Saat ini, mata dunia mulai tertuju ke Pulau Rote karena keindahan eksotik alamnya. Pulau paling selatan Indonesia ini memiliki banyak ciri khas budaya dan keindahan alamnya, mulai dari Sasando, Ombak Pantai Bo’a Nembrala yang sudah ‘mendunia’ bagi peselancar, aneka tarian tradisional, kain dan busana tradisional, aneka kerajinan tangan, pulau-pulau kecil yang eksotik, peninggalan-peninggalan sejarah yang sayang untuk dilewatkan dan masih banyak yang akan kita jumpai di Nusa fua funi itu.
Nusa Lote Nusa Malole (Pulau Rote, pulau yang baik-red) sering diplesetkan sebagai ROhnya TEknologi. Orang Rote memang sangat terkenal dan memiliki kemampuan menciptakan berbagai macam teknologi. Senjata api misalnya, merupakan pekerjaan mudah bagi orang Rote. Dalam keseharian, orang-orang suku lain di Nusa Tenggara Timur selalu berkata ‘apa sih yang tidak bisa dilakukan orang Rote?!. Hal ini juga yang ‘mengamcam’ keberadaan orang Rote diberbagai tempat. Orang Rote selalu menjadi stereotype, bahkan dianalogikan sebagai ‘musuh besar’ dan lebih ‘berbisa’ dari pada ular. Jika ada pertanyaan, ketemu ular dan orang Rote di Hutan, siapa yang akan di’bunuh’ terlebih dahulu?, semua akan menjawab orang Rote lebih dahulu.
Patung Topi Ti `i Langga Raja topi masih dipakai sebagai bagian dari pakaian tradisional orang Roti, yang menenun mereka dari daun muda dari pohon lontar (Borassus flabellifer). Desain mereka echo topi dan helm yang dikenakan oleh para pelaut Portugis, yang mulai mengunjungi Roti pada abad 16. Portugis adalah orang Eropa pertama yang mencoba untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah melalui kolonisasi, dan mereka mendirikan basis permanen di seluruh nusantara, Malaka di Semenanjung Melayu, Makassar di Sulawesi, dan Dili di Timor Timur adalah pusat utama dari kekuasaan Portugis. Roti adalah tetangga dekat Timor, dan meskipun itu bukan tujuan perdagangan rempah-rempah, itu jatuh dalam lingkup pengaruh Portugis. Untuk hari ini, warisan Portugis di kepulauan tenggara Indonesia tetap kuat. , Pulau Rote sudah go International dengan Sasando-nya (alat music tradisional), kini giliran Ti’i Langga. Meksiko boleh terkenal dengan Sombrero-nya, tapi jangan lupa Sombrero orang Rote alias Ti’i Langga tidak kalah uniknya untuk dimiliki.
Topi kebanggaan orang Rote ini memiliki filosofi tersediri dan melekat erat dalam kepribadian orang Rote. Jiwa kepemimpinan, kewibawaan, percaya diri, menjadi contoh atau teladan terkandung dalam Ti’i Langga tersebut. Ketika anda (laki-laki) memakai topi tersebut anda akan merasakan nilai-nilai ini. Pun demikian, ada hal lain yang tidak kalah menariknya untuk diketahui. Terbuat dari daun lontar kering dengan kadar air yang tidak terukur dan semakin lama semakin mengering, membuat Ti’i Langga berubah warna dari kuning mudah menjadi coklat dan ‘antena’ yang tadinya tegak menjadi ‘miring’ dan sulit ditegakkan kembali. Disini menggambarkan karakter orang Rote yang tergolong sangat ‘keras’. Orang Rote punya prinsip hidup yang kuat, ketika mereka katakan salah tidak akan ada kompromi bila kita katakan itu benar. Kalau otaknya sudah ‘miring’ sangat sulit untuk dikendalikan sama halnya dengan Ti’i Langga yang sudah miring antenanya.
Bahan dasar Ti’i Langga adalah daun lontar yang sudah dikeringkan. Keunikan dan memiliki nilai eksotik menjadi cindera mata pilihan bagi para pelancong. Ciri khas lainnya, Ti’i Langga menjadi hiasan dinding orang Rote.
Alat dan bahan :
- 4 daun polok
- 4 lidik dari tulang daun lontar
- 1 bebak daun lontar
- Bahan lain (benang)
- Unduk
- Pisau
Cara pembuatan :
Ambil daun polok yang sudah tersedia kemudian daun tersebut di potong kecil menjadi 65 bagian,anyam daun tersebut seperti topi baru dilipat menjadi plat, setelah itu rakit pinggir dari topi dengan lidik dari tulang daun lontar tersebut bagian ini yang agak rumit karna membutuhkan ketelitian dan kerapian agar hasilnya rapi setelah selesai bagian pinggir tpoi tersebut barulah bagian yang terakhir di buat adalah antenanyadi buat dari ppolok kontar tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar