Senin, 10 Oktober 2011
SISTEM PRODUKSI SAOS SAMBAL DAN SEHAT USAHA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “GAPOKTAN TURATANA” DI PRAIKARARA DESA ANAKALANG KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPOSAL RENCANA PENELITIAN
OLEH :
UMBU JOKA
08 04 02 2598
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2010
PENDAHULUAN
Latar belakang
Memaknai sebuah peran pembangunan bisa ditinjau dari banyak sisi atau sudut pandang, banyak faham yang dikemukakan oleh para ahli.Masing – masing ahli datang dengan indikator yang mencerminkan tentang penyebab dan aplikasi dari teori yang sebenarnya telah menjadi konsumsi sehari – hari di lingkungan masyarakat.Indonesia sebagai Negara berkembang, Indonesia pada waktu pemerintahan Orde Baru telah mencoba menerapkan Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) yang berlangsung mulai dari tahun 1969 – 1994 dengan tujuan membangun sebuah struktur ekonomi yang seimbang, dimulai dari sektor pertanian yang tangguh sebagi sektor primer, industri yang maju sebagai sektor sekunder, dan jasa. Tujuan dari pembangunan nasional ini sudah dituangkan dalam GBHN (Garis - Garis Besar Haluan Negara).
Sebagai Negara berkembang, pada PJP I pemerintah merancangkan bahwa di akhir Repelita V Indonesia sudah bisa mencapai tahap ketiga dalam teori Rostow yaitu tahap “Takeoff” atau tinggal landas secara ekonomi, ternyata hal tersebut masih belum bisa tercapai karena banyak faktor yang mempengaruhi selain halangan krisis ekonomi yang kemudian berkembang menjadi krisis moneter yang cukup memperburuk kondisi perekonomian Indonesia. Salah satu permasalahan yang paling krusial yaitu dalam hal pembangunan pertanian, untuk dapat mencapai pertanian yang tangguh seperti yang ingin dituju pada PJP I, kita masih terhalang yaitu perebutan sektor pertanian dan sektor – sektor lain yang berbasis sumberdaya alam antara kepentingan pasar dan kepentingan politik. Kebijakan ekonomi dan politik sering tidak bersahabat dengan sektor pertanian, yang merupakan tulang punggung perekonomian bangsa karena sebagian besar penduduk Negara ini bergantung pada pekerjaan di sektor ini, selain itu sektor ini terbukti sebagai sektor yang paling tahan uji pada saat krisis melanda Negara ini medio 1997 – 1998.
Peralihan dari pendekatan sektor pertanian yang bersifat pendekatan usahatani ke arah pertanian yang pendekatan agribisnis dirasa menjadi salah satu solusi dalam mendukung sektor industri yang berbasis komoditi pertanian.Pengertian agribisnis sendiri dalam arti yang dipersempit adalah perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Sedangkan menurut (Downey dan Erickson, 1989 dalam Sagran 2009), agribisnis meliputi seluruh bahan masukkan usahatani, produk yang memasok bahan masukkan usahatani yang terlibat dalam bidang produksi dan pada akhirnya menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan, baik secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir.
Agribisnis mencakup subsistem sarana produksi atau bahan baku di hulu, proses produksi biologis ditingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transformasi berbagai fungsi bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan), dan tempat (pergudangan) di tengah, serta pemasaran dan perdagangan di hilir, dan subsistem pendukung lainnya seperti jasa, permodalan, perbankan dan seagainya (Arifin, 2004). Sebagai motor penggerak pembangunan pertanian, agribisnis diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan pertanian daerah baik dalam sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional (Soekartawi, 2001).
Agroindustri merupakan salah satu subsitem dari agribisnis selain input, usahatani, pemasaran, dan kelembagaan sebagai penunjang. Agroindustri merupakan pengolahan bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan dengan berbagai bentuk dan perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengawasan, sampai pemasaran yang berdampak langsung pada peningkatan nilai tambah, kualitas hasil, penciptaan tenaga kerja, peningkatan produksi dan peningkatan nilai tambah yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan (Leki,2000 dalam Sagran 2009).
