berusaha.
Kakao (Theobroma cacao, L.) merupakan komoditi perkebunan yang penting bagi industry.Dikatakan demikian karena kakao merupakan bahan baku bagi industry cokelat.kakao juga merupakan salah satu komoditas perkebunan yang tergolong cukup potensial di Nusa Tenggara Timur (NTT). Permintaan terhadap komoditi ini terus saja meningkat baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri sehingga komoditi kakao memiliki nilai ekonomis dan mempunyai peranan yang cukup berarti bagi perekonomian petani kakao.
Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu daerah penghasil kakao di NTT yang pengusahaannya tersebar di beberapa kecamatan. Sebagai salah satu daerah sentra produksi kakao di kabupaten Flores Timur adalah Kecamatan Wulanggitang. Luas areal tanaman kakao di Kecamatan Wulanggitang pada tahun 2002 adalah 644,89 Ha dan pada tahun 2003 meningkat sebesar 645,13 Ha. Sedangkan tingkat produksinya pada tahun 2002 adalah 96,127 ton dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 98,610 ton (Dinas Perkebunan Kab. Flores Timur ,2004).
Sejauh ini pola usahatani yang diterapkan oleh petani di Kecamatan Wulanggitang masih bersifat sederhana atau belum efisien dalam penerapan teknologi usahatani kakao sehingga berdampak pada hasil yang diperoleh. selain itu pula harga kakao yang beredar di pasar selalu berfluktuasi yang memungkinkan dampak tersendiri bagi keberlanjutan dari usaha kakao yang di usahakan oleh petani dengan luasan areal yang terus bertambah setiap tahun. Tanaman kakao sangat berperan dalam mendukung pendapatan rumah tangga petani di desa ini. Namun demikian belumj dilakukan suatu kajian mengenai komoditi ini. Dengan demikian peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini dengan judul ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BORU KEDANG KECAMATAN WULANGGITANG KABUPATEN FLORES TIMUR”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran pola usahatani kakao di desa Boru Kedang Kecamatan Wulanggitang?
2. Berapa besar pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani kakao di desa Boru Kedang kecamatan Wulanggitang?
3. Sejauh mana kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah tangga petani kakao di Desa Boru Kedang Kecamatan Wulanggitang?
1.3. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan pola usahatani kakao di Desa Boru Kedang Kecamatan Wulanggitang.
2. Mengestimasi besarnya pendapatan yang di peroleh petani dari usahatani kakao di Desa Boru Kedang Kecamatan Wulanggitang.
3. Menghitung besarnya kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Boru Kedang Kecamatan Wulanggitang.
Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi pihak petani berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam hal penggunaan faktor-faktor produksi, pergantian tanaman, peremajaan dan kegiatan pasca panen.
2. Bagi pemerintah atau instansi terkait dalam menunjang pengembangan usahatani kakao, dalam hal pengambilan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan usahatani kaao di daerah setempat.
3. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rujukan Penelitian
Selanjutnya hasil penelitian palit (1995), dalam penelitiannya pada UPP-PC unit Bola Kabupaten sikka, mengemukakan bahwa usahatani coklat petani peserta proyek PRPTE pada UPP-PC unit Bola Kabupaten Sikka hingga tahun ke-13 umur proyek (1993) tidak layak secara finansial ditinjau dari kriteria investasi: NPV=2.355.484,57; perbandingan manfaat dan biaya atau B/C Ratio= 0,8197 dan tingkat pengambilan internal (IRR) = 9,99% pada tingkat harga yang berlaku setiap tahun dengan discaun factor 12%. Penyebab kegagalan proyek yang mengakibatkan terlambatnya pengambilan kredit adalah peneliharaan kebun yang kurang diperhatikan oleh petani dan pelaksanaan yang kurang sesuai dengan perancangan proyek yang telah ditetapkan, seperti ketersediaan sarana produksi, pemilihan petan peserta proyek dan keterbatasan UPP-PC.
Hasil penelitian Ajang (2003) tentaang usahatani cengkeh menunjukan bahwa,produksi dan harga cengkeh di daerah penelitian cukup berfluktuasi menurut umur tanaman.Produksi cengkeh tertinggi diperoleh pada saat tanaman berumur >2o tahun dan setelah umur tersebut produksinya akan menagalmi kemunduran. Sedangkan harga cengkeh di daerah tersebut selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yakni pada tahun 2001 berkisar antara Rp. 5.000 – Rp. 6.750/kg dan meningkat menjadi Rp. 60.000 – Rp. 75.000/kg.
2.2 Landasan Teoritis
Tinjauan Umum Tanaman Kakao
Tanaman kakao (Theobroma kakao, L.) termasuk warga theobroma suku dari Sterculiaceae yang banyak di usahakan oleh perkebun, perkebunan swasta dan perkebunan Negara.Tanaman kakao yang biasa dibudidayakan terdiri atas tiga jenis yaitu: 1) jenis Criollo, merupakan kakao bermutu tinggi dengan warna buah muda merah dan bila telah masak menjadi orange; 2) jenis Forastero, merupakan kakao bermutu rendah, kulit buah bnerwarna hijau atau merah; 3) jenis Trinitoria, merupakan hasil persilangan antara jenis Criollo dengan jenis Forastero.
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada etinggian 0 – 1000 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan ideal berkisar antara 1.100 – 3.000 mm/tahun. Suhu yang ideal bagi pertanaman kakao adalah berkisar antara 30 – 32oC untuk suhu maksimum dan minimumnya 18 – 21oC, dengan kelembaban nisbih 50 – 60% (Syamshulbahri, 1996)
Menurut Siregar, Riyadi dan Nuraeni (2004), tanaman kakao berakar tunggang (radix primaria) dengan pertumbuhan akar bias sampai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah bawah. Tanaman kakao memiliki batang dengan dua macam percabangan yaitu cabang yang tumbuh ke atas (ortotrop) dan cabang yang tumbuhnya ke arah samping (plagitrop). Tanaman kakao dapat berbunga pada umur tiga tahun, tetapi belum menghasilkan buah yang maksimum arena bunga yang dihasilkan masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Bunga tersebut muncul dari bekas ketiak daun baik pada batang maupun pada cabang. Buah kakao memiliki dua macam warna yaitu: 1) buah nuda berwarna hijau putih dan bila telah masak berwarna kuning.; 2) buah muda berwarna merah dan bila telah masak berwarna orange. Buah kakao dapat dipetik pada umur 5 – 6 bulan setelah pembunggaan. Tanda buah yang siap panen adalah bila buah digoncang-goncangkan akan berbunyi. Selanjutnya Susanto (1994), mengemukakan bahwa pemetikan buah harus menggunakan pisau yang tajam, agar bantalan bunga tidak mengalami kerusakan karena bantalan ini masih menghasilkan bunga pada musim berikutnya. Sehingga jika dalam luasan 1 Ha diusahakan tanaman kakao dengan jarak tanam 3 x 3 m, maka ada 1.100 pohon/ha. Dengan demikian maka jumlah produksi buah kakao per hektar adalah 55.000 – 132.000 buah/tahun.
