KERAJINAN DARI DAUN LONTAR
“Sendal Lontar”
NAMA : LORRY LONNY DJO
NIM/SEMESTER : 0804022576/VI
PRODI : AGRIBISNIS
DOSEN PA : IR. ROY NENDISSA, MP
(sendal dari daun Lontar)
Tatabeis (bahasa rote)
1.1 PENGENALAN
Pohon lontar atau siwalan berasal dari India kemudian tersebar sampai ke Papua Niugini, Afrika, Australia, Asia Tenggara dan Asia tropis. Tanaman ini tumbuh melimpah di India, Myamnar dan Kamboja.
Pohon berbatang lurus, tidak bercabang, tinggi 15-40 m. Kulit luar batang hitam seperti tanduk dengan urat bergaris-garis kuning. Tajuk tinggi mencapai 4 m. Tangkai daun sampai 1 m, pelepah lebar, bagian atas hitam, dengan duri tempel pada tepinya. Helaian daun bulat, berdiameter 1-1,5 in, bercangap menjari. Tangkai tongkol bunga sampai 0,5 m, membengkok, panjang bulir 20-30 cm.
Buah bulat peluru, diameternya 7-20 cm, berat 1,5-2,5 kg, ungu tua sampai hitam. Daging buah muda keputih-putihan, daging buah dewasa kuning yang berubah menjadi serabut.
1.2 KEGUNAAN
1. Nira untuk mengobati batuk - berdarah dan disentri, untuk membuat gula palem, - dan untuk membuat minuman keras melalui fermentasi (kadar alkoholnya 5-6%).
2. Daunnya dibuat atap rumah, keranjang, sapu, anyaman tikar, bahan bakar, dan pada jaman dahulu digunakan untuk menulis.
3. Tangkai daun dibuat pagar atau bahan bakar.
4. Serat dan muda atau batangnya ditenun menjadi sarung, topi, kotak, tikar, tah, sikat pakfilan dan aneka perhiasan.
5. Batangnya kuat dan lurus dibuat bahan bangunan dan jembatan.
6. Umbutnya sebagai sayur atau dimakan mentah rasanya manis segar.
7. Bagian dalam batang atas mengandung tepung dibuat makanan kecil.
8. Buah yang masak dikeringkan ditambah tepung beras untuk membuat kue dan selai.
9. Di Makasar akar kecambah lontar berukuran sebesar jari digoreng atau direbus.
10. Di Myanmar dan Kamboja tanaman lontar dimanfaatkan sebagai tanaman penahan angin atau tanaman pembatas. Dan masih banyak lagi kegunaan dari Pohon lontar ini.
1.3 PRODUKSI
• Di Sri Lanka dari area seluas 25.000 ha diperkirakan ada 10.000.000 pohon
• Di India dari luas yang sama terdapat 60.000.000 pohon.
• Di Myanmar ada 2.500.000 pohon
• Di Kamboja pada area tersebut tercatat 1.800.000 pohon. Pada tahun 1968 produksi gula lontar di Kamboja sekitar 10.000 ton per tahun.
• Di Indonesia sendiri dari luas penanaman sekitar 15.000 ha yang terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura hanya ditemukan 500.000 pohon.
• Selain itu ada juga perkebunan lontar di Sulawesi, kepulauan Sunda Kecil, Maluku dan Irian Jaya, tapi tidak diketahui jumlahnya.
1.4 KANDUNGAN KIMIA
Nira mengandung 17-2011/o bahan kering,
pH 6,7-6,9. Setiap liter mengandung protein dan asam amino (360 mg N),
sukrosa 13-18%,
P. 110 mg,
K 1900 mg,
Ca 60 mg,
Mg 3 0 mg, vitamin B 3,9 TU vitamin C 132 mg,
dan abu 4-5 g.
Buah segar beratnya sekitar 2790 g (100%)
terdiri atas kelopak bunga 175 g (6,3%),
sabut 120 g (4,3%),
tempurung 66 g (2,4%),
daging buah 1425 g (51,0%) dan 3 buah biji beratnya 1004 g (36,0%).
1.5 EKOLOGI
Beradaptasi di daerah kering, curah hujan 500-900 mm per tahun, juga tumbuh di daerah dengan curah hujan per tahun sampai 5000 mm. Tumbuh liar di tanah berpasir, juga tanah yang kaya bahan organik. Perbanyakan dan pertumbuhan Perbanyakan dengan biji.
Biji Yang besar dan sehat ditanam pada kedalaman 10 cm dan jarak tanam 3-6 m. Biji berkecambah 45-60 hari setelah tanam. Daun payung pertama muncul setelah 9-12 bulan. Pada umur 4-6 tahun, tumbuh roset. Pertumbuhan batang sekitar 30 cm per tahun.
Pertumbuhan daun yang optimal mencapai 14 lembar per tahun, sehingga tajuk dibentuk oleh sekitar 60 daun.
Bila lingkugan tidak menguntungkan tajuk hanya memiliki 30 daun.
