BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
”Tikar Sebagai Salah Satu Hasil Kerajinan Dari Tanaman Lontar”
OLEH :
NAMA : RENALDI ALU
NIM
JURUSAN :
: 0804022590
SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
SEMESTER : VI (ENAM)
DOSEN PENGASUH : Ir. IDA NURWIANA, M.Si
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2011
Pohon Siwalan (Lontar)
Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Pohon Lontar (Borassus flabellifer) menjadi salah satu flora identitas provinsi Nusa Tenggara Timur. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira), difermentasi menjadi tuak dan cuka ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis gula merah).
Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm. Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an butir. Buahnya bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit berwarna hitam kecoklatan. Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang berwarna kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras.
Pohon Siwalan atau Pohon Lontar dibeberapa daerah disebut juga sebagai ental atau siwalan (Sunda, Jawa, dan Bali), lonta (Minangkabau), taal (Madura), duntal (Saksak), juntal (Sumbawa), tala (Sulawesi Selatan), lontara (Toraja), lontoir (Ambon), manggitu (Sumba) dan tuak (Timor). Dalam bahasa inggris disebut sebagai Lontar Palm.
Pohon Siwalan atau Lontar (Borassus flabellifer) tumbuh di daerah kering. Pohon ini dapat dijumpai di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di Indonesia, Pohon Siwalan tumbuh di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi. Pohon Siwalan atau Lontar mulai berbuah setelah berusia sekitar 20 tahun dan mampu hidup 80 sampai 100 tahun lebih.
Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan : Plantae;
Divisi : Angiospermae;
Kelas : Monocotyledoneae;
Ordo : Arecales;
Famili : Arecaceae (sinonim: Palmae);
Genus : Borassus;
Spesies : Borassus flabellifer.
Kandungan Kimia Lontar :
Nira mengandung 17-2011/o bahan kering, pH 6,7-6,9. Setiap liter mengandung protein dan asam amino (360 mg N), sukrosa 13-18%, P. 110 mg, K 1900 mg, Ca 60 mg, Mg 3 0 mg, vitamin B 3,9 TU vitamin C 132 mg, dan abu 4-5 g. Buah segar beratnya sekitar 2790 g (100%) terdiri atas kelopak bunga 175 g (6,3%), sabut 120 g (4,3%), tempurung 66 g (2,4%), daging buah 1425 g (51,0%) dan 3 buah biji beratnya 1004 g (36,0%).
Hama dan Penyakit :
Hama yang banyak menyerang lontar adalah kumbang Orycctes dan Rhynchophorus. Penyakit yang paling berbahaya adalah busuk upih dari jamur Phytophthora palmifora. Gejalanya bercak-bercak pada belaian daun yang menjalar sampai ke tunas. Kemudian tunas akar membusuk. Pohon yang terserang harus segera dimusnahkan dan dibakar untuk menghindari penularan pada pohon yang lainnya.
Ekologi Tanaman Lontar :
Beradaptasi di daerah kering, curah hujan 500-900 mm per tahun, juga tumbuh di daerah dengan curah hujan per tahun sampai 5000 mm. Tumbuh liar di tanah berpasir, juga tanah yang kaya bahan organic.
Pemanfaatan Pohon Siwalan
Kayu dari batang lontar bagian luar bermutu baik, berat, keras dan berwarna kehitaman. Kayu ini kerap digunakan orang sebagai bahan bangunan atau untuk membuat perkakas dan barang kerajinan. Air Sedapan (Nira) bisa dibuat menjadi alkohol medick, bio etanol, kecap asin & manis, gula batu, gula merah, cuka, dlll. Dari karangan bunganya (terutama tongkol bunga betina) dapat disadap untuk menghasilkan nira lontar (legen). Nira ini dapat diminum langsung sebagai legen (nira) juga dapat dimasak menjadi gula atau difermentasi menjadi tuak, semacam minuman beralkohol dan juga sebagai bumbu masak yaitu cuka.
’
Buahnya, terutama yang muda, banyak dikonsumsi. Biji Lontar yang lunak ini kerap diperdagangkan di tepi jalan sebagai “buah saboa” (Timor). Biji siwalan ini dipotong kotak-kotak kecil untuk bahan campuran minuman es dawet siwalan atau es campur. Daging buah yang tua, yang kekuningan dan berserat, dapat dimakan segar ataupun dimasak terlebih dahulu. Cairan kekuningan darinya diambil pula untuk dijadikan campuran penganan atau kue-kue; atau untuk dibuat menjadi selai.
Daun Lontar (Borassus flabellifer) di Nusa Tenggara Timur digunakan sebagai media penulisan naskah lontar dan bahan kerajinan atau souvenir seperti tikar, topi (ti’ilangga dari daerah rote), aneka keranjang, tenunan untuk pakaian, lintingan rokok, sarung pisau atau parang, haik (alat timba atau wadah tuak manis), tempat sirih, sandal tradisional, kipas api tungku, sasando yaitu alat musik tradisional dari Rote dan atap rumah Tangkai dan pelepah pohon Siwalan (Lontar atau Tal) dapat menhasilkan sejenis serat yang baik. Pada masa silam, serat dari pelepah Lontar cukup banyak digunakan di Sumba, Sabu dan Rote ptovinsi Nusa Tenggara Timur untuk menganyam tali atau membuat songkok, semacam tutup kepala setempat.
KERAJINAN TIKAR DARI DAUN LONTAR
Di tempat ‘Kerajinan Sasando Dalek Esa’ (Jalan Timor Raya Kilometer 8 No.5 Oesapa, Kupang- NTT), daun lontar yag sudah kering selama sebulan, dianyam menjadi tikar, dianyam dua lapis dan bagian ujungnya dilipat membentuk segitiga dan membentuk sisi tikar. Kemudian setelah dianyam, dirapikan ujung-ujung daun lontar yang masih tersisa dengan menggunakan pisau lalu dijemur. Tikar digunakan untuk alas tidur sedangkan tikar besar digunakan untuk menjemur padi, jagung, dll. Selain untuk tempat tidur dan alas jemuran, juga digunakan untuk alas duduk bagi tamu-tamu yang sangat dihormati ketika acara-acara adat. Karena bahan baku daun lontar untuk tikar makin mahal, harga jual tikar terus naik yang saat ini Rp 20.000 – Rp. 25.000 per pcs ukuran 1,5 m sampai 2 meter. Bahan utama tikar yaitu daun lontar dibeli oleh pengrajin dari Lasiana dengan harga Rp. 5000/ polok. Hal ini mengingat daun lontar di sekitar tempat kerajinan ini sudah makin langka karena ditebang karena rusak ataupun untuk dijadikan lahan proyek pembangunan.
Gambar – gambar proses pembuatan Tikar bentuk mini (ukuran kecil)di Rumah Kerajinan Dalek Esa Kota Kupang :
1 komentar:
foto nya mana?
Posting Komentar