Benih kakao dipilih dari buah yang masak dan besar dari pohaon yang lebat buahnya, demikian disemaikan pada bedengan yang terlindung dengan jarak tanam 5 cm setiap lubang. Setelah berakar kira-kira 15 hari, bibit dipindahkan pada polybag yang telah terisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 3, dengan penyiraman yang dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Bibit kakao siap dipindahkan ke lahan tanaman bila kecambahnya telah mencapai ± 60 cm (berumur 6 – 8 bulan). Persiapan lahan dilakukan 2 – 3 bulan sebelum penanaman termasuk pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Waktu tanam yang baik adalah awal musim hujan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam perawatan tanaman perlu dilakukan seperti: (1) penyulaman, agar jumlah tanaman tidak berkurang; (2) penyiangan, untuk membersihkan gulma dan menghindari pesaingan akar terhadap air dan unsure hara yang dilakukan tergantung kepada banyaknya gulma di sekitar pohon kakao; (3) pemangkasan, dilakukan melalui empat fase: (a) fase muda dilakukan pada tanaman berumur 8 – 12 bulan dengan tujuan utama, cabang utama mengarah pada pembentukan pohon yang baik; (b) fase remaja, pada tanaman berumur 18 – 24 bulan dilakukan secara terus-menerus dengan membuang cabang-cabang yang tidak diingini; (c) fase dewasa, dilakukan pada tanaman yang telah berumur lebih dari 2 tahun yang pada prinsipnya disebut pemangkasan produksi, dan (d) pemangkasan rehabilitasi, untuk memperbaiki kualitas tanaman kakao. Pemangkasan pada fase rehabilitasi ini dilakukan ketika tanaman mulai menunjukkan gejala penurunan produksi. Penurunan produksi, umumnya pada umur setelah 15 – 17 tahun. Setelah itu produksi akan berangsur-angsur menurun dengan produksi sangat sampai tidak berproduksi.
2.3 Biaya Produksi
Menurut Hernanto (1989) biaya produksi merupakan biaya yang dilakukan oleh petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk termasuk di dalamnya barang yang dibeli dan jasa yang dibayar di dalam maupan di luar usahatani. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dapat dibedakan atas biaya tetap dan biaya variable. Soekartawi (1995) mendefinisikan biaya tetap sebagai biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap meliputi sewa tanah, pajak, alat pertanian dan biaya penyusutan alat-alat. Biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi. Termasuk dalam biaya variable antara lain biaya pupuk, biaya bibit, biaya panen, biaya pengolahan tanah dan biaya tenaga kerja.
2.4 Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, sedangkan penerimaan itu sendiri adalah perkalian antara produksi dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Tingkat pendapatan petani merupakan focus dari setiap tujuan aktifitas usahatani, dan pendapatan tersebut menunjukkan tingkat tinggi rendahnya kemampuan modal usahatani. Tingggi rendahnya modal usahatani akan berpengaruh terhadap produksi, yang akhirnya kembali berdampak pada tingkat pendapatan petani. Sehingga pendapatan dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut :
NI = TR – TC
Dimana :
NI = Net Income (Pendapatan Bersih)
TR = Total Revenue (Total penerimaan)
TC = Total Cost (Total biaya)
2.5Kontribusi
Tualaka (2003) mengemukakan bahwa pemahaman dari peranan/kontribusi dari cabang usahatanimemberikan gambaran bahwa setiap cabang usahatani dalam memberikan sumbangan kepada pendapatan rumah tangga tentunya berbeda. Kontribusi dapat diartikan sebagai sumbangan nilai yang menunjukkan besarnya peranan dalam suatu system. Sehingga kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah tangga petani atau penduduk setempat adalah sumbangan yang di terima petani dalam bentuk nilai produksi dari bentuk komoditi kakao yang diusahakannya. Besarnya nilai yang disumbangkan dari usahatani kakao terhadap keseluruhan yang diterima runah tangga petani dari kegiatan usahatani maupun kegiatan non usahatani. Lebih lanjut dikatakan bahwa kontribusi ini dapat diketahui melalui analisis input – output.
Untuk mengetahui nilai kontribusi, Soekartawi (1995) memformulasikannya dengan membandingkan besarnya nilai persentase yang diperoleh dari perhitungan rasio suatu kegiatan terhadap total pendapatan rumah tangga. Secara matematis konsep ini dapat diformasikan sebagai berikut :
X = Total Pendapatan Usahatani Kakao x 100%
Total Pendapatan Rumah Tangga
Dimana :
X = Kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap total pendapatan rumah tangga petani untuk
tahun 2005 (%)
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis dan social yang tinggi, sehingga dengan demikian cukup strategis untuk dikembangkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan produktifitas, melalui suatu pengelolaan yang efisien baik aspek budidaya maupun aspek ekonomi.Dalam pengusaha komoditi kakao, petani di Desa Boru Kedang Kecamatan Wulanggitang telah menginvestasikan sejumlah modal berupa bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan alat-alat pertanian. Dengan diinvestasikannya sejumlah modal tersebut, diharapkan dapat diperoleh sejumlah keuntungan dari pengusaha perkebunan kakao tersebut.
Pola usahatani yang bersifat sederhana yang diterapkan oleh petani di daerah tersebut menjadi salah satu faktor tersebut terhadap keuntungan yang diperoleh memiliki hubungan yang linear, dimana semakin baik pola pengusahaan yang diterapkan oleh petani maka keuntungan yang diperoleh pun akan semakin besar.
Oleh karena usahatani kakao tersebut merupakan investasi jangka panjang, maka keuntungan yang diperoleh akan dinikmati setelah beberapa tahun kemudian. Dengan demikian untuk megetahui keuntungan yang diterima oleh petani dari usahatani kakao selama lima tahun terakhir, maka perlu dilakukan analisis pendapatan.
Selain itu pula, oleh karena pendapatan yang diterima dari oleh petani dari pengusahaan kakao memberikan pengaruh tersendiri bagi pendapatan rumah tangganya, maka perlu untuk dilakukan perhitungan persentase kontribusi usahatani kakao terhadap total pendapatan rumah tangga untuk tahun 2005.
Secara skematis alur pemikiran tersebut adalah seperti gambar 1 berikut ini:
1111t
Kontribusi
Gambar 1
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Kedang Kecamatan Wulanggitang Kabupaten Flores Timur. Pengumpulan datanya akan berlangsung pada Bulan Januari 2011.
3.3. Metode Pengambilan Contoh
Desa Boru Kedang dipilih sebagai lokasi penilitian karena desa tersebut merupakan salah satu sentra produksi kakao di Kecamatan Wulanggitang ( Lamp.1 ).
Populasi dalam penilitian ini adalah petani ( kepala keluarga ) yang mengusahakan tanaman kakao. Untuk memilih petani digunakan metode Simple Random Sampling, yaitu sebanya 15% atau 30% Kepala Keluarga dari 192 Kepala Keluarga yang mengusahakan tanaman kakao yang berada di Desa Boru Kedang Kecamatan Wulanggitung.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode survei. Data yang dikumpulkan meliputi : data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani contoh. Data sekunder diperoleh dari instansi/ lembaga terkait yang relevan dengan penelitian ini.
3.5. Variabel Pengamatan dan Konsep Pengukuran
Variabel yang diamati dalam penelitian ini dan pengukurannya dalah sebagai berikut:
1. Identitas responden yang meliputi:Umur (thn),tingkat pendidikan formal dan non formal,jumlah tangungan keluargan dan pengalaman berusahatani.
2. Lahan adalah luas lahan yang digunakan dalam usahatani kakao,diukur dalam satuan hektar (Ha).
3. Populasi tanaman adalah pahon kakao yang sudah atau belum berproduksi(phn).
4. Umur tanaman kakao terdiri dari umur teknis dan umur ekonomis (thn).
5.Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan setelah tanaman menghasilkan yang meliputi biaya pemeliharaan,biaya panen dan pasca, yang diukur dalam rupiah per tahun (Rp/thn).
6.Biaya Overhead adalah biaya yang secara langsung dikeluarkan perusahan diantaranya pajak tanah,yang dihitung 10% dari total biaya dan pajak lainnya,yang diukur dalam rupiah per tahun (Rp/thn).
7.Produksi adalah jumlah output yang dihasilkan tanaman kakao berupa biji kering kakao yang diukur dalam satuan kilogram(kg).
8.Harga produk adalah harga jual biji kering kakao, yang diukur berdasarkan harga berlaku di lokasi penelitian dalam satuan rupiah per kilogram(Rp/kg).
9.Penerimaan adalah jumlah produksi kakao dikalikan dangan harga berlaku di lokasi penelitian,yang diukur dalam rupiah per tahun(Rp/thn).
10.Pendapatan adalah pendapatan dari usaha perkebunan kakao.Selisih antara penerimaan dengan pengeluaran total usahatani kakao tahun 2005, yang diukur dalam rupiah per tahun(Rp/thn).
11.Total pendapatan rumah tangga yang diterima petani dari berbagai cabang usahatani untuk tahun 2005 yang diukur dalam rupiah(Rp).
12.Kontribusi adalah sumbangan yang diterima dari petani dalam bentuk nilai produksi dari komoditi kakao tahun 2005 yang diukur dalam persen(%).
3.6.Model dan Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan diedit,ditabulasi kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
Untuk menjawab tujuan pertama akan digunakan analisis deskriptif,yang didasarkan pada informasi yang diperoleh dan hasil analisis data.
Untuk menjawab tujuan kedua dilakukan estimasi pendapatan yang diterima dalam usahatani kakao yang secara matematis model tersebut diformulasikan menurut Soekartawi(1996)adalah sebagai berikut:
NI = TR – TC
Dimana:
NI = Net Income(Pendapatan Usahatani Kakao)
TR = Total Revenue(Total Penerimaan Usahatani Kakao Tahun 2005, yang diperoleh
darihasil kali antara harga komoditi dengan total produksi baik yang dijual, maupun
yang tidak dijual
TC = Total Cost(Total Biaya Usahatani Kakao untuk tahun 2005,yang merupakan jumlah
biaya produksi tetap,biaya tidak tetap dan biaya overhead sela,a tahun 2005)
Untuk menjawab tujuan ketiga dilakukan analisis perbandingan antara total pendapatan yang diterima dari usahatani kakao terhadap total pendapatan rumah tangga petani yang secara matemati model tersebut diformulasikan sebagai berikut:
X = Total Pendapatan Usaha Tanix 100%
Total Pendapatan rumah tangga
Dimana :
X = kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap total pendapatan rumah tangga petani
untuk tahun 2005 ( % )
DAFTAR PUSTAKA
Ajang dionosius, 2003, Kajian Ekonomi Usahatani Cengkeh(Eugenia Aromatica,OK) di Kelurahan Mando Sawu Kecamatan Paco Ranaka Kabupaten Manggarai skirpsi Faperta Undana, kupang.
Danas Perkebunan Flores Timur, 2006 , laporan tahunan.
Firman A.B ., dan Sirait S.M., 1990, Perencanaan dan Evaluasi suatu sistem untuk proyek pembangunan, penerbit Bina Aksara, Jakarta
Gitingger Prince J., 1990, Evaluasi Proyek, Rineka Cipta, Jakarta
Hermanto F., 1989, lmu ushatani, Swadaya, Jakarta.
Kadariah, dkk., 1978, Pengantar Evaluasi Proyek, Lembaga Penelitien Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia , Jakarta
MPR-RI,1999, Garis – Garis besar haluan Negara,sekretariat MPR-RI,Jakarta
Nasarudin Usman,1988, Pedoman praktis BudidayaTanaman Perkebunan, PD.Mahkota,Jakarta
Siregar,H. S. T.,dan Riwyadi S. Nurreni L.,1998, Cokelat, pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran, Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekarwi, 1996, Panduan Membuat Usulan Proyek Pertanian dan Pedesaan, Penerbit Andi, Yokyakarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Jika Anda memiliki masalah keuangan, sekarang saatnya Anda tersenyum. Anda hanya perlu menghubungi Bpk. Benjamin dengan jumlah yang ingin Anda pinjam dan periode pembayaran yang sesuai untuk Anda dan Anda akan memiliki pinjaman dalam waktu kurang dari 48 jam. Saya hanya mendapat manfaat untuk keenam kalinya pinjaman 700 ribu dolar untuk jangka waktu 180 bulan dengan kemungkinan membayar sebelum tanggal kedaluwarsa. Lakukan kontak dengannya dan Anda akan melihat bahwa dia adalah orang yang sangat jujur dengan hati yang baik. Surelnya adalah lfdsloans@lemeridianfds.com dan nomor telepon WhatApp-nya adalah + 1-989-394-3740
Posting Komentar