Pohon tontar berbunga dan berbuah setelah 12-20 tahun, pada musim kemarau. Umur pohon lontar mencapai 150 tahun, yang memiliki nilai ekonomi hanya sampai 80 tahun.
1.6 PANEN DAN PEMROSESAN
Hasil pohon lontar berupa nira dan buah. Dibandingkan pohon jantan pohon betina menghasilkan nira lebih banyak, lebih manis, lebih merah dan lebih kental sehingga lebih cocok untuk pembuatan gula yang berwarna kuning-coklat muda.
Penyadapan nira setelah pohon berumur 25-80 tahun. Bunga yang belum mekar dipancung/ditoreh, kemudian cairan ditampung tabung bambu. Penyadapan pada sore hari lebih baik daripada pagi hari, karena perolehan nira lebih banyak.
Nira dimasak sampai menjadi adonan yang kental, diaduk agar tidak gosong, dicetak menggunakan cetakan yang terbuat dan potongan bambu, tempurung kelapa atau cetakan yang lain. Setelah mengental gula dikeluarkan dari cetakan. Selanjutnya dikeringkan.
Hasil nira setiap pohon bervariasi rata-rata 100-160 liter per pohon per tahun. Hasil gula tiap pohon diperkirakan 16-70 kg per pohon per tahun. Bila penanaman bertujuan untuk menghasilkan buah, hasil buah per pohon berkisar 200-350 buah per tahun.
4.7 HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang banyak menyerang lontar adalah kumbang Orycctes dan Rhynchophorus. Penyakit yang paling berbahaya adalah busuk upih dari jamur Phytophthora palmifora.
Gejalanya bercak-bercak pada belaian daun yang menjalar sampai ke tunas. Kemudian tunas akar membusuk. Pohon yang terserang harus segera dimusnahkan dan dibakar untuk menghindari penularan pada pohon yang lainnya.
4.8 SALAH SATU OLAHAN DARI LONTAR
Daun Lontar (Borassus flabellifer) di Nusa Tenggara Timur digunakan sebagai media penulisan naskah lontar dan bahan kerajinan atau souvenir seperti tikar, topi (ti’ilangga dari daerah rote), aneka keranjang, tenunan untuk pakaian, lintingan rokok, sarung pisau atau parang, haik (alat timba atau wadah tuak manis), tempat sirih, sandal tradisional, kipas api tungku, sasando yaitu alat musik tradisional dari Rote dan atap rumah Tangkai dan pelepah pohon Siwalan (Lontar atau Tal) dapat menhasilkan sejenis serat yang baik. Pada masa silam, serat dari pelepah Lontar cukup banyak digunakan di Sumba, Sabu dan Rote ptovinsi Nusa Tenggara Timur untuk menganyam tali atau membuat songkok, semacam tutup kepala setempat.
Daun lontar yang digunakan dalam pengolahan barang kerajinan maupun lain-lain adalah daun lontar yang masih muda atau yang sering disebut polok. Sebelum diolah polok ini dijemur terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengurangi kadar air dalam daun. Penjemuran ini mebutuhkan waktu kurang lebih satu hari.
Salah satu olahan yang bisa di buat dari daun lontar adalah Sendal yang yang bealakangan ini sudah bisa di gunakan oleh masyarakat kota kupang. Sandal jepit atau sandal jepang adalah sandal berwarna-warni berbahan karet atau plastik. Tali penjepit berbentuk huruf "v" menghubungkan bagian depan dengan bagian belakang sandal. Bagian alas bisa dibuat dari karet, plastik, kayu, ban bekas, anyaman tali, atau anyaman rumput.
SANDAL LONTAR, SANDAL UNIK ANYAMAN DARI BAHAN DAUN LONTAR
Negara Asal: Indonesia
Harga: Rp. 5000,-
Jumlah: MIN 1000 PASNG/PESANAN
Kemas & Pengiriman: PAK/PASANG
Keterangan: Sandal hotel atau alas kaki unik yang terbuat dari daun lontar, UNIQUE, ETNIC, ARTISTIC, FASHION GREEN sangat ringan, dan cocok di pakai untuk orang yang memiliki citarasa seni tinggi. Sangat cocok di gunakan di hotel - hotel maupun untuk sovenir.
Cara Membuat Kerajinan “Tempat Sirih”
Umunya untuk membuat anyaman yang akan dibentuk menjadi tempat sirih akan menggunakan daun lontar yang masih muda agar kuat dan tahan lama dan daun yang dipilihpun yaitu daun yang tidak berlubang dan berwarna hijau merata agar terlihat indah saat dibentuk tempat sirih.
Alat dan Bahan:
1. Pisau
2. Parang
3. Daun lontar yang muda
4. Kesumba (warna sesuai selera)
Cara Membuat:
1. Daun muda yang diambil dibersihkan/ dihaluskan permukaannya
2. Daun dipotong dengan lebar 3 cm
3. daun dicuci kemudian dijemur selama 3 jam
dan jangan terlalu kering.
4. Daun dianyam biasa umumnya dan menganyam selip
( berbentuk segitiga, salib, kotak, dsb ) sesuai model sendal
0 komentar:
Posting Komentar