Kegiatan agroindustri dalam skala yang lebih kecil atau bisa disebut Homeindustri yang lebih familiar dengan istilah industri rumah tangga, adalah industri yang mempekerjakan satu sampai empat orang tenaga kerja dalam mengelola kegiatannya (BPS, 2002). Pada umumnya industri ini digeluti demi menambah pendapatan keluarga, tidak bisa dipungkiri peran industri rumah tangga dengan skala kecil ini cukup mendorong perubahan di sektor pertanian, dan juga bisa mendatangkan nilai tambah ekonomis yang tinggi, hal ini menyebabkan industri skala kecil ini berkembang dengan cukup pesat di pedesaan maupun di perkotaan (kususnya di daerah perferi atau pinggiran kota yang dekat dengan sentra produksi pertanian atau peternakan).
Industri rumah tangga yang digeluti oleh para petani yang tergabung dalam “GAPOKTAN TURATANA” merupakan salah satu pendatang baru dalam percaturan industri skala kecil yang berbasis pertanian. Industri rumah tangga ini memanfaatkan komoditi seperti tomat dan cabai yang kemudian dalam kegiatan dalam kegiatan produksinya diolah menjadi sambal tomat.
Industri ini merupakan salah satu industri rintisan dari BP2KP (Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan) Kabupaten Sumba Tengah, melalui salah satu program kerjanya BP2KP mengadakan pelatihan teknikdan manajemen serta kemitraan terhadap para petani – petani tomat dan cabai di Praikarara. Pembimbingan tidak hanya berhenti pada kegiatan onfarm tetapi kemitraan ini berlanjut dengan pembentukan industri rumah tangga yang mengolah cabai dan tomat hasil produksi petani dalam kelompok – kelompok tani di daerah itu menjadi saos sambal serta manajemen usaha dan pemasaran produk pasaca panen dan produksi. BP2KP Sumba Tengah juga menjalin kemitraan dengan gabungan kelompok tani lainnya di sekitar Kabupaten Sumba Tengah dalam mengembangkan produk – produk pertanian agar memiliki tambahan keunggulan baik secara komparatif dan kompetitif.
Menilik dari usia industri rumah tangga ini yang masih muda tetapi berkat pendampingan dari penyuluh – penyuluh pertanian BP2KP maka menjadi menarik untuk peneliti mengadakan peneltian tentang sistem produksi, kondisi keuangan industri rumah tangga ini, dan kriteria sehat usahanya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana proses produksi sambal tomat pada industri rumah tangga “ GAPOKTAN TURA TANA” di Desa Praikarara Kabupaten Sumba Tengah?
Bagaimana kondisi keuangan industri rumah tangga “GAPOKTAN TURA TANA” di Desa Praikarara Kabupaten Sumba Tengah?
Bagaimana prospek pengembangan usaha pada industri rumah tangga “GAPOKTAN TURA TANA” di Desa Praikarara Kabupaten Sumba Tengah?
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
Mendeskrisikan proses produksi sambal tomat pada industri rumah tangga “ GAPOKTAN TURA TANA” di Desa Praikarara Kabupaten Sumba Tengah.
Mendeskripsikan kondisi keuangan industri rumah tangga “GAPOKTAN TURA TANA” di Desa Praikarara Kabupaten Sumba Tengah.
Mengetahui prospek pengembangan usaha pada industri rumah tangga “GAPOKTAN TURA TANA” di Desa Praikarara Kabupaten Sumba Tengah.
Penelitian ini diharapkan berguna :
Sebagai bahan informasi bagi pengelola industri rumah tangga “ GAPOKTAN TURA TANA” di Desa Praikarara Kabupaten Sumba Tengah dalam merencanakan pengembangan usahanya.
Sebagai bahan informasi bagi pemerintah.
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rujukan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Chrisminingsih (2000) tentang pola kegiatan Agroindustri Tahu untuk Mendukung Nilai Tambah Komoditas Kedelai Di Kota Kupang, menunjukkan bahwa secara ekonomis agroindustri tahu tempe di Kelurahan Bakunase mencapai tingkat efisien, karena penggunaan biaya yang diperoleh dari nilai perbandingan pendapatan kotor dengan total biaya adalah menguntungkan.
Adu (2005) dalam penelitian tentang kajian Ekonomi Produk Kecap Pada Industri Rumah Tangga “Lestari” Di Kelurahan Fatululi Kota Kupang menyatakan bahwa pengolahan kecap pada industri rumah tangga “Lestari” sejauh ini masih sederhana.Hal ini dapat terlihat dari penggunaan peralatan produksi yang masih sederhana, seperti nyiru, saringan, wajan, pisau, kompor, drum, corong aluminium, dan dacing timbangan. Peralatan yang digunakan sejak tahun 1999 – 2003 tetap sama tetapi mengalami perubahan dalam jumlah. Struktur organisasi yang belum jelas pembagian tugas untuk setiap tenaga kerja, dan juga proses produksi kecap yang masih dilakukan secara manual oleh tenaga kerja. Tenaga kerja yang bekerja pada industri rumah tangga ini berjumlah 2 orang semuanya pria dan tidak memiliki pembagian tugas yang jelas sehingga semua kegiatan dilakukan secara bersama – sama oleh semua tenaga kerja. Secara ekonomi usaha ini menguntungkan, namun cenderung menurun, hal ini ditunjukkan oleh R/C ratio yang diperoleh yaitu : tahun 1999 sebesar 1,915; tahun 2000 sebesar 1,629; tahun 2001 sebesar 1,628; tahun 2002 sebesar 1,416 dan tahun 2003 sebesar 1,404.
2.2. Tinjauan Teoritis
2.2.1. Industri Rumah Tangga (Home Industri)
Industri rumah tangga (Home Industri) merupakan bagian dari industri kecil yaitu industri yang diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga. Industri rumah tangga mencakup kegiatan usaha yang mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman atau ternak.
Mubyarto (1994) menyatakan bahwa tujuan untuk memajukan industri kecil bukanlah semata – mata untuk meningkatkan output atau nilai tambah sektor industri tetapi untuk meningkatkan pendapatan bagi penduduk kelompok miskin di pedesaan.
BPS (2002) Industri rumah tangga adalah industri yang mempekerjakan satu sampai empat orang dengan batasan modal sebesar Rp. 500.000.000,00 pertahun.
2.2.2. Proses Produksi Saos Sambal
Harus ada teori proses produksi
Menurut Mulyadi (1986) produksi adalah pengubahan bahan - bahan dari sumber – sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang atau jasa.Dalam artian tersebut, produksi merupakan konsep yang lebih luas daripada pengolahan (manufaktur) karena pengolahan ini hanyalah sebagai bentuk khusus dari produksi.
Partadireja (1999) menyatakan produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda atau segala kegaiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran. Sehingga proses produksi adalah setiap proses untuk mengahsilkan barang dan jasa.
Swastha (1999) menyatakan produksi adalah pengubahan bahan – bahan dari sumber – sumber (tenaga kerja, bahan – bahan dan dana) menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen. Jadi proses produksi adalah suatu kegiatan yang akan melibatkan pengubahan dan pengolahan berbagai macam sumber menjadi barang atau jasa yang akan dijual.
Samuelson (1996) Dengan memanfaatkan faktor – faktor produksi seperti modal, tenaga kerja dan manajemen secraa efektif dan efisien yaitu dengan meminimalkan biaya – biaya sehingga dapat diperoleh keuntungan yang akan berdampak positif bagi perkembangan usaha. Faktor – faktor produksi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Modal
Modal adalah bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk mengahsilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi (Soekartawi, 2002 dalam Sagran, 2009). Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja menurut soehardjo dan Patong (1978) merupakan faktor produksi kedua dalam proses produksi pertanian. Dalam ilmu ekonomi tenaga kerja diartikan sebagai daya manusia untuk melakukan usaha yang diajalankan untuk memproduksi benda – benda.
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk.Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsuang adalah semua karyawan yang secara langsung ikut sertamemproduksi produk yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk yang dihasilkan, sedangkan tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung dapat diusut pada produk yang dihasilkan (Mulyadi,1999).
Manajemen
Manajemen usaha adalah kemampuan pengusaha dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi faktor – faktor produksi dalam setiap kegiatan secra efektif dan efisien agar kegiatan apapun yang dilakukan dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai (Swastha dalam Ibnu,2000).
Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh industri rumah tangga “GAPOKTAN TURA TANA” yaitu dimana tomat dan cabai dapat ditingkatkan penggunaannya menjadi saos sambal dan memiliki nilai tambah yang ekonomis yang berbeda dibandingkan dengan kedelai yang tak diolah.
Dapat ditingkatkan penggunaannya menjadi saos sambal dan memiliki nilai tambah yang ekonomis yang berbeda dibandingkan dengan cabai dan tomat yang tidak diolah.
Persyaratan Saos atau Sambal berdasarkan SNI
Persyaratan mutu saos sambal mencakup:
Keadaan (bau dan rasa : normal, khas).
Protein ( n x 6,25) (m : min, 2,5% b/b, a : min. 40% b/b)
Padatan terlarut (min. 10% b/b)
Pemanis buatan, NaCl (m : min .3% b/ba, : min. 5% b/b)
Sakarosa (m : min.40% b/b)
Pengawet, (benzoat : maks. 600 mg/Kg, metal p-hidroksibenzoal maks. 250 mg/Kg, propel p- hidroksibenzoat : maks. 250 mg /Kg)
Pewarna tambahan (sesuai SNI 01-0222-1995)
Cemaran logam, (pb ; maks. 1,0 mg/Kg, cu : maks. 30,0 mg/Kg, Zn : maks. 40,0 mg/ Kg, Sn : maks. 40,0 mg/Kg, hg : maks 0,05 mg/Kg).
Arsen, as (maks. 0,5 mg/Kg)
Cemaran mikroba, e-coli :<3 apm/g, kapang/khamir : maks. 50 kol/g).
2.2.3 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (1997), biaya-biaya yang dikeluarkan dapat dibedakan dalam beberapa jenis yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap ( Fixed cost) yaitu biaya relatif tetap jumlahnya dan tetap dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil produksi.
Biaya produksi terdiri dari 3 elemen yaitu:
Biaya Bahan Baku
Merupakan biaya-biaya secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap dipasarkan atau diserahkan kepada konsumen.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Merupakan biaya bagi para tenaga kerja yang langsung ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani segala peralatan produksi sehingga produk dari usaha itu dapat terwujud.
Biaya Overhead Pabrik
Merupakan biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya asuransi gedung, mesin, kendaraan, serta biaya listrik dan biaya air.
2.2.4. Kriteria Sehat Usaha
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui sehat tidaknya suatu usaha yang dilakukan dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu:
Likuiditas
Likuiditas adalah hubungan dengan kemampuan suatu badan usaha untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi/mempunyai kemampuan membayar dalam jangka pendek untuk semua hutang-hutangnya.Suatu badan usaha yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansil dalam jangka pendek. Suatu badan usaha dianggap memiliki kemampuan membayar semua hutangnya dalam jangka pendek apabila likuiditasnya berkisar antara 150%-200% dengan rumus (Munawir, 1983):
Rasio Sekarang = (Aktiva Lancar)/(Hutang Lancar) X 100%
Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan suatu badan usaha untuk memenuhi segala kewajiban finansil pada saat badan usaha tersebut dilikuidasi. Dengan kata lain kemampuan badan usaha untuk membayar semua hutang-hutangnya baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Badan usaha yang solvable berarti badan usaha tersebut mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, tetapi tidak dengan sendirinya bahwa badan usaha tersebut likuid. Suatu badan usaha dianggap solvable apabila mencapai solvabilitas minimal 100% dengan rumus (Munawir, 1983) :
Rasio Modal dengan Aktiva = (Modal sendiri)/(Total aktiva) X 100%
Rentabilitas
Rentabilitas menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Atau dengan kata lain kemampuan badan utuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Cara untuk menilai rentabilitas bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan digunakan. Untuk menghitung rentabilitas dengan cara membandingkan laba usaha dengan modal sendiri.
Rentabilitas modal sendiri= (Laba Bersih (sesudah pajak))/(Modal Sendiri) X 100%
2.2.5 Jenis-Jenis Harga Pokok
Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan (Kotler, 1992).
2.2.5.1 Metode Harga Pokok Pesanan
Metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
2.2.5.2 Metode Harga Pokok Proses
Metode ini produksi dikumpulkan untuk setiap proses dalam jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan (Mulyadi, 1999).
Penelitian ini dilakukan metode harga pokok proses karena metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produk perusahaan/industri yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut:
Produk yang dihasilkan berupa produk standar.
Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Industri rumah tangga “ Gapoktan TuraTana” merupakan satu-satunya industri rumah tangga di Kota Kupang yang mengolah kecap dengan menggunkan bahan baku gula merah dan kedelai dengan label “Tura Tana”. Saos sambal yang dikonsumsi ini memiliki serangkaian proses yang sangat mempengaruhi produksi Saos sambal. Industri rumah tangga ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas.Sedangkan dari segi kuantitas maka industri rumah tangga ini harus mampu berproduksi secara maksimal untuk memenuhi permintaan konsumen.
Untuk menghasilkan produk saos sambal dibutuhkan kombinasi dari berbagai faktor produksi seperti bahan baku, bahan penolong, modal, tenaga kerja, pengolahan, teknologi maupun manejemen yang berperan sebagai input produksi. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kontiunitas produksi yang akan berdampak pada pemasaran yang luas. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal, apabila pemimpin perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal, apabila pemimpin perusahaan yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses produksi. Sangat cermat dalam melakukan pengaturan dan penggunaan terhadap keseluruhan biaya yang terjadi sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan.
Industri rumah tangga “GAPOKTAN TURA TANA” selama ini sudah menyusun laporan keuangan, akan tetapi masih bersifat sederhana belum dapat diketahui apakah usaha yang dijalankan sehat atau tidak, karena perlu dilihat dari aspek likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada tiap akhir pembukuan. Bila dalam posisi sehat usaha maka akan memiliki peluang untuk perluasan produksi dan perluasan usaha. Sehingga dengan melihat aspek diatas, maka pengusaha dapat mencapai tujuannya yaitu untuk mengembangkan usahanya.
Bertolak dari uraian tersebut, maka kerangka pemikiran yang dimaksudkan dapat digambarkan pada skematis sebagai berikut :
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada industri rumah tangga “ GAPOKTAN TURA TANA”, di Praikarara Desa Anakalang Kabupaten Sumba Tengah pada bulan Desember 2010 hingga bulan Januari 2011.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode studi kasus dengan mempertimbangkan keunikan dari industry rumah tangga ini yaitu input produksi yang dihasilkan sendiri oleh kelompok – kelompok tani yang bernaung di bawahnya dan proses pengelolaan dibantu oleh tenaga penyuluh dari BP3KP Kabupaten Sumba Tengah .Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik industri rumah tangga, pengamatan langsung pada industri rumah tangga dengan berpedoman pada berbagai catatan keuangan perusahaan dan wawancara dengan para pekerja yang menjadi responden, berdasarkan daftar pertanyaan yang diberikan.Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang berhubungan dengan penelitian yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTT dan Badan Pusat Statistik NTT serta BP2KP (Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan) Kabupaten Sumba Tengah.
Pengamatan dan Konsep Pengukuran
Identitas responden pada industri rumah tangga” GAPOKTAN TURA TANA” yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan formal dan non formal, lamanya usaha dan pengalaman mengelola industri rumah tangga.
Sejarah berdirinya industri rumah tangga “GAPOKTAN TURA TANA”.
Proses produksi yaitu urutan kegiatan yang dilakukan mulai dari bahan baku sampai menjadi saos sambal.
Sumber dan asal bahan baku yaitu total Cabai merah dan Tomat yang digunakan untuk setiap proses produksi (Kg).
Jumlah bahan baku yaitu total Cabai merah dan tomat yang digunakan untuk setiap proses produksi (Kg).
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi (Rp).
Biaya bahan baku yaitu harga perolehan bahan baku yang diolah dalam setiap proses produksi (Kg).
Jumlah bahan penolong yang digunakan untuk setiap proses produksi (Kg, ikat).
Jumlah tenaga kerja langsung yaitu jumlah tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses produksi (Orang).
Biaya tenaga kerja langsung yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang langsung terlibat dalam proses produksi (Rp).
Biaya overhead pabrik yaitu semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (Rp).
Volume penjualan, berapa banyak saos sambal yang terjual (Botol).
Jumlah penjualan yaitu jumlah keseluruhan produksi yang terjual (Botol).
Harga jual adalah harga yang ditetapkan oleh industri rumah tangga “GAPOKTAN TURA TANA” (Rp/ Botol).
Modal usaha yaitu besarnya modal yang digunakan untuk memulai usaha (Rp).
Penerimaan adalah sejumlah uang yang diperoleh industri rumah tangga “ GAPOKTAN TURA TANA” dari hasil penjualan (Rp).
Kriteria sehat usaha, dipergunakan untuk mengetahui sehat tidaknya suatu usaha yang dilakukan.
Likuiditas adalah berhubungan dengan kemampuan suatu badan usaha untuk memenuhi kewajiban finansilnya (%).
Solvabilitas adalah kemampuan suatu badan usaha untuk memenuhi segala kewajiban finansilnya pada saat badan usaha tersebut dilikuidasi (%).
Rentabilitas menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba (%).
Rasio modal dengan aktiva merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan total aktiva (%).
Rasio modal dengan aktiva merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan total aktiva (%).
Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (%).
Modal sendiri adalah sumber biaya yang berasal dari dalam industri rumah tangga dalam hal ini pemilik (Rp).
Aktiva lancar yaitu semua jenis kekayaan usaha yang dapat dituangkan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun(Rp).
Hutang lancar merupakan semua jenis hutang yang harus dibayar dalam kurun waktu kurang dari satu tahun (Rp).
Model dan Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan :
Untuk menjawab tujuan pertama analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan sistem produksi saos sambal Tura Tana.
Untuk menjawab tujuan kedua tentang kondisi sehat usaha industri rumah tangga GAPOKTAN TURA TANA digunakan analisis ratio menurut Munawir (1983) dengan formulasi sebagai berikut:
Rasio Likuiditas
Rasio sekarang = (Aktiva Lancar)/(Hutang Lancar) X 100%
Rasio Solvabilitas
Rasio Modal dengan Aktiva = (Modal Sendiri )/(Total Aktiva) X 100%
Rasio Rentabilitas
Rentabilitas modal sendiri = (Laba Bersih (sesudah pajak))/(Modal sendiri ) X 100%
Dan untuk mengetahui Aset dan laba pengusaha industri Saos Sambal melalui neraca dan laporan rugi laba tiap periode sebagai berikut (Mulyadi,1999):
Industri Saos Sambal “ GAPOKTAN TURATANA”
Neraca per…………….
AKTIVA
Aktiva Lancar (A)
Kas xx
Surat berharga xx
Piutang dagang xx
Persediaan barang dagang xx
Persediaan barang habis pakai xx
Biaya dibayar dimuka xx
Pendapatan diterima dibelakang xx
Total Aktiva Lancar (A) xx
Investasi jangka panjang
Investasi pada PT A xx
Investasi pada PT B xx
Total Investasi jangka panjang xx
Aktiva Tetap (B)
Tanah xx
Gedung xx
Akumulasi penyusutan xx
xx
Kendaraan xx
Peralatan xx
Akumulasi penyusutan xx
xx
Total Aktiva Tetap (B) xx
Total Aktiva (A+B) xx PASSIVA
Hutang Lancer (A)
Hutang Wesel xx
Hutang Dagang xx
Gaji Dibayar Dibelakang xx
Total Hutang Lancar (A) xx
Hutang Jangka Panjang (B)
Hutang Hipotik xx
Hutang Obligasi xx
Total Hutang Jangka Panjang (B) xx
Modal (C)
Modal pemilik xx
Total Passiva (A+B+C) xx
Industri Saos Sambal “Gapoktan TuraTana”
Laporan Rugi Laba
Untuk Periode……………………
Hasil penjualan (harga jual per satuan x volume produk yang dijual) xx
Persediaan produk jadi awal xx
Persediaan produk jadi dalam proses xx
Biaya produksi:
Biaya bahan baku sesungguhnya xx
Biaya tenaga kerja sesungguhnya xx
Biaya overhead sesungguhnya xx +
total biaya produksi xx +
xx
Persediaan produk dalam proses akhir xx –
Harga pokok produksi xx +
Harga pokok produk yang tersedia untuk dijual xx
Persedian produk jadi akhir xx –
Harga pokok produk yang dijual xx-
Laba Bruto xx
Biaya nonproduksi:
Biaya pemasaran xx
Biaya atministrasi umum xx +
Total biaya nonproduksi xx +
Laba bersih sebelum pajak (pajak usaha) xx
Perhitungan biaya penyusutan menurut Bambang dan Kartasapoetra (1992), adalah dengan menggunakan metode garis lurus dengan nilai sisa (ER) = 0. Dimana nilai penyusutan = YV, Harga beli aktiva tetap = CV dan periode atau umur ekonomis = P. secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :
YV = (CV-ER)/P
Untuk menjawab tujuan ketiga maka dibuat simulasi pengembangan usaha dengan dua skenario yaitu ( harus butuh data yang lebih baru...2000-an ke atas)
Asumsi kenaikan produksi 2 kali lipat dengan adanya kenaikkan biaya produksi dan kenaikan harga produk.
Asumsi kenaikan produksi 2 kali lipat dengan asumsi harga produk meningkat dan harga produksi tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Bustanul, Dr. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia.Penerbit PT. kompas Media Nusantara. Jakarta.
Badan Pusat Statistik.2007.Statistik Pertanian NTT. Provinsi NTT
Leki, Silverius. Pengantar Agribisnis. Kerjasama IAEUP – LPIU Undana dengan IAEUP – LPIU IPB. Bogor
Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mulyadi. 1999. Akutansi Biaya Edisi 5. Penerbit Aditya Media.Yogyakarta.
Sagran, J. 2009. Sistem Produksi Kecap Manis Raja Sapidan Sehat Usaha pada Industri Rumah Tangga “Lestari Indah” di Kelurahan Fatululi Kecamatan Oebobo Kota Kupang.Skripsi pada FAPERTA Undana.Kupang.
Soekartawi.2002. Ekonomi Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.
Soekartawi.1994. Pembangunan Pertanian.Penerbit PT. Raja Gravindo Persada. Jakarta.
Soekartawi.2004. AGRIBISNIS Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press, Jakarta.
Swastha, B dan Sukotjo. 1999. Pengantar Bisnis Modern. Fakultas Ekonomi UGM. Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar